post Istimewa

Minggu, 09 Desember 2012

what should i do?

ketika kedua orang tuamu sedang mempunyai masalah. hal ini terasa sangat tidak nyaman. sedang posisimu saat ini sedang ada di luar kota. yah, seperti itulah yang sedang terjadi padaku.

karena ketidaktahuanku, aku menelpon orang tuaku di desa. kebetulan di rumah ada sebuah hape yang kadang dibawa bapak, kadang dibawa ibuk. kalo mau sms terus disampaikan ke siapa pasti bakal disampein karena hape cuma satu dan berlaku umum.

kali ini, hal itu sudah tidak berlaku lagi di rumah kami. hape hanya dibawa bapak, dan sms juga tidak disampaikan. dibalas saja tidak, padahal kalo di telp juga diangkat. dan karena ketidak tahuanku tentang apa yang terjadi di rumah, aku sms ke bapak untuk mengirimiku sejumlah uang untuk bertahan hidup di kota hedonis ini. pesan terkirim, itu saja yang kutahu.

siang hari di kampus aku pergi ke mesin ATM yang letaknya lumayan jauh dari gedung kuliahku. ketika aku masuk, aku cek ATM beasiswa bidik misiku dan saldonya kurang dari Rp 50.000. lalu aku cek ATM-ku yang satu lagi. saldonya Rp 54.000, tetap saja tidak bisa diambil karena sisa kurang dari Rp 50.000. oke, fine... mungkin bapak masih sibuk di sawah dan bakal dikirim siang ini. jadi aku akan ngecek lagi nanti malam sehabis magrib dan sekalian sarapan sambil meneguk ludah.

aku sms bapak, "uangnya sudah dikirim?" sehabis isya' dan kutunggu sampai jam 9 malam. mungkin bapak capek karena seharian bekerja di bawah terik matahari dan sudah tertidur pulas seperti biasanya. karena dirumah kami hanya ada sebuah televisi 14 inch dengan tiga channel. RCTI, Indosiar, dan TVRI. sehingga jarang kami temui tayangan televisi yang bagus. apalagi rumah kami  bertetangga dengan sawah kecuali tetangga kanan kami. tapi mereka juga selalu keluar rumah tiap sehabis magrib untuk melihat televisi di rumah kerabatnya. jadilah rumah kami sangat sepi setiap malam hingga jarang sekali ada orang yang mau lewat jalan depan rumah kalau tidak musim bajak sawah.

karena sudah terlalu lapar, akhirnya aku pergi keluar dengan Vario merah kesayanganku. (motor yang kami dapat karena keberuntungan.) aku mencari mesin ATM yang paling dekat dengan kosan. dan hasilnya setelah aku cek ternyata masih kosong. oh tuhan, rasanya aku sudah tidak kuat bersabar lagi. sudah seminggu aku mengurangi jatah makanku. aku selalu makan sembunyi-sembunyi agar teman kos dan ibu kosku tidak tau. yang mereka tau, aku selalu bangun pagi lalu masak nasi dan menggoreng teri(sejenis ikan kecil-kecil yang gurih). ketika mereka tidak ada, aku makan nasi putih dan teri itu begitu saja. dihari yang lain, mbak kosku membagi-bagi sepiring nasi goreng pagi di pagi hari. lumayan untuk makan hari ini. uang hanya tinggal Rp 20.000 untuk 2 minggu. aku harus kuat. mungkin akan dikirim besok.

keesokan harinya aku telp bapak dengan pulsa hutang ke temenku yang bayarnya bisa dihutang. lalu aku sapa bapakku, dan aku tanyakan kenapa masih belum dikirim. bapak bilang hari ini hari sabtu dan bank tutup. beliau bilang akan mengirimiku uang hari senin. namun aku sudah bersikeras untuk meminta dikirim hari ini lewat mesin ATM saja. bapak bilang tidak bisa dan tetap bilang tidak bisa. telp ditutup. tut..tutt..tuttt....
akhirnya aku kirimi SMS cara mentransfer uang lewat ATM.

hari ini pun aku masak beras sangat banyak, yah seukuran untuk masak dua hari. aku akan menggoreng nasi itu dengan bumbu seadanya. aku hanya punya garam, bawang merah dan bawang putih. tidak ada cabai. tapi aku masih punya royco untuk memberikan rasa yang pas. yang pas saat kita merasa tidak pas >.<.
kugoreng semua nasi itu untuk sarapan , makan siang dan makan malam. semoga hari ini tidak akan merasa lapar lagi.

aku tunggu hingga sore, aku SMS lagi dan bapak masih juga belum mengirimkan uang. aku sungkan untuk menangis ditelpon. aku tak tau besok minggu akan makan apa aku. padahal minggu ini temen  kosku pada pulang semua ke rumah halaman masing-masing. tidak ada kesempatan untuk ngutang lagi. aku diam termenung cukup lama di depan laptopku. cukup lama sekali. aku ingin menjual hapeku, siapa saja laku. namun niat itu urung karena tidak mungkin menjual barang yang sudah menjadi kebutuhan primer itu. aku harus jual apa.

akhirnya minggu pagi itu aku sarapan air minum sampai kenyang, makan siang dengan air minum sampe kenyang, makan malam dengan air minum sampe kenyang. sampai aku dapat bermimpi dengan indah. aku harus cepat lulus dari kuliah ini. sampe hari senin minggu ini pun aku belum makan nasi, hanya air minum, tahu goreng dari bu kosku dan mie instan satu bungkus. aku tak tau aku makan apa nanti. aku masih mempunyai beras yang kubawa dari rumah. motorku juga sudah tidak diisi bensin selama seminggu ini. itu pun aku gunakan untuk transportasi kos-kampus sehari sekali. beruntungnya aku masih mempunyai sepeda gunung yang juga baru setengah tahun ini aku miliki. uang beasiswa waktu libur panjang semester kemarin. rasanya aku seperti berdosa pada Vario merahku.  di rumah saja adikku yang masih kelas dua SMK aku beri sepeda motor warisan saat aku SMA dulu. sepeda motor honda Prima yang sebenarnya sangat irit sekali, dan aku suka walaupun tidak terlihat keren. sedang bapak dirumah dengan motor suzuki alfa hitamnya, masih sekelas dengan prima. hanya lebih boros dan asapnya sangat banyak sekali.

