Suwene tha lah
gag tau up date blog maneh. Sampe rancangan seratku sing ngendap nag ngisor meh
dadi lemah atos. Ok, akehe cerito bakal tak cicil lewat tulisan iki siji-siji.
Mugi katuraken.. (sudah
lama sekali nggak pernah up date blog lagi. Sampai rancangan tulisanku sejak
dulu sudah mengendap jadi tanah keras. Ok, satu persatu dari cerita sebanyak
itu akan aku cicil lewat tulisan-tulisanku. Semoga berkenan J ).
Agenda liburan tiga bulan ini bakal terkuras untuk hal
yang tak biasa. kalau biasanya tiap liburan semester aku suka ngetrip, kali ini
mengingat tuntutan semester “Tua” adalah Kuliah Kerja Nyata (KKN). Maka
ritualnya jadi “Mbalek Nag Deso”. Koq bisa? Tentulah, di kampusku KKN identik
dengan memberdayakan masyarakat pedesaan. Gimana caranya buat desa jadi hidup
dan sepeninggalan kita bisa tetap berkembang. So that’s why we could says
“Mbalek Nag Deso”.
Alhamdulillah, aku kebagian tempat di desa Kranggan.
Sebuah desa di dataran tinggi di Kabupaten Malang. 10,5 Km arah timur lereng gunung
kawi. Yups, tempat cari “Wangsit” biar cepat kaya bagi sebagian orang yang
percaya. Dengan cara duduk di bawah pohon Dewandaru dan bila sehelai daun jatuh
tepat mengarah ke kita. Kita bisa kaya mendadak. Itu rumor dan terbukti Cesss
plengg……
Cukup!!!
Tapi kita tidak sedang membicarakan tentang keangkeran
dan spiritualitas gunung kawi. Kita sedang bercerita tentang KKN-ku alias
Mbalek Nag Deso. (Penasaran
karo kawi? Share yuks J |#eakkk ).
Tempat tinggalku disini bareng anak satu posko
sejumlah 20 orang, 12 cewek dan 8 cowok. (entah gue kagak tau kenapa ras cewek lebih banyak dari
cowok. Bisa jadi emang 1 pria untuk 4 wanita #jareustadku. Ya sudahlah… penting
asik. Yo tho!!!). yang cewek tinggal dirumah kepethengan desa kranggan, bapak Samud. Dan jarak satu rumah ada
posko kita. Tempat tinggal para cowok-sowok alay yang cute banget #hiks.
Beruntunglah bentuk rumah yang dibuat posko itu seperti rumah adat jawa dengan
bagian yang luas di bagian dalamnya. Supaya mereka berdelapan bisa eksplore
sembari menjaga motor-motor kami yang diinapkan disana.
Sementara ini, rumah-rumah yang kami tempati nyaman.
Makanan yang tersedia enak khas deso dan lingkungan yang tidak terlalu ramai
seperti Malang kota. Namun, ada satu hal yang bikin hati sempat ketar-ketir. Yups,,,
Air. Air disini seperti benda Precious.
Ini ciyus, gue kagak lagi 4l4y. air disini sangat berharga ble… beruntungnya
kami tinggal ditempat orang baik J. Jadi kita
tetep mandi dengan air dari sanyo meski dibatasi jumlah airnya, sedang sang
pemilik rumah malah mandinya di air mengalir yang ada di blombang.
And there, we couldn’t wash our cloths. Kita Cuma bisa
laoundry. Ya syukur kalau yang dicucikan pakaian biasanya. Kalau pakaian yang
nggak biasanya? Masa habis pakai langsung buang L LL too hard to
think it.
Ok, selama air masih jadi kendala disini. Gue harus
hemat air juga. Hal kek begini yang nyusahin rambut panjang. Sumpah!!! Krisis
air ini sedikit banyak jadi kendala. Sayangnya untuk ngusahain sumur bor atau
tendon air, program itu butuh dana yang nggak sedikit. Nggak mungkin kita yang
mahasiswa S1 bangunin infrasruktur begitu. If we know the ways, kita pingin
bangun itu disini.
Mbalek nag deso ngilengake omah dewe. Penduduk disini
ramah-ramah, harus lebih banyak tersenyum dan menyapa. Belajar bersikap manis
pada semuanya.. terutama kelompok sendiri. Ada yang manja, kaku, peliiit, baik,
pintar, radio rusak, pendiem, nuntut, dan juga yang masa bodo. Its okay.
Bukankah kalau semua jadi anak baik atau semua jadi anak mama malah nggak akan
menimbulkan kesan tersendiri. Yups,,, try to keep in touch with other J
Satu lagi, kebiasaan menghilang gue yang masih belum
diketahui temen-temen baru gue disini ternyata udah sukses bikin mereka semua
satu posko sibuk nyariin gue kemana-mana pas makan siang tadi gara-gara gue
menghilang. Sebenarnya juga nggak menghilang begitu saja sih. Salah seorang di
rumah ini, adiknya ibu Samad ngajak main kerumah neneknya yang berjarak 300
meter dari posko gue. Gue lupa kagak pamit sama yang lain. Jadi gue bukan
mengilang tanpa jejak, tapi gue sedang mbangun koneksi sama penduduk lokal.
Ya,,, itung-itung sebagai salah satu pendekatan biar proker gue berhasil.
Bukankah kita harus pintar-pintar pasang muka? Hahaha…
Its okay… lets Mbalek Nag Deso J