post Istimewa

Selasa, 31 Desember 2013

Pasir Putih Malikan di penghujung 2013

Dan pasir putih tampak menawan sepanjang mata memandang, gunung-gunung yang menjelma laksana pulau. Ini adalah hari terakhir ditahun 2013. Akhir petualangan ditahun yang luar biasa, Pasir Putih Malikan adalah pantai tujuan kami yang berada di selatan Kabupaten Jember - Jawa Timur, sekitar 20 menit dari rumah dengan kendaraan bermotor. dan kali ini sebagai guide yang menemani teman-teman Malang. haha... see how beautiful is it and our happinest >,<

di Sithi Inggil menikmati pemandangan laut diatas bukit :D


gugusan kepulauan Narada


and i enjoy it more >.<

dan karang-karang yang membentuk gugusan kepulauan
mbak Iin sama Ema yang seneng banget bisa sampai pantai ini

senenge tha lah mlaku ~(-_-)~




and we really enjoy it guys 9(*+*)9

Kamis, 26 Desember 2013

Should I say good bye…? My production team

Bukti Pinangan itu masih aku simpan dalam memori kartu SIM Simpatiku. Pinangan yang terketik dengan sempurna, ya sempurna. Sempurna karena aku bahkan berfikir keras untuk menyusun kata-katanya agar dapat memberikan makna yang jelas. Bahkan karakter short messages-nya terketik sepanjang 3 kali pesan SMS. Butuh perencanaan yang matang tuk meyakinkanmu bergabung dalam timku. Ya, aku masih ingat pinangan itu…

Sragen, 25 Desember 2012 adalah hari dimana aku memulai petualangan backpackeran mengitari pulau jawa. Tentu saja saat itu aku merasa senang dan tanpa beban, karena aku yakin bahwa backpacker mengajari kita banyak sudut pandang, adaptasi lingkungan, manajemen waktu, keuangan, dan … berfikir serta bertindak layaknya orang dewasa yang tau kapan saat yang tepat. Aku sangat menikmati suasana itu, tanpa tugas, tanpa tanggung jawab organisasi dan kebebasan pasca demisioner sebagai ibu rumah tangga.

Tapi, sore itu dalam bus Surabaya – Jogja yang aku tumpangi keadaan tiba-tiba berubah. Sebuah pesan dari ketua bidang kekaryaan dan ketua umum yang baru saja dilantik masuk melalui inbox hp-q. isinya? Terketikkan bahwa mereka melamarku untuk menjadi seorang koordinator(lagi) untuk membawahi bidang produksi selama setahun kedepan. Dengan alasan yang tertera cukup sederhana. “Kompeten dan mempunyai kapasitas di bidang ini”. Namun, aku tak menjawab. Karena aku tidak berminat.

Bom-bom pesan itu masih saja menghujani inbox hp-ku. Dengan telah mengulurnya terlalu lama, aku mulai membalas pesan. Aku bersedia mengisi posisi koordinator bidang produksi, tapi siapa yang akan menguatkan aku? Aku tidak mungkin berdiri sendiri dalam posisi yang sebagian besar anggota memandang “Tinggi”. Aku takut, aku takut bahwa aku tidak sanggup menjalankan amanah. Aku takut dalam kegelisahan yang aku ciptakan sendiri.

Setelah lama aku berfikir dan menimang lagi lamaran posisi itu, aku membalasnya. “Iya”…

Dan siapa orang-orang yang akan menguatkan posisiku? Dua orang itu menyarankan beberapa nama,,, yang mungkin secara pribadi akan cocok denganku walaupun aku sendiri merasa tidak memiliki kedekatan emosional dengannya. Tapi, sekali lagi. Demi kemajuan organisasi, kita harus membuka pikiran kita agar dapat berjalan kearah yang lebih baik. Maka aku pun mulai mengetik lamaran berupa SMS yang kutujukan pada mereka. Entah berapa kali aku menghapus susunan kalimatnya, tanpa menyingkat kata-katanya dan berisi nada yang penuh penguatan agar mereka mau bergabung dengaku.

