"Malu bertanya, Sesat dijalan"
quote lama ini tentunya udah terkenal sejak jaman kamu belum lahir. Namun akan berbeda lagi bila kamu seorang petualang yang sedikit gila. bagi seorang petualang, quote diatas hanya akan mengantarkan kamu pada jalan yang benar sesuai rute atau sesuai rencana. bagaimana dengan seorang petualang yang mengikuti arah angin? yups... "LET'S GET LOSE". ayo ngilang (menghilang)..... muahahaaaaa
ceritanya nih ya, saya itu mahasiswa tingkat akhir yang lagi pura-pura terlihat sibuk ngerjakan skrip sweet >.<*. saking sibuknya, punya hobi ngumpulin jurnal internasional berbahasa inggris, memborong buku-buku yang agak mirip-mirip dengan judul skripsi sampe lupa klo dompet udah give up. wah, toko buku emang nggak ramah bagi orang yang lapar baca. serius dah!
nah, saking banyaknya baca buku kan. kebanyakan pengetahuan dan nggak segera ditulis jadinya galau... mau nyusun skripsi itu bagaimana... paragraf ini dimasukkan nggak ya, teori ini mendukung nggak ya... bla.. blaa.. blaaa... and so on.
akhirnya saya tersesat diantara kumpulan buku-buku dan lembah pengetahuan yang saya gali sendiri -.-. galau tiada akhir, nggak ada makanan, nggak ada teman, apalagi pacar... (okeh, kata yang terakhir di coret aja!). berhubung bingung hanya bikin bingung aja kan ya, sudahlah, saya kerjakan bab satu aja dan buru-buru menghadap dosen pembimbing 1.
setelah menguatkan iman untuk mengetuk kantor beliau, akhirnya beliau menerima saya dengan ramah. jauh dari pikiran saya yang mungkin saya akan dibantai habis-habisan.. hwuaaaa.. khayalan saya ketinggian sepertinya. alhamdulillah, ini adalah bimbingan skripsi pertama saya... bapaknya banyak cerita dan memberikan masukan, setelah keluar dari ruang beliau. galau saya naik 1000 derajat. tambah pening... owh,,, saya harus membuka otak saya kembali...
karena ngerasa butuh banyak sumber referensi, saya putuskan untuk ke perpustakaan pusat kampus tetangga. kebetulan di kampus itu ada fakultas pertaniannya, jadi kemungkinan akan banyak hal baru yang saya dapatkan. Berangkatlah ke kampus tetangga sama temen naik motor..... ekh, baru keluar kampus dapat 200meter udah dipanggil orang. semacam mengejar naik motor sambil manggil
"mbak.. mbak... bisa tolong berhenti sebentar"
langsung dah saya berhenti di pinggir jalan, tepat di belokan perempatan jalan raya. hahaha... diliat semua orang. ternyata yang manggil saya seorang polisi. udah..... semua mengalir begitu saja, SIM saya diambil dan suruh menemui bapaknya di kantor polisi.
Sumpah deh!!! baru kali ini saya kena tilang polisi, gara-garanya pun sepele. temen yang saya bonceng kagak bawa helem cyin... masa iya mau ngelawan polisi, udah jelas-jelas saya yang salah e -.- (banting ati).
langsung sudah, berhubung kemampuan saya berbicara secara formal dan terstruktur berasa menurun, saya putuskan pulang ke kosan buka laptop. tanya sahabat yang paling pinter sedunia -> call him Google (:*). buka seribu tab dan belajar undang-undang lalu lintas.
setelah dari kantor polisi, SIM saya kembali. namun uang Rp 50.000 terpaksa melayang bro... padahal akhir bulan. nyesek dah.
jadi kalau kalian kena tilang, saran saya google dulu. kalian kena pasal berapa dan bayar denda berapa.
ilmu kilat yang saya dapatkan waktu itu
1. surat tilang warna biru diberikan pada pelanggar yang mengakui kesalahan.
2. surat tilang warna merah diberikan pada pelanggar yang melakukan perlawanan padahal jelas-jelas melanggar aturan atau pelanggar yang meminta ijin untuk banding di persidangan.
saat ini, peraturan tentang pelanggaran lalu lintas diatur dalam pasal 22 no 2009. dimana tertera didalamnya terutama untuk pelanggaran seperi saya yang tidak menggunakan helm.
maka, pelanggar dikenakan denda setinggi-tingginya Rp 250.000. tapi kalau mau koalisi sama bapaknya. kita boleh bayar Rp 75.000 dan langsung Via ATM ke rekening pemerintah dan otomatis uang itu langsung mengalir ke kas negara. masalahnya, perbankan hanya menerima Rp 100.000. bukan Rp 75.000 (red: ini kata pak polisi yang nilang saya).
berhubung saya lagi akhir bulan, dan butuh sesegera mungkin megang tuh SIM buat penelitian. ya sudahlah,,, saya pilih uang damai senilai Rp 50.000. dulu saya orangnya idealis, nggak suka yang semacam beginian. namun gara-gara waktu yang kurang tepat. okelah, kali ini damai. (jangan dicontoh ya teman-teman).
segera, saya keluarkan uang itu sambil ngucapin sumpah serapah beranak pinak didalam hati sampai uang itu pindah tangan. semoga bapaknya disayang umur. huwakakakaaa (ketawa jahad)
dalam satu hari dan dalam beberapa jam saja sudah ada dua orang dengan dua pekerjaan yang menyita pikiran saya... ngeluuu..
