post Istimewa

Selasa, 31 Desember 2013

Pasir Putih Malikan di penghujung 2013

Dan pasir putih tampak menawan sepanjang mata memandang, gunung-gunung yang menjelma laksana pulau. Ini adalah hari terakhir ditahun 2013. Akhir petualangan ditahun yang luar biasa, Pasir Putih Malikan adalah pantai tujuan kami yang berada di selatan Kabupaten Jember - Jawa Timur, sekitar 20 menit dari rumah dengan kendaraan bermotor. dan kali ini sebagai guide yang menemani teman-teman Malang. haha... see how beautiful is it and our happinest >,<

di Sithi Inggil menikmati pemandangan laut diatas bukit :D


gugusan kepulauan Narada


and i enjoy it more >.<

dan karang-karang yang membentuk gugusan kepulauan
mbak Iin sama Ema yang seneng banget bisa sampai pantai ini

senenge tha lah mlaku ~(-_-)~




and we really enjoy it guys 9(*+*)9

Kamis, 26 Desember 2013

Should I say good bye…? My production team

Bukti Pinangan itu masih aku simpan dalam memori kartu SIM Simpatiku. Pinangan yang terketik dengan sempurna, ya sempurna. Sempurna karena aku bahkan berfikir keras untuk menyusun kata-katanya agar dapat memberikan makna yang jelas. Bahkan karakter short messages-nya terketik sepanjang 3 kali pesan SMS. Butuh perencanaan yang matang tuk meyakinkanmu bergabung dalam timku. Ya, aku masih ingat pinangan itu…

Sragen, 25 Desember 2012 adalah hari dimana aku memulai petualangan backpackeran mengitari pulau jawa. Tentu saja saat itu aku merasa senang dan tanpa beban, karena aku yakin bahwa backpacker mengajari kita banyak sudut pandang, adaptasi lingkungan, manajemen waktu, keuangan, dan … berfikir serta bertindak layaknya orang dewasa yang tau kapan saat yang tepat. Aku sangat menikmati suasana itu, tanpa tugas, tanpa tanggung jawab organisasi dan kebebasan pasca demisioner sebagai ibu rumah tangga.

Tapi, sore itu dalam bus Surabaya – Jogja yang aku tumpangi keadaan tiba-tiba berubah. Sebuah pesan dari ketua bidang kekaryaan dan ketua umum yang baru saja dilantik masuk melalui inbox hp-q. isinya? Terketikkan bahwa mereka melamarku untuk menjadi seorang koordinator(lagi) untuk membawahi bidang produksi selama setahun kedepan. Dengan alasan yang tertera cukup sederhana. “Kompeten dan mempunyai kapasitas di bidang ini”. Namun, aku tak menjawab. Karena aku tidak berminat.

Bom-bom pesan itu masih saja menghujani inbox hp-ku. Dengan telah mengulurnya terlalu lama, aku mulai membalas pesan. Aku bersedia mengisi posisi koordinator bidang produksi, tapi siapa yang akan menguatkan aku? Aku tidak mungkin berdiri sendiri dalam posisi yang sebagian besar anggota memandang “Tinggi”. Aku takut, aku takut bahwa aku tidak sanggup menjalankan amanah. Aku takut dalam kegelisahan yang aku ciptakan sendiri.

Setelah lama aku berfikir dan menimang lagi lamaran posisi itu, aku membalasnya. “Iya”…

Dan siapa orang-orang yang akan menguatkan posisiku? Dua orang itu menyarankan beberapa nama,,, yang mungkin secara pribadi akan cocok denganku walaupun aku sendiri merasa tidak memiliki kedekatan emosional dengannya. Tapi, sekali lagi. Demi kemajuan organisasi, kita harus membuka pikiran kita agar dapat berjalan kearah yang lebih baik. Maka aku pun mulai mengetik lamaran berupa SMS yang kutujukan pada mereka. Entah berapa kali aku menghapus susunan kalimatnya, tanpa menyingkat kata-katanya dan berisi nada yang penuh penguatan agar mereka mau bergabung dengaku.

Tapi, tidak sedikit yang menolakku. Ya, banyak dari mereka yang menolakku untuk menjadi koordinator mereka. Dengan alasan mereka merasa lebih senang bergabung pada bidang lain. Aku sempat kecewa,,, kenapa? Tentu saja karena aku sudah merangkai banyak kata dan menghabiskan banyak waktu untuk hanya sekedar mengetik SMS. Pengakuanku, harapanku, mereka memudarkan itu. Aku tidak tau harus berkata apa, aku hanya ingin bidangku diisi oleh orang-orang yang mau belajar bersamaku, mendampingiku hingga akhir kepengurusan dan tentu saja setia padaku disaat banyak yang memberikan halangan dan “hinaan”. Aku butuh orang-orang yang memberikan motivasi dan dukungan untuk melangkah.

Sudah banyak yang menolakku, tapi terakhir kali aku mengirim pesan itu. Ada dua orang membalasnya dengan kata “IYA, saya dengan seluruh kekurangan yang saya miliki akan berusaha semaksimal mungkin untuk berkarya dalam bidang produksi.”