aku rasa menjadi mahasiswa itu memang penuh perjuangan. meneruskan perjuanganku dulu saat niat untuk kuliahku ditentang. badai itu datang lagi. makan enak bukan jaminan untuk cerdas. saya yakin saya bisa melakukan banyak hal walaupun dengan batasan. karena saya mahasiswa bidik misi. saya mahasiswa PTN yang diterima tanpa seleksi masuk, tanpa ujian, tanpa suap. hanya karena nilai raport SMA-ku baik. berarti saya harus menanggung resiko ini. kuliah harus tetap berrjalan apapun yang terjadi. semangat semester satu harus muncul lagi. semangat yang membara untuk menuntut ilmu, untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik.

dan akhirnya saya tau kalau dirumah, antara kedua orang tuaku sedang tidak dalam keadaan yang baik. aku tidak boleh terus meminta uang atau itu akan menghancurkan hubungan mereka yang sangat buruk akhir-akhir ini. mungkin saat liburan semester ini aku tidak akan pulang. aku disini saja baca buku. yaps, aku tidak akan pulang bila kedua orang tuaku masih berseteru. aku mahasiswa dan aku tetap harus berbakti pada orang tua. 

what should i do? awalnya aku tulis dengan sejuta tanya, air mata dan penyesalan. namun mengingatmu kawan, tetap membuatku bersemangat. kita masih punya banyak mimpi dan cita-cita. jika kau bertanya what should i do? jawabannya ada di dirimu sendiri. do somethng better, or do something helpfull. i love my father, i love my mother, i love my parents what matter you are :* 



Malang, 10 Desember 2012

Selasa, 04 Desember 2012

Love




Love

            Seseorang yang saya suka lebih menyukai Alam.
            Seseorang yang saya Care lebih Care pada alam.
            Seseorang yang menyita perhatian saya lebih perhatian pada alam.
            Seseorang yang paling saya jaga lebih menjaga alam.
            Seseorang yang saya tunggu lebih mencintai hidup bebas dari pada dekapan tangan saya,
            Seseorang yang lebih, tidak selalu menilai kita lebih.

            Adakala massa memutar balik kisah kami dalam dentingan waktu.
            Ketika saya sibuk, saya lupa apa dia masih ada.
            Ketika saya sakit, saya ingat ibu bapak saya
            Ketika saya terjaga, saya ingat arti kehidupan

            Setiap orang berhak hidup bebas dan bebas menentukan masa depannya.
            Setiap langkah akan berarti bila saling mengerti.
            Setiap masalah bisa teratasi bila kita saling berkepala dingin.
            Setiap pertemuan membawa saya lebih mengenal anda.

            Sampai berjumpa di 12-12-2012
            Sampai berjumpa di 5 CM.
            Saya ingin tahu seberapa kamu membaktikan hidup anda untuk alam
            Seperti saya membaktikan diri pada dunia drama

            Yang masih saya ingat sampai detik ini...
             "Saya Suka Anda"
             

Senin, 12 November 2012

Secret Admirer


Entah apa yang saya pikirkan malam ini. Mungkin karena terlalu banyak kesibukan mengerjakan tugas. Yah, membuat makalah untuk presentasi besok rabu. Padahal ini lagi sibuk-sibuknya, tapi masih sempet juga terlintas pikiran-pikiran yang membutuhkan sebuah Ending.

Bagaimana kalau suatu ketika kamu dihadapkan pada keadaan dimana ada seorang secret admirer. Kamu tanpa sadar disukai seseorang yang bener-bener sangat suka dengan tulus, tapi dia nggak pernah ngungkapin. Jangankan ngomong, kalaupun berpapasan bisa mengucap sepatah dua patah kata itu seperti melihat Sunrise di pantai Sanur. Indah banget,, kesemsem sampai ingin lompat-lompat terus bilang apa aja yang ada di kepala. Seneng ya pastinya kalau ada secret admirer, ada yang memperhatikan dari jarak jauh. Mungkin aja perhatian about apa dia udah makan, udah bangun tidur, tetep sehat, atau apa dia sedang sakit sampai mau menjelang nafas terakhir?. Oops,, yang terakhir terlalu horror disebutkan.

Masalahnya saat ini, bukan dari posisi sebagai pemilik secret admirer, melainkan jadi secret admirer-nya sendiri. Hmm, rasanya itu berat banget. Mau ngomong susah, nggak ngomong malah jadi gondok di hati. Ahaha,, baru kali ini ada gondok di leher bermigrasi ke hati manusia -_-*.  Tapi serius loh, jadi pemuja rahasia itu sangat tersiksa sekali. Loe kagak bisa ngomong, Cuma bisa mandang jarak jauh, bisa ketemu aja syukur apalagi sampe papasan terus ngomong apaan gitu. Yah, walaupun mungkin Cuma ada dua pertanyaan yang jawabannya Cuma IYA dan TIDAK.

Pengalaman dari tahun-tahun terdahulu sebagai pemuja rahasia atau bahkan as cinta dalam hati menjadikan “saya” bisa bertahan untuk menyukai seseorang dari tempat yang terjauh sekalipun. Altought I can see you from your back side, its make me feel happy than nothing. Bayangkan aja ya, kamu dan dia mempunyai suatu tempat persinggahan yang dibatasi sebuah tembok. Artinya tempat loe tetanggaan, sering liat karena kadang pas aja moment keberadaannya. Loe ada pas dia ada di tempat itu dan berlangsung selama berbulan-bulan sampe dia bakal lulus semester depan. Apa yang kamu rasain?

