“A Thousand mile journey
begins with the first step.”
~~~Lao
Tzu
Satu kalimat yang akan
mengantarkanmu ke gerbang petualangan paling liar dan tak terkendali. Dimulai
dari langkah pertamalah sebuah petualangan seseorang dimulai. Tanpa melangkah,
tidak akan ada satu kisah yang akan diangkat menjadi sebuah cerita dari
petualangan-petualanganmu. Ya, semua dimulai dari langkah pertama. Termasuk
kali ini aku akan menulis tentang mimpi yang akan aku perjuangkan karna
motivasi yang mendalam dari membaca buku ini. “Travelers’ Tale. Belok Kanan:
Barcelona!” an inspired book J. Bukan Barcelona yang aku kejar, tapi negeri disana…
disana… tepat disebelah kananmu..
Part pertama buku ini
menggambarkan karakter keempat tokohnya. Farah Babedan, WNI yang diusia 30
tahunnya kerja in the middle of nowhere
– (pedalaman) Vietnam sebagai tukang pantau pembangunan resort tepi pantai Hoi An. Keturunan arab dan background keluarga besarnya
banyak yang tinggal di Yaman. Cantik secara fisik dan pemikiran, she always lucky on many situation. Takut
bakal loser her beloved friend that will
get married. Farah beraniin buat perjalanan jauh menuju kemiskinan to
Barcelona, negeri katalunya… “Gue harus datang ke Barcelona. Makna dari masa
depan gue ada disana K”.
“Traveling- it leaves you
speechless, then turn you into a storyteller”
~~~Ibn
Batuta
“I think you better
eat spoonful of instant coffee because it’s easier”. Kata Francis 3 tahun
yang lalu pada hari sabtu, pukul 5 sore di tanggal 26 Agustus. Aku Retno
Wulandari, pecinta kafein dan pemilik memori yang tajam. Sejak kecil, liburan
jauh itu di rumah nenek. Rumah nenek di Jakarta Cuma perlu nyebrang jalan dari
rumahku. Kebayangkan seberapa dekat jarak rumah kami. Itu alasan kenapa aku ngak
suka tugas menceritakan liburan. Sejak kami berpisah, aku meninggalkan sahabatku
untuk kerja jadi staf KBRI di Kopenhagen-Denmark. Negara dingin yang bikin aku tambah betah buat
ngonsumsi kafein. “And suddenly I miss
him seraya meninggalkan area pedestrian
Vimmelskaftet.
Jusuf
Hasanuddin, cowok narsis yang merasa paling Kece dan suka banget sama farah
ini(walaupun cuma sekedar CiDaHa) biasa di panggil ucup. Mereka berkawan sejak
sekolah dasar. Ucup paling lama tinggal di Indonesia sampai akhirnya dia minder
karena ketiga sahabatnya udah pada kerja di luar negeri. Akhirnya dia
ngeberaniin buat ngelamar bidang intern perusahaan sebagai asisten regional marketing manager(yang ditranslasikan secara bebas
sebagai pelayan underpaid yang harus rela disuruh apa aja) pada
perusahaan jasa kirim surat di cabang cape town, Afrika Selatan. Ini adalah
pekerjaan impian ucup… setidaknya awalnya. Pekerjaan yang mengharuskan dia
travel banyak. Sayangnya bos si ucup membawahi area barat Afrika. Yang mana
kebanyakan negara sedang..
1. Perang dengan satu sama lain atau,
2. Perang saudara atau,
3. Sedang terkena embargo dari PBB atau,
4. Paket combo ketiganya.
Dan
terakhir seorang cowok keturunan chinesse
yang tiap harinya mesti berkutat dengan piano paling enggak lima jam, ngelatih
jari-jari tangan supaya nggak kaku. I
have to travel by myself from city to city. Terbang, Check-in di hotel,
gladi resik di concert hall, recital piano malemnya, dan besoknya kudu terbang
lagi ke kota lain. Berulang-ulang. Being
a concert pianist is one of the loneliest job in the world. Not to mention a
boring one. Yeah, I’m Francis Lim,
sejak lulus SMA. aku melanjutkan sekolah piano di Kansas, kota yang sekarang
menjadi tempat tinggalku. Inez Algeria de la Pena, gadis katalunya dari
Barcelona adalah seorang yang akan kunikahi di Monestir del Poble Espanyol. 1 oktober 2006 pukul 1 siang, aku
harap ketiga sahabatku akan datang dan bertemu dengan Inez.
