post Istimewa

Jumat, 11 Januari 2013

falling in love atau perdebatan


Andy Willams berujar dalam kedamaian hatinya…

 “he came into my life and made the living fine,
he fills my heart,
he fills my heart with very special things,
With angels songs , with wild imaginings,
he fills my soul with so much love,
That anywhere I go, I'm never lonely,
With him around, who could be lonely,
I reach for his hand,
It’s always there.”

Lagu itu sangat merdu, symphony penuh warna menegarkan jiwa. Kata demi kata saling terkait dan menimbulkan arti yang dalam. Seperti rajutan rajutan benang yang kemudian bersatu menjadi kain.
Saya masih tidak terlalu pintar untuk merangkai kata, apalagi itu tentang kata-kata cinta.
Ya, tuhan memberikan kita rasa kasih dan sayang dan mengagungkan-Nya atas seluruh nikmat yang kita terima. Kalau berbicara tentang pengalaman, mungkin pengalaman tentang rasa kasih dan sayang sewujud “cinta” saya tidak jauh lebih banyak bagi kamu. Saya mungkin Cuma sekali, dan saya ingin berbagi dengan kamu, pembaca yang budiman. Hehe…
Kebetulan orang yang saya temui bukan orang yang sempurna, bukan orang yang menarik bagi sebagian orang. Tapi ada beberapa hal yang membuat saya suka. Ya, saya suka matanya. Aneh sekali kan!. Padahal matanya seperti mata elang dengan pandangan tajam dan penuh kesangsian. Tapi bulu matanya, lentik seperti bulu mata seorang gadis. Itu yang membuat saya ngin tertawa melihatnya. “Gila kali nih abang, keren kagak tapi cantik iya. Haha…”
Kalo kalian semua pernah denger ungkapan yang berbunyi “Kita akan bertemu dengan orang yang salah sebelum menemukan yang benar”. Menuru kalian bener gak sih? (Penasaran|euwh -_-‘) atau juga “Mantan adalah pinjaman jodoh orang lain” ? eits,,, bukannya apa sih. Cuma saja beberapa ungkapan itu emang bener adanya. Karena dibuat dengan percobaan dan pengalaman hidup banyak orang. Haha…
Mungkin suatu kesalahan bila kita teruskan urusan keduniawian, apalagi masalah hati. Tapi lantas kenapa banyak orang yang rela bunuh diri karena cinta.
Banyak sekali perdebatan atas perbedaan – perbedaan di dunia ini. Tidak seharusnya pula kita menjudge itu hal benar maupun salah. Karena suatu kebenaran bersifat subjektif, tergantung sudut pandang dan kepentingan pelaku. But so far, kalo kita udah nyaman dan tidak merugikan, kenapa enggak. Asalkan kita tahu mana batasan-batasan yang boleh dan tidak diperbolehkan.
Menyukai seseorang itu nikmat dari tuhan, kita tak bisa menyalahkan. Hmm…. Semakin lama pokok bahasan ini semakin melebar, kita ambil garis besarnya aja dah saudara pembaca yang budiman. Tuhan juga memberikan otak untuk berfikir dan hati untuk merasakannya. Semoga saja kita tidak salah langkah dalam menentukan masa depan. Kita yang memilih, kita yang menjalani dan kita yang mempertanggungjawabkannya.

