post Istimewa

Rabu, 31 Juli 2013

Seulas "5 Cm"



Tuesday, July 23, 2013
15:39:57

          Tepat setelah membaringkan badanku yang lelah karena bekerja seharian di ruang peribadatan. Memandangi langit-langit ruang sholat tanpa eternit dengan penuh keluhan yang mendesak. Seharian ini ramadhan terasa panjang, panjang sekali. Mungkin karena puasa hari ini tetap terlaksana seperti biasanya, penuh dengan pekerjaan yang menumpuk. Kalau bukan berurusan dengan tembakau, apalagi?
           
           Kemudian dering pesan masuk handphone membuyarkan lamunanku. Sebuah pesan masuk dari seorang kawan di Malang.
Kamal Hampa: He, aku udah lihat film 5Cm. :p
Yang belum lihat, ndang lihat.
Lalu, Setelah lebaran, kita mendaki. Yogpo? :D” (He, aku udah lihat film 5 Cm. yang belum lihat, cepat lihat. Lalu setelah lebaran, kita mendaki. Gimana? :D)

          Tawaku tiba-tiba pecah setelah membaca pesan itu. Aneh, gila, anak ini entah up date-nya Pentium berapa. Film sebagus itu baru aja dilihat. Tanpa pikir panjang langsung kubalas pesan singkat itu.

Me : “Owalah mal mal . . . . Aq lhe wes liat 2 kali d Bioskop :p”
          (owalah mal mal . . . . aku lho sudah lihat 2 kali di Bioskop)

          Bagiku, film 5 Cm adalah film petualangan paling bagus yang pernah kulihat. Recommended lah, kalian juga harus lihat film ini. Ceritanya seru, Kece buanggettt wes. Gak tanggung-tanggung, aku bahkan lihatnya 2 kali di bioskop. Klo biasanya kita anak Hampa lihat film baru pasti Up date dan dapat Copy-annya. Untuk film ini, 7 bulan setelah rilis pun belum ada bajakannya di internet. Cuma thriller doing. Pemasarannya beginian nih yang keren, nggak gampang jebol dipasaran.

             Awalnya, aku dan temanku Didin dari Magetan pernah berdiskusi dan sepakat untuk mendaki gunung lawu lewat jalur yang perna dilalui didin sebelumnya. Didin itu anaknya mungil banget, sekitaran 45 kg-an lah. Hobinya naik gunung ber-carrier gede. Beruntung anaknya kuat dan lincah untuk mendaki, nggak bermasalahlah badan mungilnya itu. Lalu sekitar awal semester dua kemarin saat kita janjian, lagi booming novel “5 Cm”. penulisnya Donny Dirgantara udah nongol dimana-mana. Di Koran, majalah, Tv sama berterbangan di Internet. Didin juga cerita kalau novel itu udah lama banget, ceritanya nggak kalah bagus. Cuma baru aja diisukan mau diangkat ke layar lebar. Ya, dari didin aku tau ada novel bagus berjudul “5 Cm”.

          Suatu saat pada waktu itu ada waktu senggang karena kuliah sore di delay. Aku malas pulang ke kos waktu senggang. Berbalik arah melangkahkan kaki ke timur menuju sanggar teaterku ter-WoW. Hahaha.. sampai sana sepi, manusianya sedikit sekali. Sebagian besar masih sibuk kuliah. Akhirnya aku mengajak seorang dulur Hampa untuk menemaniku belanja buku di blok W, Malang. Jaraknya dari kampusku lumayan dekat sekitar 1 Km. kami berjalan sesembari menikmati sore yang sejuk di kota malang.

          Sampai blok W, mataku berkaca-kaca. Istana buku memang tempat belanja yang paling istimewa dari pada belanja pakaian ataupun hal yang lain. Melihat dari lapak ke lapak penjual satu ke penjual  yang lain. Buku “5 Cm” mayoritas mendominasi tempat ini. Mungkin lagi ngetrend batinku. Akhirnya aku ambil satu pada bapak penjual langgananku. Harga buku di blok W jauh lebih murah dari pada di Gramedia dan Toga Mas. Buku itu aku peroleh seharga Rp 15.000,-. Mungkin kalau di toko buku lain harganya diatas Rp 60.000,-. Nggak apa-apalah, ini buku bajakan dimana penulis asli tidak mendapat royalty. Selagi menjadi mahasiswa berkantung pas-pasan. Ntar kalau udah kerja dan punya uang sendiri baru belanja buku yang Legal. Sekarang ilegal dulu, hahaha…(ntar kalau beli yang legal bisa ndak makan T.T #maklum yak)