Tapi, tidak sedikit yang menolakku. Ya, banyak dari mereka yang menolakku untuk menjadi koordinator mereka. Dengan alasan mereka merasa lebih senang bergabung pada bidang lain. Aku sempat kecewa,,, kenapa? Tentu saja karena aku sudah merangkai banyak kata dan menghabiskan banyak waktu untuk hanya sekedar mengetik SMS. Pengakuanku, harapanku, mereka memudarkan itu. Aku tidak tau harus berkata apa, aku hanya ingin bidangku diisi oleh orang-orang yang mau belajar bersamaku, mendampingiku hingga akhir kepengurusan dan tentu saja setia padaku disaat banyak yang memberikan halangan dan “hinaan”. Aku butuh orang-orang yang memberikan motivasi dan dukungan untuk melangkah.

Sudah banyak yang menolakku, tapi terakhir kali aku mengirim pesan itu. Ada dua orang membalasnya dengan kata “IYA, saya dengan seluruh kekurangan yang saya miliki akan berusaha semaksimal mungkin untuk berkarya dalam bidang produksi.”

Aku senang sekali membaca pesan itu, walaupun aku tidak terlalu dekat dengan mereka, aku percaya bahwa mereka akan mendampingiku hingga akhir kepengurusan.

Mereka adalah Abdiyana Ihsan (Psi/’12)a.k.a Ihsan dan Fajar Gunawan (PTS/’11). Dua cacak *kakak* Madura dengan background karakter yang benar-benar berbeda. Mereka seperti air dengan arus, api dengan bara, kopi dengan ampas. Mereka dua orang dari sisi yang berbeda. Dan mereka melengkapi diriku dengan cara mereka yang sempurna. Air dan bara adalah satu hal. Tidak saling bertarung satu sama lain, tapi mereka adalah satu bagian dari bagian lain yang tidak terpisahkan. “Karena kita adalah satu kesatuan utuh yang tidak dapat dipisahkan”…

Mereka melengkapiku dalam bidang ini dengan sangat sempurna sampai kami didemisionerkan kemarin malam.

Tentu saja bidang kami tidak berjalan mulus begitu saja. Bahkan aku pernah drop karena menyadari bahwa karakter mereka yang berbeda membuaku tidak mempu mengayomi mereka mencapai apa yang mereka cari dari organisasi ini. Ya, saya sempat menyerah dan dalam sebuah forum besar yang diadakan dipagi buta itu dengan menangis tersedu-sedu saya memohon resign pada forum. Saya tidak ingin mengecewakan mereka yang ingin belajar bersama saya. Ya, mereka adalah dua orang yang berpendirian

luar biasa untuk terus berkembang. Saya takut… takut… takut mengecewakan mereka..

Tapi insiden yang dibarengi dengan pingsan itu tidak mendapat tanggapan. Forum selalu menganggap bahwa saya mampu, bahkan ketum yang juga meyakinkan saya bahwa saya mempu untuk bertahan pada bidang ini… percuma, mereka membantah tiap argumen yang saya lontarkan.

Bahkan dia juga berkata bahwa dengan terpilihnya pada posisi tertinggi tidak terlepas karena dukungan saya sebagai salah satu yang selalu memberikan dia motivasi, namun dia sadar kalau saya mundur perlahan-lahan. Seakan saya berencana meninggalkannya sendiri.

Ya, aku mengakuinya. Aku berencana mundur karena saya rasa dia telah melupakan saya, tidak ada lagi kedekatan seperti ketika saya sebidang. Yang ada hanya tuntutan. Tuntutan atas terlaksananya proker yang sudah saya dealkan. Tanpa adanya “Penghargaan”, saya hanya ingin dihargai walau dengan ucapan dan senyum. Bukan kata-kata hambar yang lalu menimpukkan seperti beban. Ya, aku benar-benar ingin resign

Lalu, dua orang yang telah percaya padaku datang menghampiri. Mereka tersedu-sedan dan peduli pada kondisiku yang saat itu terlihat mengenaskan. Ya, mereka lagi-lagi menguatkan posisiku disaat aku merasa tidak sanggup lagi bersama mereka di bidang itu. Mereka istimewa,,,

Apa kau masih ingat ketika kita berbagi PJ, lalu ada program kita yang tiba-tiba di delete di pertengahan jalan?, mengkonsep pementasan bersama, walaupunn banyak yang terlihat GJ, tapi aku suka ketika kita masih terus saja berkoordinasi dalam jangka waktu yang panjang ini dalam setiap pementasan. Lihat! Pementasan kita ada 30 buah selama setahun, terlepas dari yang kita handle bersama dan diambilalih yang lain. Kita hebat… kau percaya kan kalau kita hebat?