Udah, gak usah dibahas. Mungkin Cuma itu cerita galau saya malam ini. Saya mungkin juga kurang bisa menyikapi perasaan macam ini. Namun, bagi saya menjadi secret admirer itu bisa membuat kita rajin berdoa sama Tuhan supaya Tuhan berkenan mengenalkan saya pada dia (ahaha). Itu saja, tidak kurang dan banyak lebihanya. Smoga saja dia itu jodoh saya, semoga saja dia itu bisa jadi penyemangat saya sekalipun Cuma pengagum atau mungkin dia itu bisa jadi obat saat pikiran ini penuh dengan tugas dan sebelum lulus udah bisa… yah kurang lebih seperti itulah jadi pemuja rahasia. Asal yang dipuja lebih dulu Tuhannya, bukan dianya. Hehe… d(*_*)b
SEMangat para PemUja Rahasia… . . . . naNAna… 

Rabu, 24 Oktober 2012




Salah satu dokumentasi pementasan saya dengan judul "Bencana Kursi Goyang Selalu Datang dan Pergi" karya Samuel Becket di Kalangan Ayodya, Art Center, Denpasar-Bali Island....






Coklat dari Dosen


Jadwal untuk rabu minggu ini lumayan padat. Banyak sekali dosen-dosen yang meminta ujian tengah semester. Sampai nambah jam-jam kuliah karena minggu-minggu kosong pada saat dosen tidak bisa hadir di jam mengajarnya. Dengan berat hati, teman-teman menerima keputusan untuk ujian minggu ini.
Hari rabu ini masuk siang, jam 09.30 pagi. Dengan jadwal UTS ekonomi mikro menengah. Mata kuliah paling susah semester ini. Banyak sekali teori dan perhitungan matematikanya. 30 menit telah berlalu, tapi sang dosen belum juga datang ke kelas. Dosenku, pak Hari Wahyono, terkenal sangat disiplin dan tidak pandang bulu. Terlambat lebih dari 15 menit, silahkan mengikuti perkuliahan di luar kelas, alias mengabsenkan diri. Oke, sampai saat ini saya baru absen sekali lantaran festival di Denpasar dan sekali pula terlambat lebih dari satu jam lantaran lupa jadwal. Namanya mahasiswa, kalau gak lupa tugas ya lupa masuk kelas.
Detik-demi detik terlampaui. Teman-teman pada asyik belajar, diskusi maupun menggambar kurva. Utamanya para ladies. Cowok-cowoknya sendiri nggak bisa duduk di kelas, mereka terlalu aktif bergerak. Aku yakin mereka lebih nyantai dariku. Sedang semenjak aku datang di kelas, aku duduk di pinggir dan membaca situasi serta diktatku. Ternyata tempat dan situasi ini tidak mendukung sekali untuk bisa menyelesaikan soal. Dan tepat sekali setelah itu asisten dosen masuk kelas lalu membagikan soal.
Soalnya hanya ada empat yang dijabarkan a, b, c dan d. Soal pertama bisa aku kerjakan dengan tersendat-sendat, itu pun aku tak yakin benar. Haha… berlanjut ke soal 2, soal 3, soal 4. Omaigooot… aku gak ngerti! Ini soal apa cerita bagaimana sih? Udah gak punya catatan, gak punya ide,,, fine! Inget kata guru teaterku dulu. Kalau sudah merasa tidak mampu tidak perlu mencari pertolongan lewat jalan belakang. Lagi pula, semenjak SMP dulu aku agak malas meng-copas. Soalnya keenakan gurunya, kalau aku gak bisa, berarti gurunya yang gak bisa mengajar dengan baik. Jadi, ulangan kali ini pun aku isi sebisanya. Kalau udah gak bisa ya udah. Biarin aja kosong, walaupun nanti paling-paling nilainya jelek.
Ujian diakhiri dengan kepala yang bertambah berat. Hmm, aku main-main aja kesanggar sampai mata kuliah selanjutnya. Ngobrol tentang  teater, ngopi sama nonton TV. Kebiasaan ini yang bikin males berangkat kuliah. Dengan susah payah menyemangati diri sendiri. Oke,, saya kuliah. Gak baik juga kalau kuliah udah gratis tapi masih aja mbolos.... hoho (*_0)
….ting,,tong,,ting,,tong,,, mata kuliah kedua. sudah lebih dari sejam menanti Asisten dosen satu ini. Sangat sayang melewatkan jam beliau, tapi yang ditunggu-tunggu tak nampak jua. Sampai akhir batas penantian tak datang. Para cowok turun ke lantai satu hendak pulang, dan ternyata dibawah mereka bertemu beliau. Balik lagi ke atas… buka pintu dan masuk kelas. Agendanya hari ini mengoreksi hasil UTS listening minggu lalu.
Setelah selesai merekap nilai tiap anak. Satu persatu dipanggil menurut absen, dan diakhir penilaian. Hasil ujianku mendapat nilai yang paling tinggi, 74 untuk listening. Lumayan lah, membuktikan kalau waktu listening, telingaku baik-baik saja \(^_^)/… setelah itu namaku pun dipanggil untuk maju di depan kelas dan mendapat reward. Sebatang coklat Silver Queen. Asyik.. masih ada sepotong keberuntungan hari ini. Ketika coklat itu ada di pegangan tanganku. Aku ingat kejadian seminggu lalu ketika ujian listening.
Hari rabu minggu lalu ujian mikro dibatalkan. Aku cepat-cepat pergi ke sanggar. Sore ini tepat jam dua siang, Teater Hampa akan ada perform di Graha Cakrawala.  merayakan Dies Natalis Universitas Negeri Malang yang ke 58. Disanggar, calon anggota baru sudah di cat tubuhnya untuk perform. Aku yang membantu menata rambut mereka. cuacanya mendung dan berwarna gelap. Sebentar lagi ujian listening, tapi disini ada calon penerus hampa. Apa aku batalkan saya ujianku, menyusul ujian sendiri mungkin bisa, pikirku waktu itu. Tiba-tiba hujan datang perlahan-lahan. Anak-anak yang sudah dicat harus cepat tiba di Graha cakrawala. Mereka menutupi dirinya dengan mantel dan aku bonceng dengan motorku menuju Graha  yang jaraknya sekitar 500 meter. Mereka aku turunkan di ground parkir lantai satu.
Aku kembali lagi ke sanggar. Semua sudah diantar oleh teman-teman yang lain. Termasuk Kue dari hiasan cat tembok yang masih basah telah tiba digraha. Aku sudah terlambat kuliah listening setengah jam. Aku putuskan berjalan kaki ke fakultasku dengan memakai payung. Dari depan gedung Pascasarjana, seorang teman yang harus perform baru saja datang. Aku suruh saja dia ke Graca, tapi antarkan aku dulu kuliah ke gedungku. hehe…
Aku sampai ruang lab listening. Ternyata teman-temanku sudah sepaneng dengan kertas soal serta handset di telinga mereka. Yah, aku terlambat sekali. Aku meminta ma’af pada Asisten dosen dan mendapatkan kertas soal. Sungguh tidak nyaman sekali tanpa mempunyai persiapan untuk ujian listening. Tiba-tiba mendengarkan dalam percakapan bahasa inggris itu agak nggak ngeh. “Ini orang ngomong apa sih?” batinku. Yaudah kerjain aja, yang penting hari ini isi absen. Hanya 20 menit berlalu sejak kedatanganku, kelas dibubarkan.
Mampir lagi ke sanggar, sepi.. dan ternyata teman temanku belum perform. Masih ada waktu untuk melihat mereka sore ini. Aku pergi ke Graha Cakrawala. Tepat saat puisi di bacakan lalu disusul penari-penari bercat itu. Walaupun tarian para calon anggota sangat lucu, tapi sangat Exited melihat perform pertama mereka di gedung semegah ini. Mereka keren sekali, suara gemuruh dan tepuk tangan menghujam langit-langit Graca sore ini.

