Saya sudah kehilangan
ragamu, maka tidak akan saya biarkan waktu menghilangkan ingatanku tentangmu.
Seorang sahabat sekaligus keluarga…
Dia adalah Bahrul Ulum
a.k.a Kriting. Seorang cowok berbadan kurus kering dari Tuban yang dalam
beberapa tahun terakhir ini menetap untuk belajar di Malang. Dipanggil demikian
karna rambut gondrongnya yang berbentuk kriting menyerupai helm. Nggak Cuma
helm, matanya aja selalu ketutup sama rambut panjangnya. Karena itu paling
susah ngajak keluar buat jalan-jalan, itu tuh… rambutnya jadi penghalang helm.
Kriting itu hobinya tidur
mulai matahari menyapa bumi dan bangun disaat semua temannya beranjak tidur.
Dia menjaga tidur kami dengan bermain game online di salah satu sosial media.
Menyalakan sebatang rokok dan melakukannya berkali-kali sembari meminum kopi
yang dibuatnya sendiri disanggar. Kurang lebih seperti itulah siklus hidupnya
selama ini bersama kami, Teater Hampa Indonesia.
Meski orang menilainya
seperti kelelawar yang suka bermain game online, kriting belajar bermain strategi
dari titik ini. kemudian dia membaginya dengan kami, para pegiat seni yang
berangkat tidur menjelang pagi. Dengan segelas kopi dan satu pak rokok, dia
akan mengajarkan apa yang dia dapatkan dari kehidupan. Ya,,, salah satu hal
yang aku sayangkan dari kriting adalah cara dia mendamaikan otak-otak kami yang
panas karena himpitan tanggung jawab dan kondisi. Kriting adalah orang yang
paling banyak mendapatkan pelajaran tentang kehidupan dan bersedia membaginya
dengan kami, orang-orang yang tidur menjelang pagi.
Saya sendiri merupakan
sahabat yang selalu meminta perhatian kepadanya, terutama ketika beban
tanggungjawab yang saya beban terasa berat. Dia akan memberikan perumpamaan,
masalah dan solusi. Mengajak otak saya untuk berpikir hal yang paling runyam
sekaligus hal yang paling mengesankan. Ya,,, dia selalu mengajarkan saya untuk
tetap Santai, stay calm… karena ketergesaan akan berbalik arah pada hasil karya
kita sendiri. Santai aja…. Semua hal di dunia ini bisa dihadapi, tidak ada yang
tidak mungkin.
Orang yang juga memanggil
saya dengan sebutan tante… dan ketika aku balas dengan sebutan “Bebh”… dia akan
lari dan seperti kerasukan setan. Menolak panggilan itu sambil merasa jijik.
Itu yang bikin kita, para cewek-cewek di sanggar suka menggodanya. Pasti bakal
kalang kabut dia, atau mungkin dia akan “misuhin” kita. Hahaha,,,,, and after this all, there’s no one like him.
Nggak aka nada yang lari – lari dan merasa jijik dengan sebutan bebh. Kami
akan sangat merindukannya… seorang sahabat dan salah satu keluarga saya di
malang yang pulang ke hadirat tuhan lebih dulu.
Dulu kriting datang tepat
ketika kami latihan rutin di depan A1, gedung rektorat kampus tercinta. Dia
datang dengan rambut rastanya dan langsung join ikut latihan. Datang tepat
ketika angkatanku sudah diklat. Untuk menjadi anggota resmi UKM kami, dia harus
menunggu setahun kemudian untuk mengikuti diklat dan pelantikan anggota baru.
Saat itu, statusnya adalah mahasiswa Pabti. Salah satu lembaga pendidikan yang
berada di bawah Universitas yang mendidik jenjang D1. Kriting mempunyai
kapasitas menggambar yang bagus, termasuk untuk mendesain.
Tengah malam itu, pukul
12.45 AM. Aku dan yang lainnya dengan mengendarai sepeda motor berangkat ke
Tuban. Berharap masih menjumpai raganya, mensholati dan melihat prosesi
pemakamannya. Pagi itu, kami berduabelas orang dengan kekalutan yang mendalam
menuju rumahnya di Tuban. Sempat ada kecelakaan kecil di jalan, 2 orang
terluka. Tapi niatan untuk mengejar pagi itu masih sangat kuat. Kami tidak
percaya… seorang sahabat dan kelurga kami, meninggalkan kami sedini ini… kami
masih tidak percaya, tapi… kami harus ikhlas, kami harus rela… Kawanku,
Sahabatku, Dulurku…. Selamat Jalan… meski aku berharap dapat main kerumahmu
minimal untuk kondangan, kali ini aku benar datang ke rumahmu untuk Melawat…
Selamat Jalan… semoga kau tenang dialam sana… mendapatkan tempat yang terbaik
disisi-Nya… Kami akan selalu menyayangimu saudaraku.