          Mendapat buku baru sama dengan mendapat pacar baru. Sesampainya aku disanggar, buku itu aku buka plastik pembungkus, lembar demi lembar. Terbaca satu per satu tanpa terlewatkan sampai hampir sepertiga tebalnya. Lanjut dibaca lagi di kosan. Seperti biasa, buku baru tidak pernah bertahan sampai dua hari. Malam itu juga isinya telah ludes kubaca. Isinya keren banget. Jadilah topik ini di pembicaraan senggang pas ngampus. Banyak yang ngantri pengen baca bukuku dan entah sekarang giliran siapa dan ada di tangan siapa. Buku itu memang masih selamat dengan beberapa lipatan tanda baca didalamnya. Aku bawa kesanggar, banyak yang ngantri dan Alhamdulillah ya. Bukuku menghilang dengan tenang disana. Kagak tau siapa yang ngambil. Bikin merana kehilangan buku bersampul lereng Mahameru itu. Sempat sebelumnya aku tulis beberapa kata yang menginspirasi dari buku “5 Cm” di Buku Curhat sanggar. Kenanganku Cuma itu, sepotong kata-kata yang tertulis. Nggak apa-apalah, diiklaskan saja…

          Masih terbawa pesona 5 Cm, hobi kepo dan browsing nambah pengetahuan tentang film 5 Cm. dimulai dari penulisnya mas Donny Dirgantara sama produsernya ngomongin topic film nasionalisme ini. Sampai bocoran siapa-siapa yang bakal jadi 6 pemain utamanya. Pevita pearce, Denny Sumargo, HerjunotAli, Fedi Nuril, Saykoji dan Raline Syah. Tau pertama kali bakal pemainnya agak disappointed. Ya iya lah, masa karakter setampan Arial dimainkan sama denny, yang paling cantik, Riani malah dimainkan Raline syah. Denny S dibilang mirip sama Pevita karena kakak adik, nggak bangettt. Trus yang paling keren dan bijak malah dimainin sama Fedi Nuril. Sedang yang juga terlalu bagus untuk jadi Zafran malah Junot. Pokoknya nggak pas banget dah.

          Sempat disappointed malah bikin penasaran sama nih film. Mungkin nggak ceritanya sama? Atau ada yang kepotong/ atau mungkin ada bagian yang sulit diriilkan dari novel itu? And you know what??? Ternyata memang ada bagian yang nggak pas di ending novel sama ending filmnya. Yang paling keren malah beum nikah. Riani tetep sama Zafran. Pevita di Novel nikah sama cowok yang ketemu pas nanjak bareng di mahameru, eh di film malah enggak. Kayaknya semi semi deket sama Genta/Fedi Nuril. Itulah resensiku, bisa jadi filmnya kurang greget, bisa jadi bayanganku yang terlalu WoW super. It’s okay, inti dari 5 Cm tetep kena. Bagaimanapun juga film 5 Cm ini bikin Nasionalisme terus kebakar semangat berapi-api. Bangga banget jadi Indonesia. Kalian harus pada liat nih film. Dijamin 20 jempol dah aku kasih. Buat temanku si Kamal, walaupun telat liat. Semangat kita buat mencintai alam masih akan terus membara. Sido muncak kapan ki?


Minggu, 28 Juli 2013

Que Sera Sera (Whatever will be)

Tadi sewaktu bangun pagi, Udara dingin terasa menusuk tulang. Akhir bulan July masih saja sedingin cuaca di Batu, Malang. Padahal ini kan di Jember, Dataran rendah yang selalu panas menyengat di siang hari. Mau tak mau untuk mengurangi rasa menggigil, aku menyambar selimut tebal disampingku. Tidur di sofa juga selalu meninggalkan rasa sakit di kepala, rasanya ruang tamu ini lebih dingin dari kamar tidurku yang serupa kapal pecah akibat diterjang Tsunami pakaian belum terlipat. Beruntungnya bangun pagi ini, Orang tuaku sudah pergi ke sawah memetik daun Tembakau. Jadi masih ada waktu untuk sejenak bermalas - malasan dengan selimut.

Bangun sepagi ini ngapain? Udara dingin, kepala sakit dan nggak bisa tidur lagi. Akhirnya aye pergi ke kamarku mengambil Laptop yang biasa ditaruh di atas meja. Laptop yang semakin berdebu karena jarang tersentuh -_-. Aye bawa ke ruang tamu, kubuka dan menekan tombol On-nya. Masukkan Password, tunggu 2 menit trus colokin modem lelet yang paling berbakti ini. Huhu… connect ke Internet dan seperti biasa. membuka sejumlah akun-akun sosial media yang punyaku. Berurutan mulai dari Facebook, Twitter, Kompasiana, Backpacker, Gmail – gmailku, Blog, Siakad, dan beberapa Newsletter Promosi.

