Liburan tahun baru, kebentur liburan semester, kebentur awal tahun tuh
rasanya kayak kepala yang dijedotin ke blackforest
cake. Manissss banget…
Alhamdulillah ya… setelah tidak merencanakan liburan kemana-mana
karena khilaf diskon buku murah akhir tahun. Kesempatan buat liburan
menghampiri saya begitu saja. ~tanpa melempar kail, ikan pun jadi follower~ meski perumpamaannya agak
maksa, tapi taulah ~(v,v~)* ehehe
Masih dalam tanggal –tanggal muda tahun baru 2015. kala itu kurang lebih jam 6
sore ada bestie yang sms, isinya sih kurang lebih minta bantuan untuk
nemani perjalanan ke Bromo. Karena posisinya yang nggak tau jalan dan kebetulan
ada “Tamu” dari Aceh. Nagari Nan Jauh
Dimato… Ulalalaaa…. Maap ya Lem (nama
panggilan) aye lagi buka lapak cerita di blog ketje gueee. Wkwkwk
Orang yang dipanggil Lem (yang
dalam bahasa Aceh, juga nggak tau artinya saya L) adalah abang Mulya, seorang duta wisata Aceh 20XX
(maaf lem, aku nggak tau antara tahun 2013
atau 2014 sih ). Kami kenal beliau sewaktu ada acara jambore nasional di Jakarta
bulan November lalu, tapi sebetulnya Februari 2013 juga udah pernah liat sih di
salah satu festival “parlente” di Surabaya. Pemuda asli Aceh yang berbakat dari
segi seni (as I know) terutama kepiawaiannya dalam memainkan budaya Tutur cerita khas Aceh. Orangnya Ketje… soalnya klo nggak, pasti kagak
kepilih jadi Duta. Trust me, it’s true..
wkwkwk
Salah seorang lagi namanya Ali Maula, nama singkat yang biasa dia pake
buat semua jejaring Sosial medianya. Yah, termasuk kelompok adam yang pandai
bersolek di depan kamera. Mungkin karena di juga Ketje sih. Ini tuh sepupu Lem yang baru pindah ke Surabaya buat
kuliah pertekstilan. Meski darah Aceh juga, Al itu klo ngomong udah nggak
terlalu sengau. Jadi masih bisa didengarkan telinga saya yang memang sejak
lahir udah terbiasa dengar aksen medok.
Pasalnya bahasa daerah mereka benar-benar tidak bisa ditirukan oleh
kami, seperti membaca huruf hijaiyah dengan penekanan pada huruf kha, khi, ngau, dan banyak penggunaan
huruf vocal. Sedangkan kita yang Jawa kebiasaan ngomong medok, dengan aksen tho, dho,
nyo, persis tulisan hanacaraka yang dipublikasikan sejak jaman Bahoela
itoeh… J
Both of them was nice, I don’t know why. They have said that was lineage by Arabian and Hindustani. So, most of them have sharp nose with white skin. So, looks perfect. Just it…
Here I posted some pictures between us. Me, my bestie Ratih, bang
Mulya Lem and Ali.
Ketje itu klo loe lagi take action sedangkan temen loe kagak |
try to pose |
just fell free here |
Wanna know about our expedition? It’s
easy..
Kami berangkat kira-kira jam 10 malam menuju Bromo untuk mengejar sunrise yang terbit sebelum subuh. Karena jalur yang
aman hanya lewat kabupaten probolinggo, kami dengan bahagia memilih jalur memutar start kota malang… menikmati jalan penuh liku dan udara ekstra dingin yang kemudian
menyinggahkan kami pada sebuah point of
view disalah satu tebing menuju Bromo. Tempat sunrise ramai dibicarakan, sayangnya kami tidak mendapati moment
ini.
Sepanjang hari itu sangat Amaizing.
setelah turun dari puncak kawah Bromo, kami memutuskan untuk pulang lewat
jalur yang berbeda dari arah kedatangan kami tadi malam. Saya benar-benar menembus badai pasir yang terlihat seperti
topan. Mungkin karena kurang pemahaman kali ya, jadi bukan menunggui badainya
berlalu tapi malah menerjang badai begitu saja ~(-,-~)*. “Pasir Berbisik” merupakan tempat badai-badai
pasir berlalu lalang. Kemudian jalanan yang ekstra KETJE juga menyuguhkan deretan
bukit Teletubies. Desa terakhir diujung pertigaan, Desa Ngadas pun sangat
menarik.
Kami berempat menyukainya… tentunya Bromo recommended lah untuk dijadikan tempat liburan…
dari kiri ke kanan: bang mulya, ratih, aly dan saya (v,v) |
And this is my 2nd trip to Bromo, still
with those western island. hohoho….. hopefully not with the 3th time get the same partner >.<*