Haha… padahal aku kemarin nggak niat UTS, tapi malah jadi yang paling bagus. Finally, aku sadar apa yang sedang aku cari. Belakangan ini aku kehilangan semangatku untuk berprestasi. Aku selalu membiarkan kesempatan itu berlalu begitu saja. Yah, sepotong coklat dari dosen ini sebagai pengingat bahwa aku masih mampu untuk terus berprestasi sekaligus berkarya. Sepotong coklat ini sama dengan sekotak coklat yang diberikan dipanggung Graca karena artikelku juara satu ditingkat maba fakultas ekonomi. Yah, pancingan semangatku… menjadi yang paling bermanfa’at… terimakasih sepotong coklat .. terima kasih Mom Ningrum untuk Hadiahnnya sore ini.. terima kasih banyak \|0_0|/



Jumat, 12 Oktober 2012

Wah.... banyak sarang laba-laba dan nyamuknya...
Ternyata sudah sekian lama tidak posting apa-apa..
Sebenarnya hampir setiap hari buka nih blog. tapi bingung mau diisi apa lagi. 

Akhirnya saya putuskan untuk menulis apa-apa yang ada di kepala saya..

Soalnya klo nulis naskah atau cerita lama banget berimajinasinya -_-"

So, bagi para Readers silahkan enjoy menikmati tuisan saya ya...thank you..thank you... 

Rabu, 18 Juli 2012

Distance


            Sudah menjadi keputusan saya ketika memilih malang sebagai tempat untuk menuntut perguruan tinggi. Batin saya bilang untuk mengikuti sunah rosul, belajar dan menjari ilmu. Sudah jadi keputusan saya juga ketika saya haru
s keluar rumah dan pergi sejauh mungkin untuk belajar, meskipun ternyata tuhan memberikan Malang sebagai jawabannya. Sejauh 189 kilometer itulah langkah yang saya awali untuk mencari pengetahuan. Malang – Jember hanyalah bentangan dua kota dengan jarak 189 kilometer. Hanya itu saja sekat untuk lebih sering berrtemu keluarga saya. Yah, sekat dengan tebal 189 kilometer. Apa itu terasa jauh?
            Lalu setelah hampir setahun ini menjalaninya, baru saya sadar bila sekat 189 kilometer itu mampu saja lewati dengan Rp 35.000,- sekali jalan. Bila saya gunakan untuk pulang pergi, maka dua kali jumlah itu. Awalnya ketika menjadi Maba (Mahasiswa Baru) itu hal yang mudah, sepele sekali hingga hal ini pun jarang terlintas dikepala. Yang ada hanya bayangan rumah disana dan kos disini. Bukan hal yang rumit dan sangat mudah sekali memutuskan untuk pulang dan berangkat. Lalu hari ini, saya dapati bahwa dompet saya sudah tidak setebal dahulu.
            Kenapa untuk sebuah universitas negeri, saya rela naik bus kurang lebih 6 jam perjalanan? Bukankah di kota saya sendiri ada universitas negeri. Tidak perlu naik bus sampai setengah hari, hanya naik sepeda motor dengan kecepatan 80 km/jam saja sudah bisa pulang-pergi. Kata ibu juga, kalau mau kuliah di universitas negeri di Jember boleh bawa sepeda motor sendiri. Bisa pulang-pergi kapan aja. Mau pulang kerumah kapan aja silahkan. Bahkan kalau perlu tak usah nge-kost, pulang-pergi saja. Rp 5.000 saja sudah sekali jalan. Tidak ada kata kangen rumah, kelaperan sampai lupa jalan menuju rumah.
            Lalu, saya mencoba berfikir ulang, mengingat apa yang telah menjadi pilihan saya. Apa yang sudah menarik hati saya untuk memilih Malang?. Lalu saya dapati ketika naik kelas 3 SMA. Saya rasa tinggal terlalu lama dengan keluarga membuat saya menjadi anak yang penakut, menjadi anak yang tidak bisa menghargai waktu, mengandalkan orang lain disaat saya sudah tak mau mengerjakan suatu hal. Mungkin itu beberapa alasan saya menjauhi rumah. Disana ada keluarga yang hangat, keluarga kecil yang dulu terpukul karena kakak laki-laki saya meninggal ketika SMP. Saat itu pula aku baru kelas 4 SD. Adikku pun masih kelas 1 SD. Itu kali kedua ibuku kehilangan putranya. Sejak saat itu pula ibu selalu keras pada kami. Mungkin karena beliau terlalu menyayangi kami. Beliau selalu menyuruh kami mengerjakan segala sesuatunya mandiri, dan paling perhatian saat kami mengalami kesulitan.
            Saya pun pernah jatuh sakit tyfus akut ketka itu, setiap hari seorang dokter desa datang ke rumah memberikan satu suntikan. Dan beberapa suntukan untuk beberapa hari kedepannya. Beliau sering bertanya
nyuwun opo ndug? Ndang waras ben gak loro terus. Ndang jaluk opo?” (minta apa nak? Cepat sembuh supaya nggak sakit terus. Ayo, kamu mau minta apa?)
Seminggu penuh suntikan, dan itu termasuk suntikan terakhir saya sampai hari ini. Beliau sangat perhatian yang aku ingat, termasuk keras pula. Untuk beberapa alasan beliau adalah lawan ayah saat memutuskan banyak hal dalam hidupku.
            Jauh dari ibu artinya tidak aka nada sarapan pagi dimeja. Tidak apa-apa. Aku masih bisa beli di warung. Lalu Malang? Malang menawarakan udara sejuknya. Udara sejuk akan menjauhkan dari panas. Menjauhkan keringat jadi urine. Mungkin kulit saya yang hitam ini bisa berubah jadi putih. Alasan yang logis. Tidak ada keluarga disini, hidup saya mugkin akan terasa bebas. Tidak ada adik yang selalu mengganggu saya belajar. Tidak ada adik saya yang mengajak bertengkar hingga main tangan. Akan lebih banyak teman. Yah, hidup saya akan lebih damai bila saya tinggal di Malang.
            Sampai saya putuskan untuk mengikuti ormawa (organisasi mahasiswa) tingakat Universitas ketika akhir semester satu. Ormawa akan membuat saya lebih sibuk, menyibukkan diri adalah alasan yang logis. Melupakan yang namanya Pacaran, Narkotika dan Keluarga. Saya akan mempunyai keluarga baru yang akan menaruh perhatian pada saya di kota yang sejuk ini. Keluarga saya disini dari banyak kota kabupaten di Jawa Timur. Saya bisa mengasah kemampuan saya dan mempunyai banyak teman dari universitas lain. Atau mungkin malah mendapatkan pacar di Ormawa.
            Ormawa yang membuat saya betah untuk tetap tinggal. Jarak pun akan tetap menjadi jarak. Malang-Jember dengan Sekat 189 kilometer membentang antara rumah saya dan kampus saya. Lalu bayangan itu muncul lagi menyadarkan saya yang dilema akan jarak. Ternyata, saya masih beruntung bisa kuliah di universitas negeri di kota yang sejuk ini selama 4 tahun tanpa harus membayar segala tarif akademiknya. Beasiswa.. saya mendapatkannya, artinya saya akan lebih rajin belajar untuk mengabdi pada Negara ini. Saya harus berubah, distance bukan halangan untuk tetap bersedih. Saya punya kesempatan merubah nasib, saya punya kesempatan untuk belajar, dan masih ada banyak kesempatan sebelum saya mengenal dan terikat dengan anda. Terakhir, yang saya ingat untuk diperjuangkan adalah saya ada di kota ini untuk Belajar. Terima kasih Allah untuk kesempatan berharga ini.