Pantengin Facebook, mulai dari beranda paling atas sampe yang paling bawah. Postingan yang nggak guna, postingan penuh dengan harapan, celaan sama yang lagi asik-asiknya Pamer. Itu alasan mengapa facebook selalu dibuka no 1, tapi jarang buanget up date status. Soalnya lebih banyak nggak guna dari pada manfaatnya. #woyooo

Di tengah – tengah deretan posting, nemu postingan yang bikin Ati #Nyess –ek. Haha.. postingan datang dari seorang tetua di Malang yang biasa aye panggil Bang Romdan. Awalnya sih liat postingan itu berasa kayak bagaimana gitu liat judulnya. “Que Sera Sera”. Familiar banget kan?!. Yang hobi pantengin Tv pasti sering liat iklan ini dah. Aye berani jamin, kalau kalian pada tau tuh arti liriknya. Bisa nangis darah deh. Ciyusss loh ~(*v*~)”


Ini nih liriknya à
When I was just a little girl
I asked my mother
“What will I be? Will I be pretty?, will I be rich?”
Here’s what she said to me:
“Que Sera Sera
Whatever will  be will be
The future’s not ours to see
Que sera-sera
What will be will be……..

(Dulu ketika aku masih seorang gadis kecil
Aku bertanya pada ibu
“aku akan jadi apa di masa depan? Apakah aku akan jadi cantik dan kaya?”
Beliau pun berkata padaku:
“Que Sera Sera
Apapun yang akan terjadi terjadilah, masa depan bukanlah hal yang perlu kita takutkan
Que Sera Sera
Apa yang akan terjadi terjadilah”)

Dalam bahasa Arab, kita mengenalnya dengan Kun Fayakun. Apapun bahasanya, makna yang ada dalam lirik lagu ini benar - benar menyentuh banget. Seorang anak kecil aja punya kekhawatiran dengan masa depannya. Mungkin sebagian dari kita pun juga begitu. tentang masa depan  mah siapa yang tau atuh. Namun bisa kq kita membuat masa depan jadi milik kita. Aye...

Que sera sera ini di adopt dari you tube, kebetulan isinya dari pengiklan Asuransi. Tapi cukuplah untuk mewakili beberapa linangan air mata. Tadi pun sewaktu membuka link itu, kebetulan adik perempuanku yang masih 9 tahun duduk disampingku. Dia juga lihat Que sera-sera dengan mata berkaca kaca. Pasti dia tahu maknanya batinku. Dalam video yang aku lihat itu ada Shoot anak-anak penyandang cacat. Sebagai seorang yang Alhamdulillah sempurna secara fisik, aye yakin dah klo kekhawatiran mereka lebih tinggi tingkatannya dari kita yang sempurna. Tapi nada mereka berbaur penuh Semangat. Sungguh, nih video bikin mewek sampe aye nulis ini di malam hari.
Que sera sera… Jangan Khawatir, masa depan ada di depan kita \(~v~)/

Oia, lagu ini dipetik dari Original Soundtrack-nya film Alfred Hitchcock loh. Film-nya udah lama alias “Lawas”. Tetep stay tune nyari nih film, Motivasinya luar biasa. film…film.. mana film…*=*

Selasa, 09 Juli 2013

Ramadhan #1 day

Hari pertama puasa ramadhan 1434 H ini kerasa lamaaa banget. banget dah pokoknya. nggak tau kenapa jam dinding jalannya jadi seret. apa mungkin kurang oli ya? hahaha... ini semua bukan karena efek puasa terus nungguin adzan magrib ya. bukan.. tapi rasa-rasanya kayak ada sesuatu lain yang bikin kerasa lamanya hari ini.

Aku kuat kq puasa. serius!!! kan udah dihukumi wajib, jadi mesti, harus dan kudu kuat sampai waktu berbuka. nah, berhubung puasa itu nggak cuma nahan lapar. mesti nahan amarah, pandangan, perbuatan dan semua hal yang negatif. ini nih yang bikin kadang-kadang ngerasa agak gak banget.

jadi ceritanya hari ini ada sahur perdana. akun-akun SosMed bikin betah on line mulu smpe jam 2 pagi, dilanjut tidur cuma sejam sebelum akhirnya sahur. nah, abis sahur nunggu waktu Shubuh, eh, kurang 15 menit lagi tapi kantuk udah nyerang pake banget, banget, banget dah. akhirnya tarik selimut menuju alam mimpi. dan Subuh pertama Ramadhan ini melayang dengan begitu indahnya. ckckck

Ibu udah mulai nyanyi sambil gebrakin pintu, sontak aja aku kaget. dengan mata yang masih lengket langsung bangun menuju ruang tamu. entah tadi jalannya kek apa udah lupa, sempet ngerasain sakit. mungkin karena masih belum sepenuhnya sadar, aku kayak sempet nabrak sesuatu deh. lue tau? jam disampingku penghianat banget. masa nunjukkin pukul 9 pagi? Omegot, tadi tidur apa mati ya. gilak, ini kali pertama bangun sebegitu paginya *ngalay. hahaha

dilanjut ambil lepy di kamar terus on line. Sosmed udah garing, mau ikut lomba blogger otak masih kosong. akhirnya buka salah satu website favorit. Rasa Malaysia. isinya masakan-masakan yang biki ngiler dah, althought cuma lihat gambarnya doang. terus buka-buka resep cumi. sedang menggilai cumi-cumi. jadi pengen cepat-cepat masak resep baru. Cumi-cumi bikin ngiler, nggak kalah juga pingin buat nasi lemak buat buka ntar sore. rasanya ramadhan jadi bikin hoby browsing resep...


