post Istimewa

Kamis, 06 Agustus 2015

Aku Temaramku


Temaram bersibak warna-warna bias di udara
Jinggaku jinggamu menjadi biru yang mendayu
Bukankah kita akan melebur menjadi satu
Karena insan hakiki sudah tentu mati

Aku melihatmu sebagai sesosok ratu tanpa mahkota dan intan permata
Bibirmu, matamu, ingin kuracuni sampai kau mati karena hanyut rasaku padamu
Bukankah pecinta selalu merindu dalam syahdu sedang hanya do'a mereka yang bertemu?
Saat engkau mulai ragu, datanglah padaku dengan sekuntum mawar merah dan segenap rindu

Jarak bukanlah bias tak terukur
Itu nyata sayang!
Sedekat kau dan nadimu sendiri
Sekuat urat-urat yang terkurai dalam bisu

Aku lelah mencintaimu sebagai ratuku
Temaram datang lagi tanpa senja
ada seringai dalam duka bahwa cahaya bukan alasan aku mencarimu
Cahayamu mati
Mati terburai hati yang kini diam-diam perlahan padam


Aku
Senandungku
Rintihanku
Tawaku
Bukan lagi hak


Berlalu hilang tanpa ingatan
Kita terlelap