Selasa, 12 Juni 2012

KaSih Jangan Pergi



       Masih sore hari untuk cepat-cepat minggat dari rumah ini. Aku sudah tidak tahan dengan kemauan bapak yang selalu menyuruhku untuk pergi dengan Ramlan, anak kepala desa yang kaya itu. Ya, bapak mempunyai banyak hutang yang tidak mampu dibayarnya. Bapak mencoba meminta bantuan kepala desa dan kepala desa itu memberinya. Lama-lama hutang bapak semakin banyak, bukan mencoba melunasinya tapi mulai hutang kanan-kiri untuk menambal hutangnya pada orang-orang yang selalu menagihnya. Dan kembali lagi meminta bantuan pak kades. Jadi hutang bapak pada pak kades seperti orang kaya yang menabung di bank, semakin banyak dan semakin banyak.
Entahlah apa yang ada dipikiran bapak, hingga iya tega menjodohkan aku dengan anak pak kades yang sudah berkepala 3. Baru tiga dan sudah menikah. Aku tak suka pria dengan latar belakang seperti itu sekalipun dia kaya. Apa semurah itu aku akan melelang harga diri ini dengan uang. Bapak memang sudah keterlaluan. Pokoknya malam ini aku harus keluar dari rumah. Aku akan pergi sangat jauh dan tak akan kembali lagi. Tepat tengah malam ketika bapak tertidur pulas nanti. Aria kekasihku akan membantuku untuk kabur, dan dia yang akan mengantarkanku ke Bali. Pulau yang penuh dengan kebebasan seperti surga. Pulau itu,,ya pulau itu yang akan menjadi tempatku berteduh sampai aku mampu berjalan tegak diatas kepala warga kampung. Haha….Kasih melamunkan rencananya untuk kabur dari rumahnya dengan antusias sekali.
Sementara Ramlan, pria yang baru berumur 30 tahun itu sedang ada rapat dengan colleganya di kota. Iya berpenampilan layaknya pria dewasa lainnya, istrinya diceraikannya karena selingkuh dengan pria lain yang merupakan pesaing bisnisnya. Anaknya, alfia berusia 6 tahun dan tidak bisa bicara. Istrinya pun tak berniat utuk membawa alfia bersamanya ketika ia putuskan keluar dari rumah pak Kades. Ramlan berbisnis property dan sering ke luar kota untuk mencari link yang akan membantu bisnisnya. Alfia di asuh baby sitter-nya dan neneknya. Perbincangan kali ini lebih lama dari biasanya. Mungkin masih akan berakhir nanti ketika café itu akan tutup. Tapi demi Alfia, semuanya hanya untuk ini aku perjuangkan. Alfia,,,
“Kasih,,,kasih,,, aku sudah ada di sini. Cepatlah kau buka jendela kamarmu sayang,,,”, terdengar suara aria berbisik perlahan di luar jendela kamar kasih.
Kasih yang lama menunggu kedatangan aria pun bergegas bangkit dari ranjangnya dan berjalan perlahan menuju jendela kamarnya. Lalu iya buka tuas pengunci dan membukanya perlahan. Aria sudah menunggunya disana. Jendela setinggi setengah meter itu sangat mudah dilewati. Dua tas besar dikeluarkannya terlebih dahulu, lalu kasih keluar dan menutup daun jendelanya perlahan dari luar.
“ayo cepatlah, sebelum ayahku terbangun malam ini”, bisik kasih pada kekasihnya dengan nada cemas.
“iya, tasmu ini kau isi apa sayang?, Kenapa berat sekali?, sebenarnya kau berniat kabur atau pindahan sih?.” Aria menanggapi dengan perasaan tidak senang dengan beban-beban yang di angkatnya ke atas sepeda motor.
“supaya kamu gak perlu beliin aku baju disana nanti, tau sendrikan kalau di Bali itu harga barang-barang sangat mahal. Kita ini memang sedang pindahan kedunia yang akan kita bangun nanti.” Tukar kasih dengan nada kesal.
“iya,, iya,, ini semua juga demi aku. Naiklah dan pakai helm ini sayang. Kita akan pergi ke Bali malam ini juga, tapi kita akan balik kerumah temanku di daerah Grati untuk mengambil barang-barang yang kutitipkan padanya”. Balasnya memberi tahu Kasih.
“memangnya sebanyak apa barang yang hendak kau bawa sayang?, dua, tiga tas atau berapa?.” tanya Kasih penasaran. Sementara mereka sudah mulai mengendarai sepeda motornya.
“hanya sebuah tas”. Tukas Aria.
“hmm,,, Syukurlah”. Tawanya beradu udara dingin di pagi buta itu.
            Satu jam perjalanan dari Purwosari ke Grati dimalam dingin memang sepi. Beruntungnya daerah itu tidak sedingin Malang di malam hari. Perjalanan ke rumah teman Aria didaerah Lekok masih dilalui dengan semangat. Bahwa esok pagi mereka akan tiba di Bali. Bila mereka dapat berjalan dengan lebih cepat dari ini dengan mengendarai sepeda motor. Mereka akan menjumpai sun rise di pelabuhan Ketapang, Banyuwangi.
