Jadi
sabtu sore minggu lalu, Abangku datang dari Bandung. Niatnya kasih kejutan
dengan cara datang secara tiba-tiba ke Malang. Berhubung setelah selesai kuliah
aku telfon terus, akhirnya dia ngaku sedang dalam perjalanan ke Malang. Spontan
aja aku surprise banget, kemarin dia
bilang gak jadi ke malang gara-gara salah satu dosennya ngasih tugas yang
lumayan berat. Fine,,, aku baik-baik aja klo pun gak jadi di sambangi. *suddenly*
Eh, nih orang udah on the way ke Malang.
Sekalipun posisi yang sebenarnya memaksa untuk tidak bisa menemui, aku pending
semua acara demi dia. Kurang baik gimana coba? *piss yak bang
Menjelang
adzan magrib, abang tiba di terminal Landungsari. Selesai bersantap mie, kami
langsung Cap cus ke Gunung Bromo lewat kabupaten Pasuruan. Kami juga
gak memperkirakan akan sampai jam berapa disana. Yang penting menikmati malam
minggu di sepanjang jalanan menuju Bromo dengan terpaan hujan. Kami tidak punya
gambaran bagaimana jalanan ke Bromo. Bagaimana safety riding bagi pengunjung dengan sepeda motor. Apakah jalanan
berkubang-kubang atau mungkin kami pasti akan sampai ke Bromo melihat sunrise dengan selamat. Kami pacu
kendaraan sekitar 40 km/jam dari Malang.
Aku
juga masih gak percaya klo aku bener-bener disambangin dari Bandung. Bromo
menjadi destinasi kami setelah kepulanganku dari Bandung sebulan yang lalu. Kami
merencanakan banyak plan ketika abang akan berada di Malang. Unfortunately,
dari semua rencana itu gak ada yang jalan selain destinasi ke Bromo. Kami pun hanya
bisa menikmati perjalanan disamping jadwal aktivitasku dan dia yang juga
sama-sama padat.
Aku
tidak tau sama sekali rute menuju Bromo, setahuku jalan utama ke Bromo sama
dengan rute dari Jember-Malang yang biasa aku lalui. Berhubung kami tidak se-Suku
dan tidak saling memahami bahasa daerah. Terjadilah misscommunication diantara kami. Abang mengira akan ke Bromo lewat
Pananjakan-Pasuruan. Sedang aku kira lewat rute yang biasa aku lewati yaitu
jalan di dekat terminal Probolinggo. Masalah yang timbul kemudian membuat kami
berputar-putar sampai beberapa jam di kota Pasuruan. Alasannya simple, abang
selalu menyuruhku untuk mematuhi setiap plang di jalan yang menujuk kearah
Bromo, sedang aku mematuhi jalan yang biasa aku lewati ke kabupaten
Probolinggo. Bodohnya lagi, kami berfikir untuk kembali lagi ke Malang di tengah
malam ini dan berangkat menuju Bromo siang hari. Hahaha…
Sempat
kami memacu sepeda kearah Pananjakan setelah kami berhenti di sebuah market
untuk membeli persediaan makanan. Orang yang kami temui disepanjang jalan tidak
ada yang memberikan gambaran jalan ke bromo dengan jelas dan sama persis.
Sampai kami kembali ke kota Probolinggo untuk berputar-putar mencari penjual
Bakso yang masih buka. Beruntungnya, bapak penjual bakso adalah orang yang
memberikan informasi Bromo secara detail. Beliau bilang, untuk sampai ke Bromo ke
Penajakan dan berjalan ditengah malam sangat berbahaya. Banyak kejadian
perampokan dan korban ikut lenyap bersama kendaraannya. Langsung saja aku
skeptis dengan pernyataan itu. Mustahil untuk sampai di Bromo malam ini,,,
Abang
adalah seorang mantan pecinta alam semasa kuliah S-1 nya. Dia lebih bisa
diandalkan dalam hal yang berkaitan dengan alam. Jadi, menurut merupakan cara
yang mungkin akan aman. Setelah mengucapkan terima kasih pada bapak penjual
bakso, kami niatkan pergi ke Bromo lewat Probolinggo. Hari hampir tengah malam
sampai kami tiba di jalan raya Probolinggo. Mencari kawan yang juga ke bromo
dengan melihat cara berpakaian. Seseorang melaju kencang dengan mantel, helm,
tas ransel dan sepatu. Kami yakin, dia akan mengantar kami untuk sampai di
Bromo. Kami langsung mengikutinya, memacu kendaraan kami sangat kencang, dan
parahnya.., orang yang kami buntuti punya kemampuan berkendara yang lihai.
Hingga beberapa kali aku dan abang melewati kubangan.*sumpah, rasanya bikin perut mules ~,~^
Kami keluar dari rombongan untuk
mengisi bahan bakar di POM Bensin dengan
konsekuensi 18 km lagi menuju Bromo, kami berjalan sendiri tanpa tahu arah. *hahaha,,, Bodoh kan? Lebih bodoh lagi klo
kami masih membuntuti orang tadi dan kehabisan bensin di tengah malam* perjalanan
berikutnya mempunyai rute yang WoW… samping kanan jurang, samping kiri tebing,
jalanan licin karena embun dan jalanan pun gelap gulita, hanya mengandalkan
lampu Dim motor. Pernah juga di suatu tikungan kami tidak bisa menghindari
pasir waktu belok kanan. Alhasil, kami menabrak tebing dalam kegelapan.
Untunglah tidak parah.
Mendekati
Bromo, tidak mungkin membawa Vario naik ke atas. Aku tinggal motorku dan kami
naik ojek. Dari Seruni Point di Sekarpura. Sunrise
so Wonderfullll… gilak, keren banget guys…. oh, ya. Klo nanti kalian ke
Bromo dan ada seseorang yang mengaku suku Tengger dan meminta untuk diambil
fotonya, itu semacam jebakan. Karena setelah itu, kalian bakal dimintai duit.
Haha… kami pun kena Zonkkk....
Turun
dari Seruni point, kami melewati pasir berbisik menuju kawah Bromo. Naik kuda
yang asik banget,,,, naik beratus-ratus anak tangga,,,, lalu Kami telah sampai
di bibir kawah Bromo. Plan yang menjadi nyata, kami berhasil melewati banyak
tantangan untuk tiba di tempat ini. Bromo kerrren sekali, kalian harus
melihatnya secara langsung dan bermunajah, sungguh Allah maha pencipta
keindahan.. We take much nice pict here.
Disana
ada sebuah Pura yang dekat dengan Bromo, Pura masyarakat Hindu Tengger,
masyarakat Tengger bagian bawah dan bagian atas umumnya beragama Hindu. Mereka
keturunan dari pelarian penduduk Kerajaan Majapahit di jaman dulu.
Yang
jelas, trip kali ini istimewa sekali. Bromo membawa cerita baru yang berbeda
dari kota-kota yang pernah kami kunjungi sebelumnya. Keliling Jogja, Prambanan,
Ratu Boko, Lembang, keliling Bandung. Hahaha… dan Bromo…*lalu Malang… perjalan
yang seru ini akan berlanjut ke destinasi selanjutnya. Lombok island……………………………………… tunggu Kami ya……