post Istimewa

Selasa, 19 November 2013

Laut itu Kebebasan

            Laut itu kebebasan yang nyata, surga maha luas yang dijatuhkan tuhan ke dunia. Warnanya adalah ketenangan dan rasa cinta damai. Gambaran kecil surga Tuhan yang begitu nyata.
            Ombak pantai utara jawa yang tenang, berasa damai walau mungkin ada sesuatu yang dirahasiakan. Ini hanya perumpamaan sifat manusia. Berbeda dengan ombak pantai selatan yang penuh gairah dan keangkuhan, bahkan nyawa saudaraku sendiri berakhir disana.
            Aku mencintai laut seperti aku menyayangi ibuku. Karena laut mampu mengobati sakit yang serasa menggerogoti. Laut yang biru seperti hati ibuku yang sayu. Melemah dalam kehangatan keluarga kecil kami. Ibu… ibu yang dulu selalu melarangku pergi kelaut sejak kematian kakak. Dulu, aku pernah tak melihat laut biru selama beberapa tahun. Mungkin sekitar enam tahun. Sekalipun jarak antara pantai dan SMP-ku hanya 15 menit.
            Laut itu adalah kakak laki-laki yang paling tua. Melalui deburan ombak laut biru, kakak mencoba membisikkan sesuatu. “Rindu”. Merindu adik perempuan satu-satunya yang hoby bertengkar dan merajuk. Kakak yang mengajari banyak hal, mengalah dalam berbagai kesempatan dan mengungkapkan sayang dengan cara yang berbeda.
            Laut adalah kebebasan dan kebebasan adalah surga kecil yang dijatuhkan tuhan di dunia. Laut adalah air yang membiru, dalam, ombak, epos, buih dan laut adalah rahasia yang dalam.
            Laut kedamaian hakiki
            Potongan kecil keluarga kami.


Rembang, 12 November 2013