Rumah teman Aria, Munir ada di pinggir jalan besar Grati. Jalan pantura yang selalu ramai dengan kendaraan besar pengangkut barang. Rumahnya lumayan bagus, disamping kanannya ada café yang masih buka. Ketika mereka sampai dan kasih menunggu di depan rumah, sedang aria membangunkan tuan rumah yang sudah dikabarinya akan datang tengah malam. Agar mereka tidak terkejut didatangi orang tengah malam. Kasih berdiri di samping sepeda motor dan melihat kondisi tempat itu malam hari. Café itu akan tutup dan rombongan terakhir yang keluar adalah pria berpostur tegap. Mereka ada 5 orang dan asyik mengucapkan kata-kata perpisahan. Agak menakutkan melihat pengunjung sebuah café di tengah malam seperti itu. Seorang diantaranya membuka pintu mobil, masuk dan mulai menyalakan mesin mobilnya. Sinar lampunya sangat menyakiti mata, apa lagi ini tengah malam. Malam yang baik untuk tidak melihat sinar seterang itu. Tetapi mobil itu tidak cepat berlalu, malah mematikan mobilnya dan keluar lagi dari dalam mobil dan berjalan. Dia berjalan kearahku, kasih panik.
Sementara Aria ternyata mampir ke toilet tuan rumah. Sehingga kasih harus menunggu lebih lama di luar pagar. Orang yang berjalan dari mobil itu melambaikan tangan. Kasih semakin takut.
“kasih,,, ini kasih ya?”. Tanya orang itu dalam penerangan tanpa sinar lampu.
“siapa, siapa disitu?, apa saya mengenalmu?” Tanya kasih sedikit gugup.
“kalau kamu kasih, mungkin kamu kenal saya?’’ balas suara itu, dia berjalan terus dan berhenti tepat dibawah lampu jalan.
“astaga, mas Ramlan. Apakah itu benar mas ramlan?” kasih menanggapi.
“iya, aku ramlan”. Jawabnya.
“untuk apa mas disini. Ini kan sudah tengah malam. Lagi pula bukan hal yang baik untuk bertemu seseorang hingga selarut ini.” Jawab kasih tegas.
“harusnya aku yang bertanya seperti itu!, kamu kenapa bisa ada diluar rumah jam segini? Apa kamu sudah pamit ayahmu? Dan ini juga bukan udara yang sehat untuk dihirup.”
            Ramlan mendekati kasih dan mengulurkan tangannya, sementara menanggapinya dengan kikuk. Kasih diam-diam menjabat uluran tangan itu dengan mantap. Sembari menarik nafas, akhirnya dia mulai bicara dengan ramlan dengan tegas.
“maaf mas, kasih tidak suka dijodohkan seperti ini. Apalagi karena membayar hutang. Kasih masih ingin lebih lama hidup sendiri. Sebenarnya uang itu bisa aku ganti bila aku diberi kesempatan beberapa tahun saja. Aku akan bekerja dibali dan membayar hutang itu dengan gaji yang akan kuterima. Jadi mas, jangan pernah berharap kalau kita bisa bersanding sekalipun mas tampan atau kaya sekalipun”. Kasih memulai pembicaraan  seriusnya pada ramlan.
“tapi kas, aku pun juga tidak pernah berharap kalau kamu mau menikah denganku dengan cara seperti itu. Apa tidak bisa kamu pertimbangkan lagi?”. Jawab ramlan berharap.
“landasan keluarga kita saja salah, tentu akan salah bila kita tetap teruskan untuk bersama mas!”.
“kasih,,,,,”nada ramlan merajuk.
“apa? Apa mas juga tidak puas dengan keputusan saya? Sudah saya pikirkan hal ini baik-baik. Malam ini Aria kekasihku akan bersamaku kesuatu tempat dimana kami akan memulai kehidupan. Bekerja dan berkeluarga dan tidak akan kembali ke tempat ini lagi. Jadi, ini pertemuan terakhir kita mas. Pokoknya mas harus terima kalau aku tidak bisa bersanding dengan mas. Masih banyak wania lain yang lebih baik dari kasih. Apa perlu kasih carikan supaya mas tidak berharap lagi kasih dapat menjadi milik mas? Apa mas kurang puas menyiksa batin kasih dengan alasan yang tidak masuk akal ini. Ayolah mas,,, pertimbangkan. Kasih ini masih ingin berusaha menjadi lebih baik mas?” tampik kasih dengan alasannya pada ramlan.
“apa kamu tidak kasihan  pada Alfia. Dia masih kecil dan membutuhkan sosok seorang ibu. Kamu tidak menginkan dia hidup lebih sulit karena kekurangannya kan Kasih?” rayu ramlan.
“Alfia…” Alfia memang alasan yang pas untuk mengalihkan permasalahan ini. Alfia balita yang lucu walaupun dia tidak bisa bicara. Alfia,,, ma’afkanlah tante. Bisikknya menguatkan hatinya sendiri.
“kasih, aku mohon sekali padamu. Demi alfia, aku tidak akan menguntungkan posisiku sendiri kasih. Aku tau kalau dulu pernah meninggalkanmu karena mantan istriku. Aku tau aku salah. Aku banting tulang setiap hari, harus pergi kesana-kemari. Aku bekerja keras walau aku hanya punya alfia. Karena alfia aku harus hidup dan membesarkannya. Kau tau sendri kan kasih kalau alfia memiliki kekurangan, dia tidak akan mau berusaha tanpa dukungan orang-orang yang ia sayangi. Mohon kasih, pertimbangkanlah,,, pertimbangkanlah demi Alfia, bukan aku.” Ramlan memohonkan permintaannya pada kasih dengan mata berkaca-kaca. Ini demi putri semata wayangku, Alfia. Gadis kecil yang menjadi tujuanku untuk terus menjadi ayah yang baik baginya. Hanya alfia tujuanku…
__________________________________________ at part 0ne >,<’’ June 9, 2012

