post Istimewa

Kamis, 27 Maret 2014

Selamat Hari Teater Sedunia, Selamat Berkarya



H-30 become #KepalaDua+1

Truly.. truly ullaallaaaa…

Kamis menakutkan, akhir pekan yang terlalu dini. Dan dari 38 mahasiswa sekelasku yang nempuh matakuliah Kewirausahaan dinyatakan tinggal 1/3 dari total seluruhnya. Penyebabnya aalah dosen yang terlalu killer dan gamang berubah mood yang suka men-judge nggak bener pada mahasiswanya dan seringai menghina dibarengi akhir pekan bikin nyaris hampir semuanya Titip Absen…

Rutinitas aneh ini serta merta tanpa perubahan dan cenderung tetap seperti ini terus dari kemarin,, kemarin,,, dan kemarin dulu,,, its’ okay, yang jelas ntar malem nggak latihan.
27 Maret 2014 merupakan hari yang sakral bagi gue. You know what dear?

Karena kita merayakan Hari Teater Sedunia,
Selamat hari teater… topik tahun ini adalah Kemanusiaan diatas Panggung. Aku yang kasih judul… hahah… kapan lagi kita akan menyadarkan manusia-manusia lain untuk mengerti dan memahami sesamanya, terutama kaum difable. Dan semua itu kapan lagi bakal dipentaskan. Iya kan.. iya to .. udah! Iyain aja..

Sudah hampir lebih dari sebulan lalu, Kak Oella jadi Sutradara untuk pementasan monolog yang dibintangi Rukesi dengan judul “Sayang Nina”. Kebetulan naskahnya asli original buatan sang sutradara sendiri. Jadi lebih mudah untuk pengulasan dan penggambara ceritaa dan latar epic dari jalan cerita termasuk proses sang aktornya sendiri.

Malam ini juga, malam jum’at yang kata orang Jawa keramat. Pementasan ini dieksekusi dihadapan para teaterawan kampus Malang. Acara yang diselenggarakan di Dewan Kesenian Malang pun digagas sama anak Hampa, or My beloved Ketua Umum Annajihin Cam. Dia sebagai pelopor untuk membangkitkan semangat teman-teman teater Malang untuk bareng-bareng bikin acara merayakan Hari Teater… Wuhuiiiii

Ada sebuah accident  di panggung yang sudah disiapkan. Setelah pementasan perkusi anak-anak Universitas Merdeka, ada pemain biola, jimbe, alat music tiup dari cangkang kerang, gitar, bass dkk. Tepuk tangan yang meriah dari penonton waktu mereka turun dari panggung disambut dengan kabut beracun.

Seorang petinggi DKM yang gue nggak tau bagian, badan njemlung rambut dua sentian dan cenderung beruban, bapaknya berkening lebar membuka mulut diatas panggung, didepan ratuasan mahasiswa pecinta teater dengan lantang menghina dina dan menghujat serta merta tanpa member ampun diimbuhi kata cak,, cuk,,, pedes pula…

At least,,, malam itu suasana kacau, mereka merasuki lingkaran yang kami dirikan untuk bersilaturahmi. Dengan dalih meminta seorang untuk dijadikan wakil bagian teater di kantor DKM. What the bulshit there.. 

Hello… kita ini teater kampus, yang merdeka dengan caranya sendiri. Anak-anak teater itu bukan anak-anak yang punya passion cari duit dengan acting. Not at all. Apakah dengan adanya wakil seorang mahasiswa, mereka akan berjalan dengan jalan yang benar?.. no dear.. not. 

Kita ini mahasiswa tingkat belajar, bukan profesionalisme yang seluruh kegiatannya menjadi tanggung jawab untuk dipentaskan dan mendapat duit.. no capitalism there. Kita ini mahasiswa yang jauh-jauh kemari karena berniat untuk mencari ilmu, dengan cara berkuliah di salah satu universitas disini. Jadi, hidup kami nggak segenapnya didedikasikan untuk berteater, tapi belajar mengubah lingkungan dengan teater.

Kadang terselip pertanyaan dalam hati. Apakah mereka juga pernah berfikir seperti ini saat mereka sedang berkuliah? Bukankah passion itu ada saat mereka sudah jadi sarjana dan bingung cari kerja? Atau berniat menambah pekerjaan? esensi kami bukan disitu.
Seandainya kami tercebur disana, mungkin mereka yang akan diuntungkan dengan memperoleh akses menobok-obok rektorat kami dengan berbagai cara. Kan kami kalau mau ngadain kegiatan tinggal buat proposal trus dikirim ke rektorat. Jatah tahunan juga ada. Jadi tinggal minta dan nyerahin pertangung jawaban. .. udah, gitu aja. Kan beda lagi kalau teater independent. Mereka kalau ngadain acara pasti sulit buat dapetin dana. Musti jalan kesini,,, jalan kesana… iklan ini,, iklan itu… semuanya demi dapat duit. 

Bukankah mereka yang kapitalis?

Hey… pikirkan bulat-bulat apa yang kau ucapkan sebelum kamu mengambil tindakan. I believe that age can’t guarantie a mature person..

So,, did you think that we are so Precious??? Pemuda yang mengubah bangsa… Pemuda yang berbicara…

Yo.. yo.. yo… let’s change our world become awesome \(v,v)/


Dan malam ini pun kami masih berdiskusi ditemani dinginnya kota Malang sampai jam 3 dini hari. Owh.. men…