Hey kamu…
iya kamu… yang sedang baca tulisan ini. Meski ini tulisan random dan
terkenal dengan….. bagaimana lagi ya, ya memang serandom ini.. hahaha…
No.. no.. no.. tulisan ini tentang BACA. Membaca… khusus buat kamu yang sedang nempuh Strata satu
alias mahasiswa tingkat sarjana pasti bangga deh dengan almamater kalian. Nggak
peduli seperti apa dan sebobrok apa kampusnya. Mau itu kelas elite sampai yang kelas merakyat. Despite them all,,, gue pingin bahas tuntutan utama kita dalam
memahami materi yang disampaikan bapak ibu dosen.
Pernahkan
kalian dalam satu mata kuliah tertentu harus persentasi dan menguasai
materinya? Atau bisa jadi kalian adalah mahasiswa yang “tanpa embel-embel
kritis” harus menguasai materi yang akan disampaikan oleh tuh dosen. Nah, of
course di dunia yang nyata ini informasi udah berjibun dalam bentuk film
dokumenter, video, rekaman atau tulisan di buku diktat dan segala jenis jurnal,
laporan ilmiah and so on…
Kadang,
kita sebagai mahluk berjenis mahasiswa yang cenderung pemalas buat bongkar buku
di perpus atau sekedar buka buku yang udah di beli. Malah milih nyalain gadget, buka browser. Mau mbah google,
Babylon search, mozila firefox lan konco-konconipun. That’s okay bleh. Penting informasi yang dicari nggak dimasukin ke
dalam skripsi. Hal remeh temeh gini bahaya loh buat kehidupan loh di semester
tua. Kebiasaan mengandalkan dunia maya bikin kita nggak kreatif buat nyari buku dengan jenis muatan yang pas sama
materi yang lagi kita butuhkan.
Nah, dasar
tulisan gue dari sini nih. Habis lihat pak Renaldi
Kasali tadi pagi di TV, sebuah ide muncul ke permukaan. Ya, kita sebagai
mahasiswa cenderung dimanjakan. Dimanjakan dosen untuk tidak membaca buku
diktat. Jangankan yang tebal macam
kitab suci, yang kayak komik aja loh males. You know why guys???
Because,,, buat apa kita lama-lama buang waktu hanya untuk baca buku yang
isinya penuh dengan materi, kalau yang kita cari akan ada di papan tulis, dan
bakal disampaikan sama dosen pada jam kuliah plus ujian pun kita nggak
perlu sibuk. Dosen ahli yang nyuruh kita nyatet materi di papan tulis itu bakal
pake tuh materi dalam soal ujian. So, why
we should baca buku? Ya nggak sih?
akibat baca buku. diperankan oleh model |
Itu
kesalah cara ngajar yang bener-benar NAMPAK
di depan mata. Seharusnya, tuh dosen jangan Cuma nyuruh mahasiswanya buat baca
buku, tapi mahasiswa diposisikan sebagai Partisipan.
Ya, mahasiswa yang butuh. Jadi mahasiswa sebagai PARTICIPANT
CENTER LEARNING. Biar mahasiswanya yang aktif dan berkembang dengan modal yang bisa dia
kembangkan (knowledge). Bukan otoritensi
or saklek-nya cara ngajar dosen.
Sayang kan
kalau ilmu sebanyak itu yang ada dalam bermacam-macam buku, yang sudah dijadikan
arsip dan tak terhingga banyaknya nggak kepakai. Nggak keserap sama otak kita
gara-gara salah didik. Oh dear,,, really, its true…..