Aku senang sekali membaca pesan itu, walaupun aku tidak terlalu dekat dengan mereka, aku percaya bahwa mereka akan mendampingiku hingga akhir kepengurusan.

Mereka adalah Abdiyana Ihsan (Psi/’12)a.k.a Ihsan dan Fajar Gunawan (PTS/’11). Dua cacak *kakak* Madura dengan background karakter yang benar-benar berbeda. Mereka seperti air dengan arus, api dengan bara, kopi dengan ampas. Mereka dua orang dari sisi yang berbeda. Dan mereka melengkapi diriku dengan cara mereka yang sempurna. Air dan bara adalah satu hal. Tidak saling bertarung satu sama lain, tapi mereka adalah satu bagian dari bagian lain yang tidak terpisahkan. “Karena kita adalah satu kesatuan utuh yang tidak dapat dipisahkan”…

Mereka melengkapiku dalam bidang ini dengan sangat sempurna sampai kami didemisionerkan kemarin malam.

Tentu saja bidang kami tidak berjalan mulus begitu saja. Bahkan aku pernah drop karena menyadari bahwa karakter mereka yang berbeda membuaku tidak mempu mengayomi mereka mencapai apa yang mereka cari dari organisasi ini. Ya, saya sempat menyerah dan dalam sebuah forum besar yang diadakan dipagi buta itu dengan menangis tersedu-sedu saya memohon resign pada forum. Saya tidak ingin mengecewakan mereka yang ingin belajar bersama saya. Ya, mereka adalah dua orang yang berpendirian

luar biasa untuk terus berkembang. Saya takut… takut… takut mengecewakan mereka..

Tapi insiden yang dibarengi dengan pingsan itu tidak mendapat tanggapan. Forum selalu menganggap bahwa saya mampu, bahkan ketum yang juga meyakinkan saya bahwa saya mempu untuk bertahan pada bidang ini… percuma, mereka membantah tiap argumen yang saya lontarkan.

Bahkan dia juga berkata bahwa dengan terpilihnya pada posisi tertinggi tidak terlepas karena dukungan saya sebagai salah satu yang selalu memberikan dia motivasi, namun dia sadar kalau saya mundur perlahan-lahan. Seakan saya berencana meninggalkannya sendiri.

Ya, aku mengakuinya. Aku berencana mundur karena saya rasa dia telah melupakan saya, tidak ada lagi kedekatan seperti ketika saya sebidang. Yang ada hanya tuntutan. Tuntutan atas terlaksananya proker yang sudah saya dealkan. Tanpa adanya “Penghargaan”, saya hanya ingin dihargai walau dengan ucapan dan senyum. Bukan kata-kata hambar yang lalu menimpukkan seperti beban. Ya, aku benar-benar ingin resign

Lalu, dua orang yang telah percaya padaku datang menghampiri. Mereka tersedu-sedan dan peduli pada kondisiku yang saat itu terlihat mengenaskan. Ya, mereka lagi-lagi menguatkan posisiku disaat aku merasa tidak sanggup lagi bersama mereka di bidang itu. Mereka istimewa,,,

Apa kau masih ingat ketika kita berbagi PJ, lalu ada program kita yang tiba-tiba di delete di pertengahan jalan?, mengkonsep pementasan bersama, walaupunn banyak yang terlihat GJ, tapi aku suka ketika kita masih terus saja berkoordinasi dalam jangka waktu yang panjang ini dalam setiap pementasan. Lihat! Pementasan kita ada 30 buah selama setahun, terlepas dari yang kita handle bersama dan diambilalih yang lain. Kita hebat… kau percaya kan kalau kita hebat?

Maka, aku tidak pernah menyesal lagi dapat belajar bersama kalian setahun ini. Kita ada dengan watak yang saling berbeda, dengan karakter yang berupa-rupa, dan kita ada untuk saling melengkapi… terimakasih my son, kalian tetap solid sampai kita benar-benar didemisoner. Jadi, apakah kita benar-benar berpisah dalam satu ikatan karena posisi kita saat ini? J

Hmmm, sudah.. sudah,,, aku sudah tidak ingin bermelow lagi L L L
 
 

Jumat, 06 Desember 2013

"Ketemu Lawan"


Dok. pribadi by @RFHhutabarat

Minggu pagi di Desa Wisata Tembi habis bersih diri terus *Narsisisasi* keliling kampung. namanya orang jawa ya kalau pagi udah Lapar kebelet pingin sarapan. berhubung keliling kampung gak ada yang gratis, akhirnya balik ke wisma tadi malem yang disamping Kuburan pas posisinya *ngeri mbak bro*. dapat kabar dari Malaikat di wisma kalo mau ambil Jatah Sarapan suruh ke Rumah no 6 gitu #lupa_no.nya. akhirnya balik ngacir ke arah seberang. eh, lha kq ketemu ikan disamping jalan OTW nakaM-nakaM taheS. kebetulan eike kagak bisa makan ikan, trus si ikan pelototin langit nunggu ujan krna bibirnya butuh minum. "Lawan" makan satu ini kasihan kali lah, ya udah... tak bantuin aja pose serupa minta hujan sama dewa bareng Ulos ungu gue. hehe.. Sometimes "Lawan" harus diubah jadi "Kawan" dengan cara membantu :D
OOOuuuwwoooooo\kfofchnfhvhnjcfjakmjz (*bule cewek yang lewat aja ketawa, masak loe enggak ~(-,-~)* )


Postingan ini diikutsertakan dalam kontes Narsisisasi ala Blogger Nusantara 2013 yang diadalan oleh Ria Lyzara

Rabu, 04 Desember 2013

tempat nyaman nyetatus.. nyosmed...