Cepat Adzan Magrib ya Allah :D

Somewhere over the R...

Saat semuanya berlalu, apapun yang akan kamu lakukan tidak bisa merubah masa lalu itu. Semua kalimat pengandaian hanya akan menjadi sampah belaka. Mentari yang telah bersinar tak mungkin akan putar balik ke kedudukannya semula. seperti itulah masa lalu, harap tak perlu kau risaukan. Karena dia memang benar-benar telah berlalu.

Lalu, dengan senjata mata pena kau mulai menulis. Mulai merajuk seperti bayi yang kehilangan ibunya. Kehilangan kehangatan saat benar-benar dibutuhkan. Senjata itu merupakan alat terakhir yang kau punya. Dengan membabi buta, kamu tulis semua suka duka… bukankah itu telah berlalu? Lalu kenapa harus dipikir ulang.

Yang lalu adalah pijakan, sekuat apa pijakanmu? Kuat? Kalau merasa rapuh, saat ini adalah saat yang terbaik untuk menguatkan pijakanmu dengan membuat sebuah cerita yang mengharubirukan…

Sometimes, akal sehat tidak selalu bekerja. Hati mengambil alih tanpa permisi. Tapi kamu bukan seorang Skizovernia kan? Kamu tetap utuh satu kan? Bukan orang yang mudah lupa,  dan pemecah pribadi yang buruk. Aku tau bahwa kamu tetap satu.


Somewhere.. 

Senin, 08 Juli 2013

Skenario Kalap

Baru aja ndengerin sidang Isbat dalam penentuan jatuhnya tanggal 1 Ramadhan 1434 Hijriah. dimana yang hadir dalam sidang itu adalah perwakilan dari Ormas-Ormas Islam di Indonesia, utamanya Ketua-Ketuanya. setelah pak MenAg membacakan laporannya, tibalah para wakil untuk memberikan tanggapan-tanggapan. 

tiba-tiba sebuah flash back terjadi.

Isinya : Ketentuan pemilihan ketua itu setelah dijagoin sama beberapa orang lalu didukung oleh banyak orang sampai terpilihlah Beliau. menjagokan seseorang gak pandang bulu kayak njagoin Kadal. lha wong njagoin Sabung Ayam aja pake dipikirin masak-masak kq. biar taruhannya kagak kalah, trus dapat duit dah. nah, ini juga kagak beda bung. Njagoin seseorang sebagai pemimpin agama itu pasti ditimbang Bibit, Bobot dan Bebetnya. |#baca: Nimbang mantu.

jadi intinya, untuk memilih seorang Ketua itu kagak mudah. selain liat masa lalunya, liat masa sekarang sama masa depannya. liat karakter, kebiasaan sama kekurangannya. dipilih secara mufakat biar nanti setelah terpilih sebagai ketua, semua orang jadi Legowo dan bisa menerima sekaligus mendukung sepak terjang atas Proker-prokernya. Susah kan? 

Pernah beberapa bulan yang lalu sempat mengikuti pemilihan ketua untuk periode mendatang. kita sidang selama 3 hari 3 malam bung, dan tiap hari cuma ada waktu 5 jam buat istirahat diluar persidangan. Calon ketua yang dipilih pun quality dan kapasitasnya relatif sama, pendukungnya relatif sama, hampir seabrek dari mereka sama. jadinya kita tambah makin susah nentuin mana yang baik dan mana yang jauh lebih baik. 

---> dan setelah perundingan tersebut ternyata sang ketua malah bla bla bla... wah, kebayang waktu pemilihan malah bikin nyesek kalau kagak sesuai harapan. But, itu tugas kita kalau pemimpin udah mulai nggeleor, kencengin lagi sabuknya biar berdiri kokoh. Penghargaan dan bantuan kagak terlepas buat nyangga dia supaya kagak Pingsan ditengah jalan. |apalagi kalau sampai pemimpinnya pegang bendera putih sambil angkat kedua tangannya #tanda_nyerah, keliatan kan kalau pengikutya gak bisa dipimpin dengan baik? jangan salahkan pemimpin, liat dulu diri pribadi. jangan asal ngomong doang? Akademisi kan? pengamat? manusia biasa? selama kita punya hati yang terus mendamaikan kita, kita bisa kq pengaruhi pemimpin. Termasuk dengan cara yang tak biasa.

