Minggu pagi
ini udara sangat dingin sekali, cukup untuk membuat uap air di udara. Jam masih
menunjukkan jam 07:00 pagi. Suara deru sepeda motor dan mobil sudah ikut serta
meramaikan jalanan kota yang sesungguhnya masih miskin lampu lalu lintas ini. Sedang
aku masih asik berada dibalik selimut zebraku. Udara dingin ini yang membuatku
malas beringsut dari kamar tidur yang lebarnya hanya 2,5 X 2,5 m saja. di Kost
tempat tinggalku yang berada di belakang fakultas tempat aku menuntut ilmu.
Baru sepekan
semenjak kedatanganku ditempat ini, aku sudah mulai terbiasa menikmati udara
dan air dinginnya, dialek dan kawan-kawan baru dari berbagi penjuru kota di
jawa timur, bahkan ada yang dari beberapa provinsi di Negara tercinta ini. Hingga
aku pun harus mulai terbiasa berbahasa Indonesia. Hal ini juga tidak sulit, hanya
kurang terbiasa saja.
Layaknya
remaja yang memasuki usia dewasa, dimana mulai dituntut mandiri dan kerja
keras. Berusaha menutupi kekurangan dan menggali potensi diri untuk jadi yang
terbaik semaksimal yang kita harapkan. Namun ada tujuan lain yang melenceng
yang secara tanpa aku sadari aku sudah jauh dari rel yang dulu kugunakan. Memang
ini juga bukan tujuan awal aku datang kesini. Lebih tepatnya tujuan lain. Aku mencari
kepercayaan dan kebersamaan dalam banyak situasi. Aku rasa kata cinta terlalu
tinggi untuk mewakili, tapi itulah adanya.
Jika kalian
berpendapat bahwa manusia adalah tempat khilaf dan ketidaksempurnaan. Cinta juga
pantas dianalogikan seperti itu. Bila manusia adalah ketidaksempurnaan, maka
cinta pun juga demikian adanya. Karena secara logika, cinta manusia adalah
ketidaksempurnaan dalam ketidaksempurnaan. Apalagi cinta yang tidak dari hati,
hanya karena ada apanya. Memang ia mudah rapuh dan membekaskan luka. Di Universitas
ini pula aku jumpai berbagai macam mahluk laki-laki dengan jenis cinta yang berbeda-beda.
Aku
memang belum pernah bermain dengan yang namanya cinta, tapi sakit hati itu pula
yang sudah banyak aku rasakan. Kehidupanku tak semulus jalan aspal. tapi
sekasar dan sekeras itu pula yang aku rasakan. Bila aku berkata takut, aku yang
tidak berani mencobanya. Tapi bila aku mencoba melangkah kearah sana, aku tak
cukup berpengalaman dengan permasalahan yang akan kuhadapi. Aku takut masuk
jeratan buaya-buaya darat dan bisa habis dimakannya.
Kenapa oh
kenapa aku berpikir demikian. Kuliah untuk mencari bekal yang kelak akan
dipakai untuk bekerja dan mendapatkan uang. Nilai tambah alias +++-nya bisa
dicari nanti. Harusnya pikiran itu tidak muncul dalam diri mahasiswa baru
sepertiku. Yang masih awam dengan rawannya kota malang. Oh God,,,,,,,,,, jam sudah
pukul 09:00, aku ada kuliah pagi ini. Kusambar handuk dan peralaan mandi.
Mahasiswi Ekonomi payah gumamku.