Status Facebook:

"dimulai dari sekarang.. Ganbatte!!! minggu-minggu jarang tidur dan hmmm.... mengerjakan tugas lebih banyak.
Saudara, sebenarnya saya juga punya tugas kampus. banyak.. saya hanya terlalu sayang pada kamu yang sering meninggalkan saya. dan jujur. saya sudah muak saudara. ijinkan saya kabur dulu ya :D"

Status Twitter:

"i'm not follower. i just keep silent when my society go crowded then they r just talking about something useless"

Status Blogger:

"Sampah pikiran gue, adalah karya yang sedang kalian nikmati sekarang. jujur.. kalau boleh menulis disini. blog gue, istana gue. entah lue pade mau sebut gue blogger nista atau blogger geblek. eike kagak peduli. yang jelas... gue pengen ngomong. ngomong... bisa kan sekali-sekali dengerin gue?, apa gue harus tunggu lue sakit baru gue ngomong? atau tunggu gue kabur dulu baru lue mau ngomong sama gue? selama ini lue nganggep gue apa sih?.
Enought,,, enought,,, sekalipun mben dino ngomong nganggo boso jowo. aku yakin kon ngerti maksudku muni Enought. yo wes...."

Daun dan Angin


Daun yang jatuh tidak  pernah membenci angin…
                                                                        ~~Tere Liye

Bila angin adalah sosok orang-orang yang membesarkanku…
apakah suatu saat ketika aku tumbang, mereka masih tetap bersamaku?
Apakah mereka masih mengenalku dan mengenangku?
Apakah aku hanya akan menikmati kejatuhanku tanpa membenci mereka?

Daun yang jatuh memang tidak pernah membenci angin..
Karena daun bukan manusia. Bukan Jiwa yang memiliki rasa…


“Terkadang kesedihan memerlukan kesendirian, meskipun seringkali kesendirian mengundang kesedihan tak tertahankan.”  ~~Muhammad Raffie