Skenario kalap adalah ide yang muncul dengan begitu indahnya kayak kasur empuk saat masa - masa flash back barusan. Skenario kalap berisi cerita perdebatan pemilihan seorang pemimpin saat sidang. |(kayak sidang kemarin juga, ada yang nunjuk si A, si B, si C, banting kursi sampe remuk, banting penghapus blackboard, banting pensil, Vas bunga sampe nunjuk pake golok. sumpah, Serem...)| skenario kalap akan saya garap menjadi sebuah naskah, entah naskah ini bakal booming atau kempis, nggak perduli. yang penting Skenario Kalap mampu menjadi hiburan bagaimana kita menertawakan pemimpin dan diri kita sendiri.


Salam Kalap
Tegal Banteng, sehari sebelum 1 Ramadhan one.four.three.four H

Minggu, 07 Juli 2013

Kepo ? #Nyesek loh

Terinspirasi dari postingan salah satu blogger favorit gue. Topik bahasannya simple sih. "Kepo". lue tau kan apa artinye kepo? yang up to date pasti tau banyak hal tentang "Kepo". But, Don't worry... bagi yang kagak tau tentang Kepo dan problematika ke-Kepo-an, gwe bakal jelasin sejelas-jelasnya. supaya lue - lue semua paham all about Kepo.

Menurut kamus Slang yang abis gue pelajari, Kepo itu punya arti ....

1. Knowing Every Particular Object
    Orang yang serba tau, punya rasa keingintahuan tingkat "buanget" #baca_medok. pokoknya tentang apapun yang dia lihat, dia pasti tau sampe detail-detailnya. bisa nyeBABIn kecanduan tingkat akut dan dengan pake cara itu dia banggain ke-Kepo-annya. (semacam pamer lah guys).


  ---> Suka ngeliatin TL seseorang juga masuk daftar ini loh. pastinya dengan ngeliatin Time Line seseorang, lue bisa tau keadaan dia, dimana posisi dia ter up to date sama apa yang dia lakuin sekarang. yang paling #nyesek itu tau siapa pengganti kamu dihatinya. #nyesek kan tau kalau ke-Kepo-an lue bisa buat lue tambah galau. masih mending, nah gimane klo tau kayak gitu tapi lue masih aja curi pandang ke TL dia. bisa #nyesek tiap hari --"




2. Ada yang bilang Kepo berasal dari bahasa daerah Hokkian (China) yaitu Kay-poh.
    dari manapun daerahnya, yang namanya Kepo tetep aja Kay-Poh. hoho

3. Orang yang kepengen tau pake banyak nanya
     A : mbak, namanya Rosita bukan?
     B : iya mas.
     A : mbak namanya kq bagus sih? artinya apa? pasti pake nama akhir bapaknya ya? bukannya                             nama akhir bapak mbak Rosyid ya ?
     B : ih mas, sok kepengen tau banget sih. Kepo deh!
     A : #Jleb_moment

4. Kepengen tau urusan orang.
   bukan apa-apa sih kalau pengen tau apa yang dilakukan orang lain. tapi kalau udah kagak ada kepentingan ya nggak usah nimbun informasi, jadinya Kepo-kan! padahal, tuh urusan kagak ada sangkut pautnya ama lue.

5. Kepengen tau pake Buangettt
    misalkan nih ye, gue udah hidup selama 20 tahun dengan damai. terus orang asing ada yang ngajak kenalan dengan sok akrabnya.
 "Jombo ya? anaknya bapak itu kan? kq jarang muncul? dimana aja? kamu ngapain aja disana?"
--> Euwh, malesss banget jawabnya.

6. Kepo semacam bahasa Gaul/ Slang yang artinya diplesetin jadi KEk POlisi. kurang lebih sih kayak sifatnya pak pol yang biasanya tiap pagi berdiri di pinggir jalan raya sambil nunjukkin kegagahannya tuh, trus lue lewat pake motor matic ber-Knalpot brot.. broot... broootttt... super kenceng trus pak pol ngeluarin sumpritan dari saku bajunya sambil bilang..
"Berhenti Uey... Berhenti lue pada semua ...(sambil pegang papan buat Demo)" terus pak pol ngeluarin buku sambil tanya a, b,c, d, e sampe kecabut semua akar-akarnya.

Pernah suatu hari seorang kakak se-organisasi cerita pengalaman PPL-nya di salah satu SMA
Negeri di Malang.

mbak Y : nah itu tadi penjelasan dari ibu guru. X, kamu tau tidak apa definisi dari paragraf deduktif?
murid X : wah, ibu kq kepo sih!
mbak Y : @#$%^& #Jleb_kaget
              sambil lalu mencoba balikin kata-kata ke murid tadi.

Ngakak kan!. Kepo yang ngerugiin.
Ini juga ada ceritanya ke-Kepo-an yang sedikit bikin lega.

