“there is hell
in hello and good in good byeӈ Anonim
I heard it when
my bestfie try to be strong and keep our spirit in our last meeting.
But, I have
think that…. Memaki sebuah perpisahan, berarti kau mengutuk suatu perjumpaan.
Ini mungkin rasionalistis, namun memburamkan perasaan yang muncul dalam hati.
Kita tidak akan
mengerti sesuatu tanpa mengenalnya. Dengan mengenal kita akan mengetahui
betapa banyak hal yang belum pernah kita bayangkan sebelumnya.
Ya, tulisan ini
tentang perpisahan. Aku sudah banyak menulis tentang perpisahan akhir-akhir
ini, mungkin my readers udah pada
bosan. Namun, tulisan ini berbeda dari tulisanku sebelumnya. Bahwa perpisahan seharusnya
bukan menjadi sebuah kejutan, perpisahan seharunya telah dipersiapkan. Ketika seseorang
tau bahwa dia dilahirkan untuk mati, perjumpaan dan perpisahan bukanlah suatu
hal yang perlu ditakuti.
Dalam hidup,
kita hanya butuh “menikmati”. Menikmati setiap proses yang terjadi dalam hidup
kita, tentang kita yang bertambah dewasa dan menjadi tua, tentang kita yang
terus belajar hingga kita mengerti dan mempraktekkan apa-apa yang telah kita
pelajari. Kita hanya perlu merasakan setiap hembusan nafas yang kita hirup dan mencoba merasa bahagia agar kita bahagia. Mungkin hangat
mentari, panas kopi, dingin, menggigil dan sedih adalah cara kita menikmati. Tanpa
perlu kita berusaha untuk membohongi diri, kita hanya butuh menikmati…
Kenapa menikmati?
Ketika kamu terfokus pada tujuan yang ada didepanmu dan terus berusaha
mengejar. Kamu hanya akan mendapatkan apa yang akan kamu incar. Tanpa sempat
memperhatikan apa yang berada di sebelah kanan dan kirimu. Bisa saja disampingmu ada
hal yang berbeda, menarik dan tidak akan kamu jumpai lagi bila kamu tidak
segera merengkuhnya. Yang kau punya hanya tujuan, belum tentu apa yang menjadi
fokusmu selama ini adalah tujuanmu yang telah kau raih. Maka, cobalah
untuk menikmati tiap proses dalam hidupmu sebelum kau menemukan yang baru dan
sebelum kau sempat mengucapkan selamat tinggal.
"Mungkin" hanyalah
kata yang ditawarkan ketika kamu benar-benar tidak yakin, berusahalah,,, diluar
sana hanya ada sedikit orang yang mau mendengar kata mungkin yang keluar dari
mulutmu. Mungkin hanyalah sebuah kata yang dimiliki mereka yang meragu,,,
mungkin bukanlah kata-katamu sendiri, jadi cobalah untuk menghapus keraguan baik ketika
engkau “bertemu” dan “akan berpisah”. Meski hal itu bukanlah hal menyenangkan.
Saat ibu
melahirkan aku ke dunia, aku menjumpai kehidupan. Aku mulai menemui kebermaknaan
yang berujung pada satu hakikat, aku akan mati. Dan ketika aku benar-benar merasakan kematian, perjumpaan dan perpisahan adalah kebermaknaan
dari kehidupan yang telah Tuhan hadirkan untukku. tentunya, hal yang selalu bisa kulakukan
adalah menikmati,,, menikmati sebagaimana manusia lain yang sibuk
mempertanyakan banyak hal dalam hidupnya dan mencoba berbagi dengan orang lain
dalam kehidupannya.
Semua melangkah
dengan hal yang pasti.
Ketika waktu
mengijinkan kita untuk bertemu, maka kita mengambil kebaikannya saat bersama. Saat-saat
itu pun akan berlalu, lalu kita bergerak saling menjauh dan menjumpai pelabuhan
yang baru. Bertemu dengan yang lain dan seterusnya…. Hingga kita harus
mengucapkan selamat tinggal dan berpaling karena tujuan kita berbeda.
Ketika tujuan
kita berbeda, kita tidak bisa duduk dalam kapal yang sama. Meski kita sama-sama
sadar apa yang akan ada dihadaan kita adalah perpisahan. Kau yang terus
bergerak ke timur dan aku akan terus bergerak ke selatan. Saat pelabuhan kita
sudah tidak sama, aku hanya bisa mengenangmu selamnya. Bahwa kau pernah hadir
dan mengisi waktu dalam hidupku.
Terima kasih
atas kesediaanmu tanpa perlu aku membalasnya, ini hanya awal yang harus diakhiri. Tapi
percayalah,,, dunia kita masih satu, kita masih bisa berjumpa…
Suatu saat nanti…
Saat tuhan
benar-benar menunjukkan tujuanmu adalah aku dan aku adalah pelabuhanmu. Maka kau
tak akan lagi mengutuk suatu perjumpaan dan mencaci perpisahan.
*didicated to 10 July 2014. mereka yang pernah mengenal saya dalam hidupnya.