Rabu, 27 November 2013

Satpam-Satpam .. Tumben

Guys… you know what? L. Kali ini gue mau nulis kejadian yang 2 jam lalu baru nimpa gue. Belum ada dua jam sih sampe nih tulisan gue publikasiin. Hmm.. gimana ya?, ini menyangkut ketegasan Tugas seorang Security. Simple, tapi ada kaitan sama penerapan dan pelaksanaan tugas mereka. Eh, bukannya eike mau ngubek-ngubek model begimane. Cuma, mungkin ini bisa jadi pelajaran buat kita, generasi calon penerus bangsa.
Jadi, kamis siang ini tepat jam 12:15 ada UTS salah satu matkul gue. Kampus gue kayak kampus negeri umumnya, Cuma bonafit sejak jaman bahoela gara-gara mendalami “Keguruan”. Jadi, mahasiswanya kebanyakan kalau udah lulus bakal jadi Sarjana Pendidikan. Pastilah kebanyakan dari mereka jadi Guru. Digugu lan ditiru…maklum, mantan IKIP.
Waktu gue berangkat sama temen kelas gue, namanya Ruth. With beloved Varia(nama motor gue) dengan indahnya nyetir sambil kayang… sampai jalan Surabaya, kita belok kiri masuk kampus. Kebetulan tuh yaa, diportal masuk yang jaga itu nggak kayak biasanya. Ada dua petugas tiket, tentara sama Komandan Satpam (yang biasa tak kasih surat ijin kebisingan) yang nongol di pintu masuk.
Nah, dengan indahnya pula. Gue masuk aja ke kampus, nyelonong bak pemakai jalan yang taat bayar pajak. Disitulah… disitulah…. Disitulah inti tulisan gue. Pak komandan panggil nama gue sambil teriak.
“Mbak… Mbak… berhenti mbak…” komandan satpam.
“…” gue berhentiin motor, jantung gue kalang kabut. Gak biasanya gue disetop gak boleh masuk kampus.
“Sepedanya ada stikernya mbak?”
“Kagak pak. Tapi saya udah bayar karcis parkir tadi pagi.” Jawab gue.
“mana mbak, saya lihat”
Gue buka kantong samping backpack sambil nyari tuh kertas parker ukuran 15x10 cm. pas gue ambil, yang keambil karcis parker warna putih. Yang buat masuk kampus kemarin.
“loh..loh.. ini karcis apa ini? Kenapa nggak dibuang? Mbak simpan karcisnya ya?” nyerocos sambil ngomong blah.. blah..blah.. pake nuduh-nuduh segala.
sek to pak, yang ini loh.” Wambil nunjukin karcis warna pink.
Sebelumnya, pak komandan udah muka serem bentak-bentak gue didepan antrian yang tambah panjang gara-gara gue gak lolos masuk kampung.
“Kenapa yang ini nggak dibuang mbak?” tunjukin karcis warna putih.
Dalam hati gue, suka-suka gue dong pak. Mau simpen, mau tak bakar, mau tak makan atau mau tak apain juga terserah gue lah. Orang udah ditebus gopek kok. Lagian hampir tiap hari gue masuk kampus pagi trus pulang malam, diatas jam 10 pas portal udah tutup dan satpamnya nggak jaga atau mintai nih karcis.
“saya kalau keluar selalu pakai STNK kok pak. Lagian percuma ngeluarin karcis. Toh juga tetep nggak boleh keluar kampus juga kalau Cuma karcis.” Cerocos gue marah-marah.
 Malah bisa-bisa diminta KTM atau KTP-nya bisa kena sita. Sedangkan, lue pade kudu tau ya. Orang yang bikin KTM gue rusak & gag Nampak mukanya itu para satpam Ambarawa kampus gue. Gara-gara pas ada event, gue pinjam motor temen trus lupa pinjam STNK. Akhirnya KTM gue disita, siangnya KTM itu tak tebus. Eh, lha kq di foto KTM gue, bibir gue dicoretin sama pen warna merah. Sial nggak!!!  Gue marah-marahin tuh satpam dulu, trus tak kesih bensin foto KTM-q. jadi…. Dengan indah pula foto gue di KTM gue gak berbentuk lagi L
Trus habis gue maki-maki, tuh satpam bolehin gue masuk. Sambil masih panas, ruth kasih gue saran.
“Eh dy, kalau ada orang kayak gitu jangan kamu ladenin. Kayak gitu mah keliatan bego-nya kita.” Ruth said.
Bener juga sih kata temen gue. Kalau ngeladenin kayak gituan. Bakal keliatan betapa nista dan bego’nya kita brey. Ya,,, semacam berita-berita artis di TV negara kita.
Tumben kali ini pak satpam banyak bacot. Bahkan tiap pertigaan atau perempatan atau gedung rektorat ada satpam yang berdiri. Siang-siang ble.. jam 12.15. tumben banget…………
Ternyata, hari ini dikampus gue ada kunjungan dari Kedutaan Besar Jerman untuk Indonesia.
Hahaha…. Akhirnya gue ujian Industri sambil mikirin satpam-satpam yang tumben taat…
Oia, mengenai kebijakan tuh. Harusnya pak satpam yang teges. Kalau emang masuk dikarcis ya harusnya pas keluar boleh aja asal tunjukin karcis. Kalau harus pake stiker yang harganya lahaM itu ya ditegesin lagi peraturan sama realitasnya dilapangan. Hmm… intine, sing nggenah lah pak Satpam J

Selasa, 19 November 2013

A little part

Kamu yang duduk terpekur  dan selalu berfikir tentang nasib kita

Berkaca pada seribu langkah lalu para pendahulu

kita pernah berjalan ribuan kilometer menembus batas mimpi

kita percaya bahwa Tuhan akan mendengar impian kita

dan kita percaya, Tuhan akan selalu bersama kita




Laut itu Kebebasan

            Laut itu kebebasan yang nyata, surga maha luas yang dijatuhkan tuhan ke dunia. Warnanya adalah ketenangan dan rasa cinta damai. Gambaran kecil surga Tuhan yang begitu nyata.
            Ombak pantai utara jawa yang tenang, berasa damai walau mungkin ada sesuatu yang dirahasiakan. Ini hanya perumpamaan sifat manusia. Berbeda dengan ombak pantai selatan yang penuh gairah dan keangkuhan, bahkan nyawa saudaraku sendiri berakhir disana.
            Aku mencintai laut seperti aku menyayangi ibuku. Karena laut mampu mengobati sakit yang serasa menggerogoti. Laut yang biru seperti hati ibuku yang sayu. Melemah dalam kehangatan keluarga kecil kami. Ibu… ibu yang dulu selalu melarangku pergi kelaut sejak kematian kakak. Dulu, aku pernah tak melihat laut biru selama beberapa tahun. Mungkin sekitar enam tahun. Sekalipun jarak antara pantai dan SMP-ku hanya 15 menit.
            Laut itu adalah kakak laki-laki yang paling tua. Melalui deburan ombak laut biru, kakak mencoba membisikkan sesuatu. “Rindu”. Merindu adik perempuan satu-satunya yang hoby bertengkar dan merajuk. Kakak yang mengajari banyak hal, mengalah dalam berbagai kesempatan dan mengungkapkan sayang dengan cara yang berbeda.
            Laut adalah kebebasan dan kebebasan adalah surga kecil yang dijatuhkan tuhan di dunia. Laut adalah air yang membiru, dalam, ombak, epos, buih dan laut adalah rahasia yang dalam.
            Laut kedamaian hakiki
            Potongan kecil keluarga kami.


Rembang, 12 November 2013 

Senin, 18 November 2013

You.... Burn My Spirit




Yupz, you are the one who filling my heart. Setidaknya, untuk saat ini “keberadaanmu” sudah bisa membawa aura berbeda.

I don’t know  why, but you make my spirit appear. . . like a shadow, I hope you always beside me in every time.