Farah- I hate Flying
Gue sampai di Amman setelah transit di Saigon, Bangkok
dan Dubai, dan secara boarderline
over-dosis menenggak obat tidur. Manusia
konroversial yang suka traveling tapi nggak suka terbang gara-gara waktu kecil
pernah naik pesawat yang mesinnya rusak. So, semua berakhir dengan pendaratan
darurat di atas ladang jagung. Karena muka arab gue, banyak orang ngajak
ngomong pake bahasa arab tiap kali gue tukar uang. Padahal sebenernya gue kagak
bisa ngomong arab sama sekali.
“Francis
nembak saya, tapi saya tolak”.
“dihari
ulang tahun saya, Francis kirim buket bunga”.
“lagu
yang dimainkan Francis, didedikasikan buat saya”.
Retno, bahkan diantara
kita cuma retno yang dapat undangan pernikahan betulan yang dikirim secara snail mail. Aaarrrgghh… There’s no way yau can hate her, she’s such
a lovely girl. Tapi masalahnya, Francis suka sama dia, bukan sama gue.
Bahkan udah dua kali francis nembak retno. Dua-duanya ditolak.
Jusuf-
Nggak ada alasan buat gue terbang ke Barcelona, cuti dan
uang. Sambil nunggu boarding dalam kottoka
airport, Kenya. Gue keliling nyari tahu harga tiket. Abidjan-Barcelona-Cape
town diluar kendali kantong gue. Adalah shocking
bagi gue bahwa farah nekat pergi
apalagi untuk menghentikan pernikahan francis.
Farah akan menghentikan
francis.., demi dirinya sendiri.
Gua harus menghentikan
Farah…, demi gua.
Dalam perjalanan menuju Abidjan, airport-nya, Aeroport
International Felix Houhouet-Boigny. Tiba-tiba mesin pesawat rusak dan terpaksa
grass landing dengan indah di airport
felix phou..phou… phououo…. Waktu yang tepat untuk menyesali semua
kesalahan.”BUT LET’S JUST CONCENTRATE ON DYING, YES?’’ ternyata kata dying dari
mulut gue membuat semua orang tambah jerit. Shit!...
Semua hening. Gua dapat
liat cahaya putih.
Dan merah. Dan biru. Ternyata itu ambulans. Pfiuh… kirain
malaikat.
“Monsieur
Jusuf?” sapa madam yang gue mintain tolong buat ngebeliin tiket Abdijan ke
Barcelona.
“Jusuf…?”
sebuah suara berat memanggil dari arah belakang. Seorang Gunther, country
manager dari cabang negara ini. “masuk kantor saya, yuk..”.
“Ada apa
sih pak?”
“bagaimana
ya menjelaskannya, semalam di berita pukul sembilan, para pemberontak
menyatakan bahwa perang dibuka kembali. Kita resmi dalam situasi perang”.
“lalu
pak…” Tanya gue.
“kita
akan segera dievakuasi ke negara terdekat. Ghana”.
Gunther menyewa tentara bayaran yang akan membawa kita
dari tengah kota ke airport Cote d’Ivoire. Ke helicopter sewaannya. Saat itu
mata gue dengan cekatan ngeliat pesawat-pesawat berbendera merah-kuning-merah.
Kata seorang chef yang gue tanyain, ternyata ada pesawat Espanol. Kabar
buruknya, pesawat sedang melaju lepas landas. GKGKGK
“C’mon
Jusuf! Cepat masuk!”. Teriak Gunther
“semoga
anda selamat dijalan..” teriak gue
Gue berlari melintasi pesawat taxiway dan mengejar salah
satu pesawat kargo yang baling-balingnya mulai menyala. Benar, ini negara yang
benar. Pesawat Evakuasi Maroko. Selangkah lebih dekat ke Spanyol.