Jumat, 13 April 2012


Kenapa sih selalu iri???
Kenapa selalu nangis liat PP atau album temen-temen Fb yang membawa tas ransel gunung, bersandal gunung, bersweater hangat, berkerpus, membuka tenda, berapi unggun. rasanya seperti ditusuk-tusuk pake jarum. ces,,ces,, ces,,, sakitttttttttttttttttt bangets. #lebay tapi alay

kapan ya gue bisa naik gunung lagi? teman naik gunung aja kagak ada!(#huft,, seballll~,~'')
rasanya itu seperti luka yang dikasih garam. pedih bangets,,,,

semua ini berawal dari cinta yang ditolak kakak pecinta alam itu. Kakak yang keren dengan semua angan, ideology dan idealis yang tinggi. Namanya Pratama El. Tapi panggilannya tama. Lagi pula perduli apa dengan namanya. Dia seorang cowok jawa tulen, dengan tinggi 175 cm, kekar. Warna kulitnya sawo matang bersih khas orang Indonesia. Sudah bekerja di semacam perusahaan sektor vital Indonesia, PLN. Hahaha,,,,,
orang yang mampu membius hati ini dengan Kata-Kata Cintaaa…..

Pertama kali kenal mas tama saat kuputuskan untuk ikut teater d SMA-ku. Kebetulan yang jadi pelatihnya waktu itu masih kuliah, sedang aku masih baru kelas satu SMA. Jadi rasanya kenal anak kuliahan itu kerenn sekali,,,, # klo sekarang biasa aja~,~’’
Rabu  sore,  sekitar ba’da Ashar di lapangan tengah sekolah dengan seragam putih abu-abu. Berharap pemakluman di hari pertama ikut latihan. Lalu dari gerbang dalam sekolah, seorang cowok mengendarai sepeda ontel tua dengan membawa tas  pinggang. Aku kira orang mana masuk sekolahku kayak begitu.eh, ternyata itu orang pelatih teater d sekolah ini. Praduga pertama yang salah cerita.

Memang yang diajarkan tentang teater saja, tapi sedikit lebih banyak masuk juga ke ranah pengetahuan yang lain. Mulai dari tentang pacaran, cara membujuk kepala kesiswaan supaya meloloskan proposal kegiatan. Lalu juga tentang betapa busuknya pihak sekolah dalam aliran dana dari Diknas. Kemudian salah satu ceritanya yang ter-up date tentang hiking, diving and everything about adventure. That’s so wonderful story and membuatnya enjoy selalu.
Ada yang diving dikepulauan seribu. Satu yang paling berkesan baginya setelah berhasil di terima di kantor PLN pusat. Foto-foto yang banyak di pamerkannya di facebook. Semuanya serba wonderfull dan menghabiskan banyak uang. Selain dapat menyelam dan memburu ikan-ikan hias di pantai yang masih bersih.
Itu secercah sinar yang membuatku tertarik dengan dunia alam liar. Camping-camping dan menelusuri jalanan baru di hutan – hutan yang masih jarang disinggahi orang. Melihat mentari pagi diatas puncak gunung, melewati ladang-ladang bunga di ranu pane, ranu kumbolo. Dan ceritanya  tentang tanjakan cinta. Ya,,,saat dia masih punya hubungan cinta dengan seorang wanita asal Riau. Nama kekasihnya bunda amarilis. Berharap hubungan mereka seperti amarilis dan air. Namun tumbang juga oleh terpaan gelombang badai dari calon mempela perempuan. Mungkin karena jarak mereka yang sangat jauh. Seandainya aja sewaktu dia berlari ditanjakan cinta menyebut namaku. Mungkin saat ini aku masih sangat setia.
Iya, itu cerita masa lalu yang masih menyisakan kenangan untuk saat ini. Setidaknya masa putih abu-abuku jauh berwarna dari pada sekolah pulang-sekolah pulang.
Sekarang masanya untuk kuliah. Meninggalkan gaya hidup siswa putih abu-abu. Memilih kampus yang letaknya jauh dari rumah. Supaya kehidupan ini semakin berwarna. Memilih lokasi di dataran tinggi di provinsi yang sama. Sayangnya masih belum bisa mencari kawan-kawan yang bisa diajak berpetualang bersama membuka cerita di air terjun yang banyak bercecer di bukit-bukit tinggi.
(-,-)” mencari kawan, adakah kau tertarik mengajakku adventure bersama. Ayolah,, ajak aku naik gunung {“-“}

coban rondo- Batu, Malang

Selasa, 03 April 2012

Apa aku menyerah setelah menangis seperti orang gila yang kalian lihat mengenaskan tadi malam?
sedikit rasa benci karena sebuah cerita tak dapat aku bagi dengan kalian secara sembunyi-sembunyi..
Kanker kepala mulai diangkat dan terasa sangat sakit hingga aku habiskan sejuta tisu. tapi aku masih ingin bertahan lebih lama dengan Kanker Di Kepala....

