post Istimewa

Minggu, 02 Maret 2014

Salah Ajar Mahasi(S)wa

Hey kamu… iya kamu… yang sedang baca tulisan ini. Meski ini tulisan random dan terkenal dengan….. bagaimana lagi ya, ya memang serandom ini.. hahaha…

No.. no.. no.. tulisan ini tentang BACA. Membaca… khusus buat kamu yang sedang nempuh Strata satu alias mahasiswa tingkat sarjana pasti bangga deh dengan almamater kalian. Nggak peduli seperti apa dan sebobrok apa kampusnya. Mau itu kelas elite sampai yang kelas merakyat. Despite them all,,, gue pingin bahas tuntutan utama kita dalam memahami materi yang disampaikan bapak ibu dosen.

Pernahkan kalian dalam satu mata kuliah tertentu harus persentasi dan menguasai materinya? Atau bisa jadi kalian adalah mahasiswa yang “tanpa embel-embel kritis” harus menguasai materi yang akan disampaikan oleh tuh dosen. Nah, of course di dunia yang nyata ini informasi udah berjibun dalam bentuk film dokumenter, video, rekaman atau tulisan di buku diktat dan segala jenis jurnal, laporan ilmiah and so on…

Kadang, kita sebagai mahluk berjenis mahasiswa yang cenderung pemalas buat bongkar buku di perpus atau sekedar buka buku yang udah di beli. Malah milih nyalain gadget, buka browser. Mau mbah google, Babylon search, mozila firefox lan konco-konconipun. That’s okay bleh. Penting informasi yang dicari nggak dimasukin ke dalam skripsi. Hal remeh temeh gini bahaya loh buat kehidupan loh di semester tua. Kebiasaan mengandalkan dunia maya bikin kita nggak kreatif buat nyari buku dengan jenis muatan yang pas sama materi yang lagi kita butuhkan.

Nah, dasar tulisan gue dari sini nih. Habis lihat pak Renaldi Kasali tadi pagi di TV, sebuah ide muncul ke permukaan. Ya, kita sebagai mahasiswa cenderung dimanjakan. Dimanjakan dosen untuk tidak membaca buku diktat. Jangankan yang tebal macam kitab suci, yang kayak komik aja loh males. You know why guys???

Because,,, buat apa kita lama-lama buang waktu hanya untuk baca buku yang isinya penuh dengan materi, kalau yang kita cari akan ada di papan tulis, dan bakal disampaikan sama dosen pada jam kuliah plus  ujian pun kita nggak perlu sibuk. Dosen ahli yang nyuruh kita nyatet materi di papan tulis itu bakal pake tuh materi dalam soal ujian. So, why we should baca buku? Ya nggak sih?
akibat baca buku. diperankan oleh model

Itu kesalah cara ngajar yang bener-benar NAMPAK di depan mata. Seharusnya, tuh dosen jangan Cuma nyuruh mahasiswanya buat baca buku, tapi mahasiswa diposisikan sebagai Partisipan. Ya, mahasiswa yang butuh. Jadi mahasiswa sebagai PARTICIPANT CENTER LEARNING. Biar mahasiswanya yang aktif dan berkembang dengan modal yang bisa dia kembangkan (knowledge). Bukan otoritensi or saklek-nya cara ngajar dosen.

Sayang kan kalau ilmu sebanyak itu yang ada dalam bermacam-macam buku, yang sudah dijadikan arsip dan tak terhingga banyaknya nggak kepakai. Nggak keserap sama otak kita gara-gara salah didik. Oh dear,,, really, its true…..