Retno~EURO
Trip
Besok
malam saya akan terbang ke Amsterdam dengan menggunakan Sterling. Passport dengan visa schenge sudah saya siapkan. Tidak
banyak barang yang saya siapkan. Hanya sebuah kamera bermemori super tinggi.
Satu barang wajib yang tidak boleh tertinggal. Joko, seorang teman yang lagi
studi disini telah menjemputku. Dia menawarkan diri sebagai Tour Guide selama
beberapa jam. Dan kami pergi ke kawasan Red-Light. Kawasan dengan etalase
berisi perempuan timur tengah sampai keturunan afrika yang menjual dirinya
dalam kaca. Belanda adalah negara pertama yang melegalkan penjualan ganja di
tahun 1976 serta pernikahan sesama jenis.
“Traveling- It offers you
a hundred of roads to adventure and gives your heart wings!”
~~~Ibn
Batuta
“We always question life. But can life question us?
…. Can life question you, Francis?...”
Aku tidak menjawab pertanyaan, ada rasa yang menusuk
didadaku walaupun tidak seperih apa yang aku rasakan waktu pertama kalinya rasa
sayang itu aku nyatakan. Retno telah menolakku untuk yang kedua kalinya.
Alasannya sangat sederhana. Dia pergi kemasjid dan sholat lima waktu sedang aku
pergi ke Kathedral untuk berdo’a. iman kami berbeda. Latar belakang kami tidak
bisa menyatukan jalan kami kedepannya.
Hercules berangkat dan kita sampai di Yoff-Leopold sedar
senghor international Airport di Dakar, Senegal. A lovely city sebelum gue tiba di maroko bareng 334 pengungsi
lainnya. Atas ijin kedutaan Maroko yang gue kantongin, evakuasi gratis itu
dilanjutkan ke Casablanca, Maroko. Sebelum gue dapat transportasi terbaik ke Barcelona
dengan kereta api tengah malam. Sampai di Rabat pukul empat pagi dan sampai
Tangier pukul delapan. Dari san ague akan naik Feri ke Alegciras atau
Salamanca. Setelah sampai sana, gue akan mencari transportasi lain ke
Barcelona-Jusuf.
Sesampainya di Barcelona, Retno hadir di konser piano
Francis. Mereka janji untuk bertemu di Starbucks La Rambla sebelum setelah itu
dompet, passport serta kado untuk retno hilang. Akhirnya mereka berdua pergi ke
kedutaan Indonesia terdekat di Milan. Ketika mereka berdua telah berangkat.
Farah datang ke Barcelona, tepatnya di hotel tempat retno mengajaknya berbagi
kamar. Farah sudah menunggu terlalu lama dalam dingin.
Jusuf~ketika mengantri di passport control puerte de
Algeciras, empat orang polisi spanyol mulai creeping
up dari belakang dan menyetrum gue sampe pingsan.
“Buenos
Dias, Señor!” sapanya ramah dengan suara menggaung.
“pihak
imigrasi internasional Puerto de Algeciras menyatakan permintaan maafnya atas
kesalahan minor…-note the fuckng emphasis
on the fucking minor~” K sambungnya.
“baiklah, ini barang-barang anda.” Menyerahkan ransel gue
yang acak-acakan habis diperiksa. “maafkan kami señor. Kami kira anda termasuk
jaringan Al-Qaeda di Asia Timur. Pas sekali. Paspor anda Indonesia. Visa aktif
semua negara—negara Afrika yang berkonflik, anda berwajah Asia dan on top of everything else anda bernama
Jusuf.”
“You are sick! All of you,” balas gue.
Sebenernya gue udah muak, tapi gara-gara kesalahpahaman ini gue dapat ganti
tiket kelas bisnis ke Barcelona dan uang tunai € 2000 sebagai uang tutup mulut.
YIPIEEEE!!!
Bye Malaga…. Barcelona I’m Coming… J
Segera setelah money exchange, gue dengan royalnya pesan
taxi dan …
“ Café
la Rambla Senor!”
“Café?
