Laut itu kebebasan yang
nyata, surga maha luas yang dijatuhkan tuhan ke dunia. Warnanya adalah
ketenangan dan rasa cinta damai. Gambaran kecil surga Tuhan yang begitu nyata.
Ombak pantai utara jawa
yang tenang, berasa damai walau mungkin ada sesuatu yang dirahasiakan. Ini
hanya perumpamaan sifat manusia. Berbeda dengan ombak pantai selatan yang penuh
gairah dan keangkuhan, bahkan nyawa saudaraku sendiri berakhir disana.
Aku mencintai laut
seperti aku menyayangi ibuku. Karena laut mampu mengobati sakit yang serasa
menggerogoti. Laut yang biru seperti hati ibuku yang sayu. Melemah dalam
kehangatan keluarga kecil kami. Ibu… ibu yang dulu selalu melarangku pergi
kelaut sejak kematian kakak. Dulu, aku pernah tak melihat laut biru selama
beberapa tahun. Mungkin sekitar enam tahun. Sekalipun jarak antara pantai dan
SMP-ku hanya 15 menit.
Laut itu adalah kakak
laki-laki yang paling tua. Melalui deburan ombak laut biru, kakak mencoba
membisikkan sesuatu. “Rindu”. Merindu adik perempuan satu-satunya yang hoby bertengkar
dan merajuk. Kakak yang mengajari banyak hal, mengalah dalam berbagai
kesempatan dan mengungkapkan sayang dengan cara yang berbeda.
Laut adalah kebebasan
dan kebebasan adalah surga kecil yang dijatuhkan tuhan di dunia. Laut adalah
air yang membiru, dalam, ombak, epos, buih dan laut adalah rahasia yang dalam.
Laut
kedamaian hakiki
Potongan
kecil keluarga kami.
Rembang, 12 November 2013