Never say never untuk pelanggaran serupa lagi
quote lama ini tentunya udah terkenal sejak jaman kamu belum lahir. Namun akan berbeda lagi bila kamu seorang petualang yang sedikit gila. bagi seorang petualang, quote diatas hanya akan mengantarkan kamu pada jalan yang benar sesuai rute atau sesuai rencana. bagaimana dengan seorang petualang yang mengikuti arah angin? yups... "LET'S GET LOSE". ayo ngilang (menghilang)..... muahahaaaaa
ceritanya nih ya, saya itu mahasiswa tingkat akhir yang lagi pura-pura terlihat sibuk ngerjakan skrip sweet >.<*. saking sibuknya, punya hobi ngumpulin jurnal internasional berbahasa inggris, memborong buku-buku yang agak mirip-mirip dengan judul skripsi sampe lupa klo dompet udah give up. wah, toko buku emang nggak ramah bagi orang yang lapar baca. serius dah!
nah, saking banyaknya baca buku kan. kebanyakan pengetahuan dan nggak segera ditulis jadinya galau... mau nyusun skripsi itu bagaimana... paragraf ini dimasukkan nggak ya, teori ini mendukung nggak ya... bla.. blaa.. blaaa... and so on.
akhirnya saya tersesat diantara kumpulan buku-buku dan lembah pengetahuan yang saya gali sendiri -.-. galau tiada akhir, nggak ada makanan, nggak ada teman, apalagi pacar... (okeh, kata yang terakhir di coret aja!). berhubung bingung hanya bikin bingung aja kan ya, sudahlah, saya kerjakan bab satu aja dan buru-buru menghadap dosen pembimbing 1.
setelah menguatkan iman untuk mengetuk kantor beliau, akhirnya beliau menerima saya dengan ramah. jauh dari pikiran saya yang mungkin saya akan dibantai habis-habisan.. hwuaaaa.. khayalan saya ketinggian sepertinya. alhamdulillah, ini adalah bimbingan skripsi pertama saya... bapaknya banyak cerita dan memberikan masukan, setelah keluar dari ruang beliau. galau saya naik 1000 derajat. tambah pening... owh,,, saya harus membuka otak saya kembali...
karena ngerasa butuh banyak sumber referensi, saya putuskan untuk ke perpustakaan pusat kampus tetangga. kebetulan di kampus itu ada fakultas pertaniannya, jadi kemungkinan akan banyak hal baru yang saya dapatkan. Berangkatlah ke kampus tetangga sama temen naik motor..... ekh, baru keluar kampus dapat 200meter udah dipanggil orang. semacam mengejar naik motor sambil manggil
"mbak.. mbak... bisa tolong berhenti sebentar"
langsung dah saya berhenti di pinggir jalan, tepat di belokan perempatan jalan raya. hahaha... diliat semua orang. ternyata yang manggil saya seorang polisi. udah..... semua mengalir begitu saja, SIM saya diambil dan suruh menemui bapaknya di kantor polisi.
Sumpah deh!!! baru kali ini saya kena tilang polisi, gara-garanya pun sepele. temen yang saya bonceng kagak bawa helem cyin... masa iya mau ngelawan polisi, udah jelas-jelas saya yang salah e -.- (banting ati).
langsung sudah, berhubung kemampuan saya berbicara secara formal dan terstruktur berasa menurun, saya putuskan pulang ke kosan buka laptop. tanya sahabat yang paling pinter sedunia -> call him Google (:*). buka seribu tab dan belajar undang-undang lalu lintas.
setelah dari kantor polisi, SIM saya kembali. namun uang Rp 50.000 terpaksa melayang bro... padahal akhir bulan. nyesek dah.
jadi kalau kalian kena tilang, saran saya google dulu. kalian kena pasal berapa dan bayar denda berapa.
ilmu kilat yang saya dapatkan waktu itu
1. surat tilang warna biru diberikan pada pelanggar yang mengakui kesalahan.
2. surat tilang warna merah diberikan pada pelanggar yang melakukan perlawanan padahal jelas-jelas melanggar aturan atau pelanggar yang meminta ijin untuk banding di persidangan.
saat ini, peraturan tentang pelanggaran lalu lintas diatur dalam pasal 22 no 2009. dimana tertera didalamnya terutama untuk pelanggaran seperi saya yang tidak menggunakan helm.
maka, pelanggar dikenakan denda setinggi-tingginya Rp 250.000. tapi kalau mau koalisi sama bapaknya. kita boleh bayar Rp 75.000 dan langsung Via ATM ke rekening pemerintah dan otomatis uang itu langsung mengalir ke kas negara. masalahnya, perbankan hanya menerima Rp 100.000. bukan Rp 75.000 (red: ini kata pak polisi yang nilang saya).
berhubung saya lagi akhir bulan, dan butuh sesegera mungkin megang tuh SIM buat penelitian. ya sudahlah,,, saya pilih uang damai senilai Rp 50.000. dulu saya orangnya idealis, nggak suka yang semacam beginian. namun gara-gara waktu yang kurang tepat. okelah, kali ini damai. (jangan dicontoh ya teman-teman).
segera, saya keluarkan uang itu sambil ngucapin sumpah serapah beranak pinak didalam hati sampai uang itu pindah tangan. semoga bapaknya disayang umur. huwakakakaaa (ketawa jahad)
dalam satu hari dan dalam beberapa jam saja sudah ada dua orang dengan dua pekerjaan yang menyita pikiran saya... ngeluuu..
Never say never untuk pelanggaran serupa lagi