Suatu hari dalam perjalanan pencarian ilmu di luar kota, ketepatan gue jadi Leader dan punya tanggungan ngurus apa-apa yang berhubungan sama perijinan, draf acara, ketidakjelasan, tuntutan dan semua serba Timeless. Kala itu gue udah kagak tahan sama terpaan angin, sama mereka-mereka yang nuntut dan nggak liat sikon, kagak tau apa kalau gue itu juga Ogah ngurusin mereka. udah cuma-cuma, mereka pake sebut-sebut nama gue dibelakang pula. Beruntungnya gue punya adek tingkat yang Kepo-in semua temen termasuk gue. terus waktu gue ngadu, gue dinasehati dengan ke-Kepo-annya sampe pagi keesokannya sebelum yang lain pada bangun, gue udah Pindah ke kota lain. hahaha

Kepo... Kepo.... eh, yang masih suka liatin TL mantan alias KEPO-in mantan artinya belum bisa move on loh. KEPO  #nyesek kan. 

Rabu, 03 Juli 2013

Satu malam yang mengubah hidup saya

Selamat Malam Dunia…


Saya ingin menceritakan suatu malam dalam kehidupan saya yang benar-benar mengubah hidup saya saat ini. Kejadiaan itu berlangsung di bulan Juli dua tahun silam. Tepat ketika saya sudah dinyatakan lulus dari SMA Negeri favorit di kecamatan saya. Lulus dari sebuah SMA terbaik itu sebuah kebanggaan tersendiri, karena sangat banyak orang yang membangga-banggakan SMA saya. Sekalipun anak-anak mereka tidak dapat bersekolah disana. SMA saya merupakan SMA pinggiran yang mampu menunjukkan eksistensi-nya di kancah Nasional. Dilain sisi, SMA saya merupakan SMA dengan pembangunan yang terus berlanjut tanpa henti mulai dulu hingga sekarang. Dapat dikata SMA saya adalah SMA Bonafit. Termasuk susahnya untuk lulus dalam ujian penerimaan siswa baru. Siswa SMA yang diterima selalu mempunyai kemampuan, baik dari sisi akademik serta non-akademiknya. Orang tua siswa pun punya kemampuan tersendiri untuk membayar biaya pendidikan yang mahalnya bukan main. Apalagi orang tua yang sangat menginginkan anaknya bersekolah di SMA saya, padahal anak mereka saja tidak mampu lulus ujian penerimaan siswa baru. Seperti BIASA, menyumbangkan satu set komputer dan beberapa juta rupiah untuk sebuah bangku dan meja belajar. Itu lah yang membikin SMA saya punya nama. Menyedihkan…

Ma’af, pembicaraannya teralihkan. Saya tidak ingin membicarakan seberapa bobroknya SMA kebanggaan saya. Saya ingin menceritakan kelulusan saya dari SMA saya. Ya, menyandang gelar lulus SMA Bonafit merupakan predikat terhormat bagi saya dan teman-teman. Sekaligus beban yang luar biasa berat. Kenapa? Karena kami memikul nama Almamater kami di kedua bahu kami. Bila kami lulus dan tidak menjadi apa-apa. Apa kata tetangga kami? Orang tua kami? Mantan pacar kami? Saudara kami? Guru kami? Dan mereka yang berharap menyekolahkan anaknya di SMA kami? Payah sekali kan?

Dorongan itu mampu mendorong kami, siswa satu angkatan untuk berhasil menjadi Orang yang bermanfaat bagi masyarakat sekitar kami. Bukan orang yang memanfaatkan orang-orang disekitar kami. Tapi manfaat. Manfaat dari sebuah mantan Almamater Bonafit. Kamu tau pecut? Itu yang selalu memukul kaki kami untuk melangkah, disamping karena kami ingin melangkah dan berlari sekencang mungkin untuk menjauhi predikat-predikat negatif itu.

Sejak duduk di kelas 3 ( tiga ) SMA, saya dan teman SMA saya berusaha up date info kampus terbaru, kampus terbaik, kampus termurah, kampus kaya beasiswa dan kampus populer sampai kampus yang gratis,,tis,,,tis,,,. Mengikuti sejumlah try out Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SMPTN), try out Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN), IPDN, Secaba, STIS, Pramugari, Akbid, dan sejumlah kampus Agama Islam Negeri. Yang masih terngiang dimimpi kami, Seorang Alumni pernah berkata, “ Yang penting kuliah, dimanapun itu yang penting kuliah. Kalian cari ilmunya dahulu, baru mencari yang lain. Kalian harus kuliah apapun yang akan menghadangmu”.

Ya, saya harus kuliah dengan cara apapun. Saya harus mendapatkan predikat Mahasiswa. Saya yakin bahwa saya bisa menempuh pendidikan di jenjang yang lebih tinggi. Tanpa perlu memikirkan rintangan apa didepan, saya hanya punya satu cahaya yang lebih dekat mengarah pada saya, seraya membisikkan bahwa saya harus kuliah. Saya pun mengikuti sejumlah ujian percobaan, untuk mengikuti les di Bimbel pun saya tak mampu. Saya hanya mampu beli buku. Jadilah saya beli buku dan hampir setiap saya menganggur, saya belajar dengan membaca contoh soal SNMPTN. Banyak teman saya yang mengikuti BimBel ke kota demi menunjang kemampuannya untuk lulus ujian SNMPTN. Saya juga ingin, ingin sekali. Namun itu terlalu tinggi bagi saya. BimBel hanya menghabiskan banyak uang. Dan terlalu menuntut progress belajar.