Maka, aku tidak pernah menyesal lagi dapat belajar bersama kalian setahun ini. Kita ada dengan watak yang saling berbeda, dengan karakter yang berupa-rupa, dan kita ada untuk saling melengkapi… terimakasih my son, kalian tetap solid sampai kita benar-benar didemisoner. Jadi, apakah kita benar-benar berpisah dalam satu ikatan karena posisi kita saat ini? J

Hmmm, sudah.. sudah,,, aku sudah tidak ingin bermelow lagi L L L
 
 

Jumat, 06 Desember 2013

"Ketemu Lawan"


Dok. pribadi by @RFHhutabarat

Minggu pagi di Desa Wisata Tembi habis bersih diri terus *Narsisisasi* keliling kampung. namanya orang jawa ya kalau pagi udah Lapar kebelet pingin sarapan. berhubung keliling kampung gak ada yang gratis, akhirnya balik ke wisma tadi malem yang disamping Kuburan pas posisinya *ngeri mbak bro*. dapat kabar dari Malaikat di wisma kalo mau ambil Jatah Sarapan suruh ke Rumah no 6 gitu #lupa_no.nya. akhirnya balik ngacir ke arah seberang. eh, lha kq ketemu ikan disamping jalan OTW nakaM-nakaM taheS. kebetulan eike kagak bisa makan ikan, trus si ikan pelototin langit nunggu ujan krna bibirnya butuh minum. "Lawan" makan satu ini kasihan kali lah, ya udah... tak bantuin aja pose serupa minta hujan sama dewa bareng Ulos ungu gue. hehe.. Sometimes "Lawan" harus diubah jadi "Kawan" dengan cara membantu :D
OOOuuuwwoooooo\kfofchnfhvhnjcfjakmjz (*bule cewek yang lewat aja ketawa, masak loe enggak ~(-,-~)* )


Postingan ini diikutsertakan dalam kontes Narsisisasi ala Blogger Nusantara 2013 yang diadalan oleh Ria Lyzara

Rabu, 04 Desember 2013

tempat nyaman nyetatus.. nyosmed...

Status Facebook:

"dimulai dari sekarang.. Ganbatte!!! minggu-minggu jarang tidur dan hmmm.... mengerjakan tugas lebih banyak.
Saudara, sebenarnya saya juga punya tugas kampus. banyak.. saya hanya terlalu sayang pada kamu yang sering meninggalkan saya. dan jujur. saya sudah muak saudara. ijinkan saya kabur dulu ya :D"

Status Twitter:

"i'm not follower. i just keep silent when my society go crowded then they r just talking about something useless"

Status Blogger:

"Sampah pikiran gue, adalah karya yang sedang kalian nikmati sekarang. jujur.. kalau boleh menulis disini. blog gue, istana gue. entah lue pade mau sebut gue blogger nista atau blogger geblek. eike kagak peduli. yang jelas... gue pengen ngomong. ngomong... bisa kan sekali-sekali dengerin gue?, apa gue harus tunggu lue sakit baru gue ngomong? atau tunggu gue kabur dulu baru lue mau ngomong sama gue? selama ini lue nganggep gue apa sih?.
Enought,,, enought,,, sekalipun mben dino ngomong nganggo boso jowo. aku yakin kon ngerti maksudku muni Enought. yo wes...."

Daun dan Angin


Daun yang jatuh tidak  pernah membenci angin…
                                                                        ~~Tere Liye

Bila angin adalah sosok orang-orang yang membesarkanku…
apakah suatu saat ketika aku tumbang, mereka masih tetap bersamaku?
Apakah mereka masih mengenalku dan mengenangku?
Apakah aku hanya akan menikmati kejatuhanku tanpa membenci mereka?

Daun yang jatuh memang tidak pernah membenci angin..
Karena daun bukan manusia. Bukan Jiwa yang memiliki rasa…


“Terkadang kesedihan memerlukan kesendirian, meskipun seringkali kesendirian mengundang kesedihan tak tertahankan.”  ~~Muhammad Raffie