Kenapa selalu muncul “rasa” untuk menulis karena emosi tidak stabil?. Entah
karena marah atau sedih atau mungkin terlalu bahagia yang membuat tangan dan
kepala ini berjalan dengan lancar untuk mengatur jari jemari mengetik rangkaian
huruf untuk dipostingkan disarang laba-laba.
Aku pikir untuk menentukan tema terlebih dahulu, karena emosi yang
meledak-ledak mempengaruhi alur dan menjadikan tulisan ini bisa jadi tidak
menarik J. Maka aku berpikir…
Aku mencoba berpikir
Aku mencoba terlihat berfikir
Aku mencoba berpose seperti orang yang terlihat berfikir
Ternyata yang aku dapati, aku mencoba menjadikan aktivitas berfikir
menjadi kata-kata yang menarik untuk dibaca. Sama seperti aku melihatmu dari
sudut pandang yang paling indah untuk diceritakan. Iaaaaaa,,,, aku tidak sedang
membuat penipuan seperti yang kamera 360 (baca:trisikty) lakukan padamu. Aku hanya
sedang membuatmu menjadi objek paling menarik dalam tulisan ini.
“Kamu”, apakah kata ini terlalu absurd? Ia benar, apakah kau masih
mengambang dalam mengartikannya?
Maaf, terkadang menyebutkan nama dalam sosial media bisa menyulitkan dalam
kehidupan nyata.
Baiklah, kamu… orang yang saya temui hampir dua tahun yang lalu dikota
orang. Kita satu Suku dan sekarang karena letak geografis, kita bisa sangat
berbeda bahasa. Yang aku tau, kamu adalah calon sarjana teknik listrik di
kampus islam di sebuah kota yang tidak seramai dan seindah kotaku sekarang.
Kamu… iya kamu… kamu yang “Stack” di hati orang lain.
Aishhhh…. memikirkanmu membuatku lupa tentang huruf-huruf yang akan kurangkai selanjutnya…
Hanya saja, segeralah lulus dan kita bekerja dalam satu ruang yang sama…sama
… sama.....