Bar? Tanya sopir taxi
Dikeramaian la Rambla,
neon sign itu menetramkan hati. Masuk café la Rambla, semua berjenis laki-laki
dengan jaket kulit. Dengan tatapan nanar, semua orang melihat gue. Cepat gue
telpon farah dan nanyain posisi. Ouwh
Crap……. This is a gay bar.
Di starbucks la Rambla, Farah bertemu dengan Retno dan
Francis. Kami berebut memberi kejutan sesaat sebelum jusuf datang. Kami
berempat bernostalgia dan tentu saja saling berebut memberi kejutan.
“Hh..,
guys…, gua punya surprise buat kalian” gue tidak boleh terlambat.
“gue
dulu!” seru Farah.
“Aku
dulu!” seru Francis.
Falling Apart
Francis
menjadi lebih keras, dari jusuf.
“gue mau
bilang bahwa gue…..” Jusuf
“FRANCIS,
GUE SAYANG SAMA ELO.” Sahut Farah, sontak semua mata terbelalak. Dan semua
jantung berhenti berdetak.
“.. dari
dulu, Cuma gue gak berani ngungkapin…” isak farah menderu.
“Elo
cis, dari dulu sibuk nunjukin ke gue sama ucup gimana loe mati-matian ngejar
retno. Meskipun elo gak punya harapan. Dan elo ret, elo sibuk pamer betapa elo
dengan entengnya nolak dia. Dua kali!!!” sergah farah.
“Francis,
elo mau kan jadi suami gue?” Tanya farah.
“tinggalin
Inez untuk gue, nama kita Francis-Farah. We belong together”.
“Kemarin….”
Francis mulai membuka percakapan.
“aku
membatalkan pernikahan dengan Inez”.
Semua
orang kembali diam,kembali shock. For my
part, gue cukup kaget dengan ini. Francis pernah bilang kalau keluarga Inez
adalah wiraswastawan jagal babi. Personally, gue cenderung ingin hidup rukun
dengan keluarga tukang jagal.
“aku
batalin nikah karena aku ingin sekali ngajak Retno nikah..” lanjut Francis.
“WHAT…!!!”
semua.
“perjalanan
kemarin buat aku sadar sesuatu, you’re
the love of my life.” Francis menatap retno.
“kalian
berdua, un-Fucking believable…” isak
farah sambil berdiri dan pergi.
“udah
tidak ada alasan buat gue harus ada di sini,”
“oh,
ada”. Akhirnya ada kesempatan buat gue ngomong.
“ ehm…
karena selama ini loe sayang sama Francis dan curhat ke gue, Far…, elu gak
pernah tau, dan kalian juga gak pernah tahu bahwa…”
“bahwa
gue sayang elu far…”
jika
Francis gigih, gua juga bisa!. Gua udah grasslanding,
evakuasi, disetrum dan gay bar! Don’t
forget for the gay bar! Gua gak datang sejauh ini untuk menjadi Mr. See you later! Gue sampe di gate 12
ketika pintu boarding menutup.
“Tunggu!”
TIDAK…
Gue paksa buka pintu!
Gue tendang!
Gue pukul!
Gue tarik!
Gue dorong!
“Farah jangan pergi ke
Vietnam!!!”
BERI GUA JAWABAN!!!
FARAH!!!
JANGAN PERGI!!!
Tangis
gue pecah, gue terkulai di pintu yang terkunci itu. Untuk pertama kalinya, gue
menangis. After all the crap I went thru.
Di sini gue menangis.
“senor..,
pesawat ini pergi ke Frankfurt.”
“pesawat
yang anda cari mungkin ada di Gate sebelah”.
Sambil
mengumpulkan harga diri gue yang tercecer disana-sini, ternyata ini gate 11 dan
gate 12 ada di sebelahnya. Bidadari itu terdiam didalam boarding gate 12. This time I checked, thank you very much.
Now, I get someone who really I need. Farah…
JJJ
Karena
buku ini, aku jadi punya niat baru. Singapura sebelum mendapatkan title sarjana
di semester delapan. Yakin aja… tuhan pasti memeluk mimpi-mimpi kita.
Thanks a lot for Alaya
Setya, Ninit Yunita, Imam Hidajat dan kak Adhitya Mulya. Your story telling us how crazy traveling is… :)