Salam kasih dan Sayang
Malang, 11 januari 2013

Kamis, 10 Januari 2013

Demisioner alias lengser



          Alhamdulillah mempunyai makna kepuasan tersendiri. Untuk saat ini arti kata itu adalah segala puji syukur pada Tuhan Yang Maha Esa atas kepercayaan-Nya kepadaku untuk memegang tampuk kepemimpinan di suatu organisasi sebagai koordinator alias kepala rumah tangga.Jabatan satu tahun dengan kadar tanggung jawab yang berat bagi seorang mahasiswa baru. Hanya satu tahun untuk bergerak dan mempertanggung jawabkannya. Ketika hari untuk mempertanggung jawabkannya tiba, berdesir darah dalam dada dan terasa bahwa waktu satu tahun itu tak berarti apa-apa. Dan ketika demisioner, haru biru dan ketidakikhlasan melanda.
          Koordinator bidang yang membidangi seluruh hal yang berkaitan dengan kelegawaan anggota, mencari anggota, merawat anggota, semua hal didedikasikan kepada anggota agar tetap bertahan dan merasa nyaman dapat berkumpul bersama. Merapikan arsip yang berserakan, mendata dan merawat barang bersama yang kami punya serta mengumpulkan saudara sekalian atas sebuah event yang akan digelar. Awalnya terasa menyenangkan sekali untuk mencurahkan seluruh waktu luang atas hal ini. Namun lambat laun secara perlahan lahan, keharusan untuk memahami pribadi anggota semakin menyita perasaan sendiri (*efek labil*) akhirnya tanggung jawab itu tergadaikan beberapa kali.
          Didampingi oleh dua anggota bidang yang aku pilih secara pribadi dengan cara melamar mereka, aku senantiasa berusaha terlihat mampu mengatasi setiap permasalahan yang ada, agar mereka masih tetap berdiri di belakangku. Dua anggota bidangku lebih tua tingkatan akademiknya, dengan tidak menggurui dan mencoba mengikuti beberapa kemauan mereka merupakan cara yang bagus untuk tetap menjaga kekompakan. Apalagi bidang kami terkenal sebagai bidang yang anggotanya selalu aktif sampai akhir kepengurusan.
          Mbak Riza, mahasiswa semester lima jurusan sastra inggris yang selalu berusaha membantu dalam segala hal. Mencoba memberi pencerahan dengan memberi masukan saran serta kritik. Dia adalah anggota yang kulamar paling akhir karena sebelumnya semua lamaranku ditolak, namun tak kusangka kalau mbak ini akan bersedia dan loyal di bidang ini. Walaupun aku selalu saja bertampang tidak bersahabat dan mencarinya saat kubutuhkan bantuannya. Yah, mbak satu ini walaupun selisih dua tahun dengan usiaku, namun perhatiannya tidak terlepas dari permasalahan rumah tangga.
          Satu lagi namanya Andhika, mahasiswa Psikologi semester tiga yang sifatnya cuek. Mungkin karena lesung pipi dan gigi drakula yang dia punya, dia terlihat begitu menawan, tak khayal bila dia menjadi idaman semua wanita. Khususnya di kompleks UKM yang paling intens dia kunjungi. Mas berkacamata ini lebih menyukai turun tangan langsung terhadap sebuah acara/masalah dari pada memberikan idenya secara lisan. Sebelumnya lamaranku sempat di PHP-in (*baca Pemberi Harapan Palsu) karena dia masih punya harapan untuk bergabung dengan bidang lain yang lebih menantang. Namun akhirnya lamaranku diterima juga. Keuntungannya, dia tanggap terhadap sesuatu yang dia kuasai, menguasai desain dan atlet taekwondo.
          Jadilah Rumah Tangga diisi oleh orang-orang dari beberapa tingkatan semester. Merangkul anggota yang lebih tua itu tidak mudah, rasa segan dan tidak ingin terlihat bodoh selalu saja muncul. Sangat sulit untuk mensinkronkan arah pembicaraan. Akhirnya aku mulai dengan cara yang diajarkan oleh salah satu tetua dengan memancing tawa, hal yang sulit aku kuasai ini merubah pembicaraan kearah gojlokan. Alias mencari celah agar bisa menarik perhatian  mereka kepadaku. Alhasil, ada beberapa orang yang ilfeel melihatku.
          Peka terhadap situasi dan kondisi anggota juga nilai tambah lain. Lagi-lagi dengan alasan semester dua(baru merasakan kuliah), sifatku masih sangat labil. Jangankan memperhatikan orang, aku saja selalu mencoba mencari perhatian dari orang lain. Bahkan sempat beberapa tetua memarahiku dengan langsung tunjuk hidung atau menyindirku di depan bidang lain. Aku selalu tak tahan untuk tidak memendam perasaanku hingga air mata itu tumpah dan keesokan harinya aku tiada lagi ada niatan pergi ke sanggar. Semacam itulah keababilan yang kumiliki kala itu.
          Perlahan-lahan dengan semakin banyaknya moment dan program kerja yang telah terealisasikan. Rasa egois dan mencari perhatian itu mulai terkikis perlahan. Saat aku benar-benar harus kehilangan anggota dan jabatanku, rasa itu mulai menekan perlahan. Rasa tidak ikhlas untuk kehilangan mulai menekan... perlahan... hingga kuucap Alhamdulillah atas beban yang sudah tercabut. Aku mungkin tidak mampu berkata banyak, berbuat lebih banyak, dan mengalah lebih banyak. Mengenal Hampa dan anggota bidangku sendiri adalah hal istimewa di tahun pertama menjadi mahasiswa. Bersanding dengan dua orang kuat yang selalu menenangkan dan menguatkan pijakanku adalah berkah tersendiri dari tuhan. Dengan beberapa ingatan masa lalu di awal kepengurusan, air mata berlinang, tanpa sadar kutulis di kertas yang kupegang. ”Demisioner Rumah Tangga 2013, Desember, 24 2013. Dengan penuh rasa terima kasih, terima kasih semuanya yang telah membantuku selama proses pendewasaan satu tahun. Terima kasih yang tak terkira. Kalian keluarga baru yang baik. Aku tak kan pernah lupa. Dan untuk kepengurusan kedepan, aku ingin keluar dari zona nyaman dan beralih ke ideologi yang dulu erat terpegang.

Surakarta, 29 Desember 2012
12:32 AM