To see you is an easy thing for me. But for a crazy girl like me, to get you is a hard thing to do.

Bye, the dreamer… Wish I can grab your hand in the very last time I breathe

Once, I have got your heart once and I want to get it again

And since that day, both of us in loss for each other in a long time up to now. We really like that.

One day, In the middle of night, when our parents open our eyes

 Once, I hold your hand, yes yours. Back then, you were a loser man.

I can’t say anything… since that night, I promise…
I will never disappear.. never ever go..
For you who really miss me
For us who once lived together for several time
And for them who teach us many lesson about life
You, the one who burn my spirit

Malang, 18 November 2013

J Home sweet home J

big hug and thanks buat my sister Nurmastya P.M yang udah bantuin menata bahasa dan kata :D 

Senja di Ngantep dan sepotong kesan




Baru kemarin siang, 5 november 2013 punya kesempatan untuk menengok salah satu wanawisata pantai di daerah kabupaten Malang selatan setelah tahun ke 3 tinggal di Malang #ngenes. Sebuah pantai dengan pasir putih yang halus, debur ombak  yang cukup tinggi dan pantai datar untuk menjemput kedatangan ombak. Sebuah tempat yang sunyi, jarang terjamah dan looks nature  itu bernama Ngantep. Wisata Religi Pantai Ngantep.

Pagi kemarin seharusnya aku ada di pelabuhan pasuruan untuk studi karakter/observasi prilaku para pelaut dan masyarakat pesisir pantai untuk kebutuhan perwatakan aktor. Namun karena pagi itu Schedule agak berantakan, plan yang sudah direncanakan jauh-jauh hari kayak karet (tarik-ulur). Akhirnya dengan perasaan sedikit dongkol, aku nggak ikut observasi dan memilih untuk iseng ngirim sms ke anak sanggar yang sering stay on disana. Iseng aja sih, Cuma ngirim SMS yang isinya ngajak main ke pantai pagi ini. Hahaha… and there are no respon.

Masih pagi untuk beraktivitas, kusambar kretaku(#bahasa anak medan(motor)) dengan santainya sambil keliling pertokoan kota malang sembari mencari sesuatu. Tidak ada yang istimewa dari semua toko-toko yang kudatangi. Barang yang kucari itu sifatnya masih barang high price, mesti berfikir ulang untuk membeli barang yang kurang begitu penting akhir-akhir ini.

Sampai disanggar, all people pada persiapan. Ada yang bingung baju ganti, helm, makanan, kendaraan and many others. And then, dengan naturalnya aku tanya.

“pada mau kemana nih. Sibuk amat kayak mau renang?” Tanyaku
“lho mbak, giman sih! Kan tadi sampean jarkom buat siap-siap ke pantai. Ya nih anak-anak lagi persiapan ke pantai. Mau renang juga.” Sahut omim, setingkat lebih muda angkatan diklatnya.

“loh, jadi to?! Aku kan Cuma iseng. Hehe… ya udah, aku ikut!” jawabku bersemangat.


Dengan kostum ala kadarnya. Tanpa baju ganti dan pernak pernik lainnya. Kami berangkat berlima dari sanggar. Aku, Kamal, Reza plur, dewi, omim dan kriting. Dengan santainya sepeda motor melaju diatas 60 km/h. dipertigaan Sukun, kita terpecah jadi dua kelompok. Aku termasuk volunteer kelompok yang keblabas sampai daerah  Malang selatan. Bisa dibilang kita lagi thowaf  keliling Malang bagian selatan. Akhirnya Sekembalinya di Bululawang  mampir dulu ke rumah anak Hampa yang asli domisili di malang. Ratih, cewek kriting sastra Jerman yang hobinya bawain makanan segudang buat swasembada di pantai.

Alhamdulillah….” Ucap segala suara.
Siang itu, tepat jam 12 siang. Kita pergi ke pantai selatan bertujuh. Tak lupa maminya Ratih kasih sebuah pepaya super gede buat sangu. Hahaha

Ngantep, tujuan kita bergeser dari Balekambang ke Ngantep. Terpencil banget pantainya, jalanannya terjal dan berbatu. Tapi disekelilingnya, Luar biasa…. senja itu, santai kayak di pantai. Nganteb untuk beberapa jam sampai matahari terbenam. Ombaknya??? Jangan ditanya lagi tentang itu, pantai selatan selalu luar biasa… ~(v.v)`~




Minggu, 17 November 2013

Travelers’ Tale. Belok Kanan: Barcelona!