Desember 2010.

Seorang berkata pada saya bahwa ada beasiswa untuk kuliah di PTN selama 8 semester untuk program S1. Saya antusias sekali terhadap berita itu. Hampir tiap hari saya rajin mengunjungi Warung Internet ( Warnet ) dekat SMA saya untuk browsing seputar beasiswa tersebut, website kampus-kampus pun tak luput dari incaran Google. Salah satu syarat dari penerima beasiswa itu harus masuk 50% terbaik sekelas dan 30% terbaik sejurusan. Beruntunglah posisi saya berada diurutan 12 besar sejurusan dari 120-an siswa. Saya punya kesempatan untuk mencoba melamar beasiswa ini.

Januari 2011

Saya mulai mengurusi dokumen-dokumen untuk mengajukan permohonan beasiswa itu ditemani bapak saya. Hampir tiap hari kami mondar-mandir mengurus ke Balai desa, KUA, Dinas Kependudukan. Sangat menyita waktu untuk mengurus beasiswa itu. Saya terus berusaha keras melengkapi persyaratan. Hanya usaha sebagai modal yang saya punya. Bukan Uang…

Februari 2011

Pendaftaran SNMPTN mulai dibuka, saya dan teman-teman saya satu kelas yang berminat melanjutkan studi berbondong-bondong pergi ke warnet untuk mendaftar. Mendaftar secara on line membutuhkan nomor pendaftaran. Nomor itu didapat ketika kita membayar sejumlah uang sekitar Rp 200,000.00,- ke Bank yang telah ditentukan. Namun, bagi kami yang mendaftar melalui jalur Beasiswa itu, kami mendapat no pendaftaran Cuma-Cuma dari sekolah kami. 4110109097. No pendaftaran saya yang luar biasa. SNMPTN jalur undangan hanya boleh diikuti oleh siswa yang masuk peringkat 50% terbaik sekelas dan peserta tidak perlu menempuh ujian secara langsung.

Setelah pendaftaran, kerjaan yang saya lakukan tiap hari masih tetap sama. Kepo terhadapa up date-an universitas-universitas yang saya buru.

Hingga tiba suatu malam di bulan Mei, tepat tanggal 17. Satu hari sebelum kami melakukan Wisuda Kelulusan. Seorang sahabat mengirimi saya pesan singkat. Pesannya berisikan informasi pengumuman penerimaan mahasiswa baru yang bisa diakses malam ini, pukul 20.00 WIB. Segera setelah mendapat pesan itu, walaupun sudah malam untuk keluar rumah dan Warnet yang letaknya jauh sekali dari rumah saya. Rasa penasaran telah memenuhi hati saya. Akhirnya dengan motor jadul saya kala itu, Honda Prima tahun ’95. Kuda besi saya pacu secepat mungkin menuju Warnet.

Dan Kamu Tau?

Ketika hendak memasukkan nomor pendaftaran, saya pusing bukan kepalang lantaran no pendaftaran saya tidak bisa diakses. Saya coba berkali-kali sampai saya menyadari bahwa saya terlalu takut untuk mengetahui lebih lanjut. Saya cemas, bagaimana jika ternyata tuhan berkehendak lain dengan tidak meluluskan saya atau saya lulus namun di universitas yang bahkan saya tidak memilihnya?#gakmungkin Dan mungkin saya lulus pada PTN pilihan saya dan saya tidak lulus pada jalur beasiswa saya? Atau bahkan saya tidak lulus keduanya? Saya terlalu takut untuk mencobanya. Sampai setelah beberapa belas kali mencoba, saya pandangi no pendaftaran saya dan saya masukkan angkanya satu persatu. Lalu,,,

Terbuka. Dan tulisan besar menyambut laman saya untuk pertama kalinya.

“Selamat, Anda lulus seleksi SNMPTN jalur Undangan 2011”

Hahaha,,, saya girang bukan main, kemudian saya baca serinci mungkin layar monitor saya tanpa melewati satu karakter pun. Diterima pada kampus pilihan pertama saya, Universitas Negeri Malang. Alhamdulillah, karena pilihan kedua di daerah saya sendiri, Jember.

Dan lanjutannya… pada program studi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan. Pilhan pertama saya. Saya sangat bangga sekali, mencoba meraih handphone saya dan langsung menelpon Bapak dan Ibu saya di rumah.

“Alhamdulillah pak, bu’, kulo masuk teng kampus UM teng Malang. Jurusane sami kalihan wedangten, Ekonomi Pembangunan” ucap saya.