Senin, 27 Februari 2012

jiwa merah saga

semu merah saga dalam diang
terbakar panas dan harum tulang-tulang manusia
bayangan padam lindap tepi kotak
semu merah saga pada sekotak persegi
melebur jadi abu dan berbatang-batang putih keras
panas merah saga berbau anyir darah-darah
kabar jiwa telah lepas dari raga
mati terkulai lalu kaku
raga menjerit sakit tanpa suara
tanpa gerak langkah dalam butir-butir air mata
semu merah saga dalam batang-batang putih keras
meranggas butir-butir air mata

jerit sakit tanpa suara, hanya selekas kobaran-kobaran peluh
semu merah saga jadi abu
batang-batang putih keras dilindas
ditempa bejana perak jadi tepung
waktu menutup api jiwa 
dingin mengabarkan dalam warta angin
debu terbangkan atas laut
pertanda hidup lenyap dalam hidup

                                                           Diah Rosita

Kamis, 23 Februari 2012

Dilema Mahasiswa baru

                Minggu pagi ini udara sangat dingin sekali, cukup untuk membuat uap air di udara. Jam masih menunjukkan jam 07:00 pagi. Suara deru sepeda motor dan mobil sudah ikut serta meramaikan jalanan kota yang sesungguhnya masih miskin lampu lalu lintas ini. Sedang aku masih asik berada dibalik selimut zebraku. Udara dingin ini yang membuatku malas beringsut dari kamar tidur yang lebarnya hanya 2,5 X 2,5 m saja. di Kost tempat tinggalku yang berada di belakang fakultas tempat aku menuntut ilmu.
                Baru sepekan semenjak kedatanganku ditempat ini, aku sudah mulai terbiasa menikmati udara dan air dinginnya, dialek dan kawan-kawan baru dari berbagi penjuru kota di jawa timur, bahkan ada yang dari beberapa provinsi di Negara tercinta ini. Hingga aku pun harus mulai terbiasa berbahasa Indonesia. Hal ini juga tidak sulit, hanya kurang terbiasa saja.
                Layaknya remaja yang memasuki usia dewasa, dimana mulai dituntut mandiri dan kerja keras. Berusaha menutupi kekurangan dan menggali potensi diri untuk jadi yang terbaik semaksimal yang kita harapkan. Namun ada tujuan lain yang melenceng yang secara tanpa aku sadari aku sudah jauh dari rel yang dulu kugunakan. Memang ini juga bukan tujuan awal aku datang kesini. Lebih tepatnya tujuan lain. Aku mencari kepercayaan dan kebersamaan dalam banyak situasi. Aku rasa kata cinta terlalu tinggi untuk mewakili, tapi itulah adanya.
                Jika kalian berpendapat bahwa manusia adalah tempat khilaf dan ketidaksempurnaan. Cinta juga pantas dianalogikan seperti itu. Bila manusia adalah ketidaksempurnaan, maka cinta pun juga demikian adanya. Karena secara logika, cinta manusia adalah ketidaksempurnaan dalam ketidaksempurnaan. Apalagi cinta yang tidak dari hati, hanya karena ada apanya. Memang ia mudah rapuh dan membekaskan luka. Di Universitas ini pula aku jumpai berbagai macam mahluk laki-laki dengan jenis cinta yang berbeda-beda.
                Aku memang belum pernah bermain dengan yang namanya cinta, tapi sakit hati itu pula yang sudah banyak aku rasakan. Kehidupanku tak semulus jalan aspal. tapi sekasar dan sekeras itu pula yang aku rasakan. Bila aku berkata takut, aku yang tidak berani mencobanya. Tapi bila aku mencoba melangkah kearah sana, aku tak cukup berpengalaman dengan permasalahan yang akan kuhadapi. Aku takut masuk jeratan buaya-buaya darat dan bisa habis dimakannya.
                Kenapa oh kenapa aku berpikir demikian. Kuliah untuk mencari bekal yang kelak akan dipakai untuk bekerja dan mendapatkan uang. Nilai tambah alias +++-nya bisa dicari nanti. Harusnya pikiran itu tidak muncul dalam diri mahasiswa baru sepertiku. Yang masih awam dengan rawannya kota malang. Oh God,,,,,,,,,, jam sudah pukul 09:00, aku ada kuliah pagi ini. Kusambar handuk dan peralaan mandi. Mahasiswi Ekonomi payah gumamku.

Jumat, 27 Januari 2012

ingin aku tulis semua hal tentangmu,,,
tentang cerita yang aku ukir sendiri dibalik punggungmu yang kekar..
aku ingin muntahkan semua keluh kesahku padamu, tapi kau tak pernah melihatku disini.
mengapa kau diamkan aku dalam gelisah ?
aku tak ingin menepukkan tanganku pada angin, pada angan yang hanya mampu dinikmati angin itu sendiri...
 
kau dengan langkah gontai berjalan dilorong-lorong bangunan itu dan berseloroh tentang duniamu yang tak pernah kau tau sendiri.

aku ingin menusukmu dengan kata-kata yang tak mampu aku katakan langsung kepadamu,,,

aku masih ingin memelukmu seerat dahulu. 

ketika kau belum sepenuhnya milikku. kau ...
ingin aku tikam leher itu dengan air mata,,,,,


aku masih ingin,,,,,,,
bersamamu....