“A Thousand mile journey begins with the first step.”
                                                            ~~~Lao Tzu

            Satu kalimat yang akan mengantarkanmu ke gerbang petualangan paling liar dan tak terkendali. Dimulai dari langkah pertamalah sebuah petualangan seseorang dimulai. Tanpa melangkah, tidak akan ada satu kisah yang akan diangkat menjadi sebuah cerita dari petualangan-petualanganmu. Ya, semua dimulai dari langkah pertama. Termasuk kali ini aku akan menulis tentang mimpi yang akan aku perjuangkan karna motivasi yang mendalam dari membaca buku ini. “Travelers’ Tale. Belok Kanan: Barcelona!” an inspired book J. Bukan Barcelona yang aku kejar, tapi negeri disana… disana… tepat disebelah kananmu..
            Part pertama buku ini menggambarkan karakter keempat tokohnya. Farah Babedan, WNI yang diusia 30 tahunnya kerja in the middle of nowhere – (pedalaman) Vietnam sebagai tukang pantau pembangunan resort tepi pantai Hoi An. Keturunan arab dan background  keluarga besarnya banyak yang tinggal di Yaman. Cantik secara fisik dan pemikiran, she always lucky on many situation. Takut bakal loser her beloved friend that will get married. Farah beraniin buat perjalanan jauh menuju kemiskinan to Barcelona, negeri katalunya… “Gue harus datang ke Barcelona. Makna dari masa depan gue ada disana K”.
“Traveling- it leaves you speechless, then turn you into a storyteller”
                                                            ~~~Ibn Batuta

            I think you better eat spoonful of instant coffee because it’s easier”. Kata Francis 3 tahun yang lalu pada hari sabtu, pukul 5 sore di tanggal 26 Agustus. Aku Retno Wulandari, pecinta kafein dan pemilik memori yang tajam. Sejak kecil, liburan jauh itu di rumah nenek. Rumah nenek di Jakarta Cuma perlu nyebrang jalan dari rumahku. Kebayangkan seberapa dekat jarak rumah kami. Itu alasan kenapa aku ngak suka tugas menceritakan liburan. Sejak kami berpisah, aku meninggalkan sahabatku untuk kerja jadi staf KBRI di Kopenhagen-Denmark.  Negara dingin yang bikin aku tambah betah buat ngonsumsi kafein. “And suddenly I miss him seraya meninggalkan area pedestrian Vimmelskaftet.

Jusuf Hasanuddin, cowok narsis yang merasa paling Kece dan suka banget sama farah ini(walaupun cuma sekedar CiDaHa) biasa di panggil ucup. Mereka berkawan sejak sekolah dasar. Ucup paling lama tinggal di Indonesia sampai akhirnya dia minder karena ketiga sahabatnya udah pada kerja di luar negeri. Akhirnya dia ngeberaniin buat ngelamar bidang intern perusahaan sebagai asisten regional marketing manager(yang ditranslasikan secara bebas sebagai pelayan underpaid  yang harus rela disuruh apa aja) pada perusahaan jasa kirim surat di cabang cape town, Afrika Selatan. Ini adalah pekerjaan impian ucup… setidaknya awalnya. Pekerjaan yang mengharuskan dia travel banyak. Sayangnya bos si ucup membawahi area barat Afrika. Yang mana kebanyakan negara sedang..
1.      Perang dengan satu sama lain atau,
2.      Perang saudara atau,
3.      Sedang terkena embargo dari PBB atau,
4.      Paket combo ketiganya.

Dan terakhir seorang cowok keturunan chinesse yang tiap harinya mesti berkutat dengan piano paling enggak lima jam, ngelatih jari-jari tangan supaya nggak kaku. I have to travel by myself from city to city. Terbang, Check-in di hotel, gladi resik di concert hall, recital piano malemnya, dan besoknya kudu terbang lagi ke kota lain. Berulang-ulang. Being a concert pianist is one of the loneliest job in the world. Not to mention a boring one. Yeah,  I’m Francis Lim, sejak lulus SMA. aku melanjutkan sekolah piano di Kansas, kota yang sekarang menjadi tempat tinggalku. Inez Algeria de la Pena, gadis katalunya dari Barcelona adalah seorang yang akan kunikahi di Monestir del Poble Espanyol. 1 oktober 2006 pukul 1 siang, aku harap ketiga sahabatku akan datang dan bertemu dengan Inez.

            Farah- I hate Flying
            Gue sampai di Amman setelah transit di Saigon, Bangkok dan Dubai, dan secara boarderline over-dosis menenggak obat tidur. Manusia konroversial yang suka traveling tapi nggak suka terbang gara-gara waktu kecil pernah naik pesawat yang mesinnya rusak. So, semua berakhir dengan pendaratan darurat di atas ladang jagung. Karena muka arab gue, banyak orang ngajak ngomong pake bahasa arab tiap kali gue tukar uang. Padahal sebenernya gue kagak bisa ngomong arab sama sekali.
“Francis nembak saya, tapi saya tolak”.
“dihari ulang tahun saya, Francis kirim buket bunga”.
“lagu yang dimainkan Francis, didedikasikan buat saya”.
Retno, bahkan diantara kita cuma retno yang dapat undangan pernikahan betulan yang dikirim secara snail mail. Aaarrrgghh… There’s no way yau can hate her, she’s such a lovely girl. Tapi masalahnya, Francis suka sama dia, bukan sama gue. Bahkan udah dua kali francis nembak retno. Dua-duanya ditolak.

            Jusuf-
            Nggak ada alasan buat gue terbang ke Barcelona, cuti dan uang. Sambil nunggu boarding dalam kottoka airport, Kenya. Gue keliling nyari tahu harga tiket. Abidjan-Barcelona-Cape town diluar kendali kantong gue. Adalah shocking  bagi gue bahwa farah nekat pergi apalagi untuk menghentikan pernikahan francis.
Farah akan menghentikan francis.., demi dirinya sendiri.
Gua harus menghentikan Farah…, demi gua.