Orang tua saya mendengar kabar ini langsung suram, suram sekali. Sepertinya mereka hendak melarang saya. Saya sempat berujar bahwa saya diterima dikampus itu, namun belum tentu diterima pada program beasiswa yang saya ajukan.

Saat pertama kali membaca laman dimonitor saya dan seketika saya berteriak Yes..Yes… dengan lantang di Warnet hingga semua orang yang ada di Warnet termasuk Operatornya melihat kearah saya dengan pandangan aneh. Kebanggaan saya seketika runtuh begitu saja. Bak Bulan purnama yang sudah penuh tertutup gerhana. Wajah saya suram, saya kembali ke rumah.

Saya mencoba menghibur diri. Kala itu saya membakar semangat saya dengan mengingat bahwa saya telah lulus SNMPTN, dan kemungkinan untuk tidak mendapatkan beasiswa itu hanya 5%.  Sesuai dari jatah penerima beasiswa di calon Universitas saya.

3 Juli 2013

Saya sudah menjadi mahasiswa di Almamater tercinta saya, Universitas Negeri Malang. Lebih rincinya pada prodi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan. Mengakhiri semester empat (4) dengan IPK 3,65. Sedang menikmati masa liburan menjelang semester 5. Mahasiswa penerima Beasiswa Bidik Misi selama 4 tahun. Menikmati uang negara untuk studi perguruan tinggi saya  serta biaya hidup saya. Untuk kuliah, saya tidak keberatan satu apapun (kecuali beasiswa cairnya telat..lat..lat.. pake banget). Saya hidup ngepas namun masih tetap bernafas. Dan sekarang sedang mengetik satu malam yang mengubah hidup saya, tulisan yang sedang kalian baca ini :D

Harapan saya ketika lulus dan mampu menghidupi diri saya sendiri. Saya ingin menyalurkan kebaikan yang telah diberikan kepada saya agar kebaikan itu tidak berhenti didiri saya, namun akan terus mengalir dan menyambut yang lain untuk merasakan kebahagiaan yang pernah saya rasakan. One day I have believe that We will be the bestest. Percayalah, Tuhan tidak tidur. Dia punya segudang rencana untuk kita yang mau berubah. Mari menyebarkan kebaikan, jangan biarkan kebaikan orang lain mengendap kepadamu. Biarkan seperti semangat yang ditempa bara api :D

Senin, 01 Juli 2013

Kualitas dan kuantitas "Saya"?

Jikalau kamu berkata masalah “Kualitas”…

Tulisan saya tak ubahlah sebagai coretan belaka, yang membacanya pun hanya menghasilkan kebosanan.

Seorang pawang sakti seperti editor di sebuah majalah dan Koran pasti akan menyerahkan kembali ketika naskah-naskah saya hendak saya serahkan. Atau mungkin naskah itu masih ada di tangan saya dan belum sempat saya ulurkan. Berbicara kualitas itu tak ayalnya seperti seorang petani dan perahu.

Apa hubungannya? Haha… sangatlah jauh. Like hah… A. hendak menulis haha pun masih banyak menggunakan titik dan menyisakan A terakhir buat berpijak sendiri. Kualitas… gurauan abang kali ini bener-bener gila! Masa tulisan saya dikaitkan sama kualitas. Ya jelas jauh berbeda.


Kalau “Kuantitas”?

Sama halnya dengan penuturan saya sebelumnya. Kuantitas yang mana yang bisa saya banggakan. Menulis pun saya tidak bisa sepanjang jalanan yang notabene panjangnya bukan main. Atau postingan saya yang tiap hari tanpa putus. Bahkan sehari bisa menghasilkan beberapa judul. Bukan begitu, kualitas saya dalam menulis pun tak ubahnya kulit mete. Kalau lagi pintar, otak sedang fresh. Karyanya jadi bagus dan numero uno. Ya, kulit mete yang diolah jadi bhan bakar pesawat terbang terus harganya puluhan juta per ton. Tapi kalau lagi asal nulis, emosional, terburu-buru, hasilnya ya kayak sampah. Sampah tulisan yang saya pajang didinding blog saya saat ini. Haha… kayak kulit mete yang mau diolah jadi bahan bakar pesawat terbang tapi gak punya Teknologi dan SDM yang T.O.P.B.G.T. jadilah kulit mete Cuma dihargai Rp 700.00,-/kg.

Bukan berniat merendah apalagi terbang keawang-awang sampe njebolin genting ya. Kualitas dan kuantitas tulisan saya tidak bisa diragukan. Cuma membuat pening kepala saat membacanya.  Pening pun biasa, kalau ketambahan muntah? Lha wong editor cerpen yang saya serahkan tulisan saya ini, belum saya ulurkan, beliau sudah bilang “terima kasih, maaf nggak terima sumbangan mbak”.

Gila kan! Makanya jangan baca tulisan saya bung. Tapi ambil sejuta makna tersurat yang mungkin panjenengan belum pernah berfikir tentang hal ini sebelumnya. ~(v.v~)*