            Dalam perjalanan menuju Abidjan, airport-nya, Aeroport International Felix Houhouet-Boigny. Tiba-tiba mesin pesawat rusak dan terpaksa grass landing dengan indah di airport felix phou..phou… phououo…. Waktu yang tepat untuk menyesali semua kesalahan.”BUT LET’S JUST CONCENTRATE ON DYING, YES?’’ ternyata kata dying dari mulut gue membuat semua orang tambah jerit. Shit!...
Semua hening. Gua dapat liat cahaya putih.

            Dan merah. Dan biru. Ternyata itu ambulans. Pfiuh… kirain malaikat.
“Monsieur Jusuf?” sapa madam yang gue mintain tolong buat ngebeliin tiket Abdijan ke Barcelona.
“Jusuf…?” sebuah suara berat memanggil dari arah belakang. Seorang Gunther, country manager dari cabang negara ini. “masuk kantor saya, yuk..”.
“Ada apa sih pak?”
“bagaimana ya menjelaskannya, semalam di berita pukul sembilan, para pemberontak menyatakan bahwa perang dibuka kembali. Kita resmi dalam situasi perang”.
“lalu pak…” Tanya gue.
“kita akan segera dievakuasi ke negara terdekat. Ghana”.

            Gunther menyewa tentara bayaran yang akan membawa kita dari tengah kota ke airport Cote d’Ivoire. Ke helicopter sewaannya. Saat itu mata gue dengan cekatan ngeliat pesawat-pesawat berbendera merah-kuning-merah. Kata seorang chef yang gue tanyain, ternyata ada pesawat Espanol. Kabar buruknya, pesawat sedang melaju lepas landas. GKGKGK
“C’mon Jusuf! Cepat masuk!”. Teriak Gunther
“semoga anda selamat dijalan..” teriak gue

            Gue berlari melintasi pesawat taxiway dan mengejar salah satu pesawat kargo yang baling-balingnya mulai menyala. Benar, ini negara yang benar. Pesawat Evakuasi Maroko. Selangkah lebih dekat ke Spanyol.

Retno~EURO Trip
Besok malam saya akan terbang ke Amsterdam dengan menggunakan Sterling. Passport dengan visa schenge sudah saya siapkan. Tidak banyak barang yang saya siapkan. Hanya sebuah kamera bermemori super tinggi. Satu barang wajib yang tidak boleh tertinggal. Joko, seorang teman yang lagi studi disini telah menjemputku. Dia menawarkan diri sebagai Tour Guide selama beberapa jam. Dan kami pergi ke kawasan Red-Light. Kawasan dengan etalase berisi perempuan timur tengah sampai keturunan afrika yang menjual dirinya dalam kaca. Belanda adalah negara pertama yang melegalkan penjualan ganja di tahun 1976 serta pernikahan sesama jenis.

“Traveling- It offers you a hundred of roads to adventure and gives your heart wings!”
                                                                                    ~~~Ibn Batuta

            “We always question life. But can life question us?
            …. Can life question you, Francis?...”
            Aku tidak menjawab pertanyaan, ada rasa yang menusuk didadaku walaupun tidak seperih apa yang aku rasakan waktu pertama kalinya rasa sayang itu aku nyatakan. Retno telah menolakku untuk yang kedua kalinya. Alasannya sangat sederhana. Dia pergi kemasjid dan sholat lima waktu sedang aku pergi ke Kathedral untuk berdo’a. iman kami berbeda. Latar belakang kami tidak bisa menyatukan jalan kami kedepannya.

            Hercules berangkat dan kita sampai di Yoff-Leopold sedar senghor international Airport di Dakar, Senegal. A lovely city sebelum gue tiba di maroko bareng 334 pengungsi lainnya. Atas ijin kedutaan Maroko yang gue kantongin, evakuasi gratis itu dilanjutkan ke Casablanca, Maroko. Sebelum gue dapat transportasi terbaik ke Barcelona dengan kereta api tengah malam. Sampai di Rabat pukul empat pagi dan sampai Tangier pukul delapan. Dari san ague akan naik Feri ke Alegciras atau Salamanca. Setelah sampai sana, gue akan mencari transportasi lain ke Barcelona-Jusuf.

            Sesampainya di Barcelona, Retno hadir di konser piano Francis. Mereka janji untuk bertemu di Starbucks La Rambla sebelum setelah itu dompet, passport serta kado untuk retno hilang. Akhirnya mereka berdua pergi ke kedutaan Indonesia terdekat di Milan. Ketika mereka berdua telah berangkat. Farah datang ke Barcelona, tepatnya di hotel tempat retno mengajaknya berbagi kamar. Farah sudah menunggu terlalu lama dalam dingin.

            Jusuf~ketika mengantri di passport control puerte de Algeciras, empat orang polisi spanyol mulai creeping up dari belakang dan menyetrum gue sampe pingsan.

“Buenos Dias, Señor!” sapanya ramah dengan suara menggaung.
“pihak imigrasi internasional Puerto de Algeciras menyatakan permintaan maafnya atas kesalahan minor…-note the fuckng emphasis on the fucking minor~” K sambungnya.

            “baiklah, ini barang-barang anda.” Menyerahkan ransel gue yang acak-acakan habis diperiksa. “maafkan kami señor. Kami kira anda termasuk jaringan Al-Qaeda di Asia Timur. Pas sekali. Paspor anda Indonesia. Visa aktif semua negara—negara Afrika yang berkonflik, anda berwajah Asia dan on top of everything else anda bernama Jusuf.”
You are sick! All of you,” balas gue. Sebenernya gue udah muak, tapi gara-gara kesalahpahaman ini gue dapat ganti tiket kelas bisnis ke Barcelona dan uang tunai € 2000 sebagai uang tutup mulut. YIPIEEEE!!!
Bye Malaga…. Barcelona I’m Coming… J

            Segera setelah money exchange, gue dengan royalnya pesan taxi dan …
“ Café la Rambla Senor!”
“Café? Bar? Tanya sopir taxi
Dikeramaian la Rambla, neon sign itu menetramkan hati. Masuk café la Rambla, semua berjenis laki-laki dengan jaket kulit. Dengan tatapan nanar, semua orang melihat gue. Cepat gue telpon farah dan nanyain posisi. Ouwh Crap……. This is a gay bar.

            Di starbucks la Rambla, Farah bertemu dengan Retno dan Francis. Kami berebut memberi kejutan sesaat sebelum jusuf datang. Kami berempat bernostalgia dan tentu saja saling berebut memberi kejutan.
“Hh.., guys…, gua punya surprise buat kalian” gue tidak boleh terlambat.
“gue dulu!” seru Farah.
“Aku dulu!” seru Francis.

Falling Apart
Francis menjadi lebih keras, dari jusuf.
“gue mau bilang bahwa gue…..” Jusuf
“FRANCIS, GUE SAYANG SAMA ELO.” Sahut Farah, sontak semua mata terbelalak. Dan semua jantung berhenti berdetak.
“.. dari dulu, Cuma gue gak berani ngungkapin…” isak farah menderu.
“Elo cis, dari dulu sibuk nunjukin ke gue sama ucup gimana loe mati-matian ngejar retno. Meskipun elo gak punya harapan. Dan elo ret, elo sibuk pamer betapa elo dengan entengnya nolak dia. Dua kali!!!” sergah farah.
“Francis, elo mau kan jadi suami gue?” Tanya farah.
“tinggalin Inez untuk gue, nama kita Francis-Farah. We belong together”.

“Kemarin….” Francis mulai membuka percakapan.
“aku membatalkan pernikahan dengan Inez”.
Semua orang kembali diam,kembali shock. For my part, gue cukup kaget dengan ini. Francis pernah bilang kalau keluarga Inez adalah wiraswastawan jagal babi. Personally, gue cenderung ingin hidup rukun dengan keluarga tukang jagal.

“aku batalin nikah karena aku ingin sekali ngajak Retno nikah..” lanjut Francis.
“WHAT…!!!” semua.

“perjalanan kemarin buat aku sadar sesuatu, you’re the love of my life.” Francis menatap retno.
“kalian berdua, un-Fucking believable…” isak farah sambil berdiri dan pergi.
“udah tidak ada alasan buat gue harus ada di sini,”

“oh, ada”. Akhirnya ada kesempatan buat gue ngomong.
“ ehm… karena selama ini loe sayang sama Francis dan curhat ke gue, Far…, elu gak pernah tau, dan kalian juga gak pernah tahu bahwa…”
“bahwa gue sayang elu far…”

jika Francis gigih, gua juga bisa!. Gua udah grasslanding, evakuasi, disetrum dan gay bar! Don’t forget for the gay bar! Gua gak datang sejauh ini untuk menjadi Mr. See you later! Gue sampe di gate 12 ketika pintu boarding menutup.
“Tunggu!”
TIDAK…
Gue paksa buka pintu!
Gue tendang!
Gue pukul!
Gue tarik!
Gue dorong!
“Farah jangan pergi ke Vietnam!!!”
BERI GUA JAWABAN!!!
FARAH!!!
JANGAN PERGI!!!
Tangis gue pecah, gue terkulai di pintu yang terkunci itu. Untuk pertama kalinya, gue menangis. After all the crap I went thru. Di sini gue menangis.

“senor.., pesawat ini pergi ke Frankfurt.”
“pesawat yang anda cari mungkin ada di Gate sebelah”.

Sambil mengumpulkan harga diri gue yang tercecer disana-sini, ternyata ini gate 11 dan gate 12 ada di sebelahnya. Bidadari itu terdiam didalam boarding gate 12. This time I checked, thank you very much.

Now, I get someone who really I need. Farah


JJJ
Karena buku ini, aku jadi punya niat baru. Singapura sebelum mendapatkan title sarjana di semester delapan. Yakin aja… tuhan pasti memeluk mimpi-mimpi kita.
Thanks a lot for Alaya Setya, Ninit Yunita, Imam Hidajat dan kak Adhitya Mulya. Your story telling us how crazy traveling is… :)