post Istimewa

Rabu, 31 Juli 2013

Seulas "5 Cm"



Tuesday, July 23, 2013
15:39:57

          Tepat setelah membaringkan badanku yang lelah karena bekerja seharian di ruang peribadatan. Memandangi langit-langit ruang sholat tanpa eternit dengan penuh keluhan yang mendesak. Seharian ini ramadhan terasa panjang, panjang sekali. Mungkin karena puasa hari ini tetap terlaksana seperti biasanya, penuh dengan pekerjaan yang menumpuk. Kalau bukan berurusan dengan tembakau, apalagi?
           
           Kemudian dering pesan masuk handphone membuyarkan lamunanku. Sebuah pesan masuk dari seorang kawan di Malang.
Kamal Hampa: He, aku udah lihat film 5Cm. :p
Yang belum lihat, ndang lihat.
Lalu, Setelah lebaran, kita mendaki. Yogpo? :D” (He, aku udah lihat film 5 Cm. yang belum lihat, cepat lihat. Lalu setelah lebaran, kita mendaki. Gimana? :D)

          Tawaku tiba-tiba pecah setelah membaca pesan itu. Aneh, gila, anak ini entah up date-nya Pentium berapa. Film sebagus itu baru aja dilihat. Tanpa pikir panjang langsung kubalas pesan singkat itu.

Me : “Owalah mal mal . . . . Aq lhe wes liat 2 kali d Bioskop :p”
          (owalah mal mal . . . . aku lho sudah lihat 2 kali di Bioskop)

          Bagiku, film 5 Cm adalah film petualangan paling bagus yang pernah kulihat. Recommended lah, kalian juga harus lihat film ini. Ceritanya seru, Kece buanggettt wes. Gak tanggung-tanggung, aku bahkan lihatnya 2 kali di bioskop. Klo biasanya kita anak Hampa lihat film baru pasti Up date dan dapat Copy-annya. Untuk film ini, 7 bulan setelah rilis pun belum ada bajakannya di internet. Cuma thriller doing. Pemasarannya beginian nih yang keren, nggak gampang jebol dipasaran.

             Awalnya, aku dan temanku Didin dari Magetan pernah berdiskusi dan sepakat untuk mendaki gunung lawu lewat jalur yang perna dilalui didin sebelumnya. Didin itu anaknya mungil banget, sekitaran 45 kg-an lah. Hobinya naik gunung ber-carrier gede. Beruntung anaknya kuat dan lincah untuk mendaki, nggak bermasalahlah badan mungilnya itu. Lalu sekitar awal semester dua kemarin saat kita janjian, lagi booming novel “5 Cm”. penulisnya Donny Dirgantara udah nongol dimana-mana. Di Koran, majalah, Tv sama berterbangan di Internet. Didin juga cerita kalau novel itu udah lama banget, ceritanya nggak kalah bagus. Cuma baru aja diisukan mau diangkat ke layar lebar. Ya, dari didin aku tau ada novel bagus berjudul “5 Cm”.

          Suatu saat pada waktu itu ada waktu senggang karena kuliah sore di delay. Aku malas pulang ke kos waktu senggang. Berbalik arah melangkahkan kaki ke timur menuju sanggar teaterku ter-WoW. Hahaha.. sampai sana sepi, manusianya sedikit sekali. Sebagian besar masih sibuk kuliah. Akhirnya aku mengajak seorang dulur Hampa untuk menemaniku belanja buku di blok W, Malang. Jaraknya dari kampusku lumayan dekat sekitar 1 Km. kami berjalan sesembari menikmati sore yang sejuk di kota malang.

          Sampai blok W, mataku berkaca-kaca. Istana buku memang tempat belanja yang paling istimewa dari pada belanja pakaian ataupun hal yang lain. Melihat dari lapak ke lapak penjual satu ke penjual  yang lain. Buku “5 Cm” mayoritas mendominasi tempat ini. Mungkin lagi ngetrend batinku. Akhirnya aku ambil satu pada bapak penjual langgananku. Harga buku di blok W jauh lebih murah dari pada di Gramedia dan Toga Mas. Buku itu aku peroleh seharga Rp 15.000,-. Mungkin kalau di toko buku lain harganya diatas Rp 60.000,-. Nggak apa-apalah, ini buku bajakan dimana penulis asli tidak mendapat royalty. Selagi menjadi mahasiswa berkantung pas-pasan. Ntar kalau udah kerja dan punya uang sendiri baru belanja buku yang Legal. Sekarang ilegal dulu, hahaha…(ntar kalau beli yang legal bisa ndak makan T.T #maklum yak)

          Mendapat buku baru sama dengan mendapat pacar baru. Sesampainya aku disanggar, buku itu aku buka plastik pembungkus, lembar demi lembar. Terbaca satu per satu tanpa terlewatkan sampai hampir sepertiga tebalnya. Lanjut dibaca lagi di kosan. Seperti biasa, buku baru tidak pernah bertahan sampai dua hari. Malam itu juga isinya telah ludes kubaca. Isinya keren banget. Jadilah topik ini di pembicaraan senggang pas ngampus. Banyak yang ngantri pengen baca bukuku dan entah sekarang giliran siapa dan ada di tangan siapa. Buku itu memang masih selamat dengan beberapa lipatan tanda baca didalamnya. Aku bawa kesanggar, banyak yang ngantri dan Alhamdulillah ya. Bukuku menghilang dengan tenang disana. Kagak tau siapa yang ngambil. Bikin merana kehilangan buku bersampul lereng Mahameru itu. Sempat sebelumnya aku tulis beberapa kata yang menginspirasi dari buku “5 Cm” di Buku Curhat sanggar. Kenanganku Cuma itu, sepotong kata-kata yang tertulis. Nggak apa-apalah, diiklaskan saja…

          Masih terbawa pesona 5 Cm, hobi kepo dan browsing nambah pengetahuan tentang film 5 Cm. dimulai dari penulisnya mas Donny Dirgantara sama produsernya ngomongin topic film nasionalisme ini. Sampai bocoran siapa-siapa yang bakal jadi 6 pemain utamanya. Pevita pearce, Denny Sumargo, HerjunotAli, Fedi Nuril, Saykoji dan Raline Syah. Tau pertama kali bakal pemainnya agak disappointed. Ya iya lah, masa karakter setampan Arial dimainkan sama denny, yang paling cantik, Riani malah dimainkan Raline syah. Denny S dibilang mirip sama Pevita karena kakak adik, nggak bangettt. Trus yang paling keren dan bijak malah dimainin sama Fedi Nuril. Sedang yang juga terlalu bagus untuk jadi Zafran malah Junot. Pokoknya nggak pas banget dah.

          Sempat disappointed malah bikin penasaran sama nih film. Mungkin nggak ceritanya sama? Atau ada yang kepotong/ atau mungkin ada bagian yang sulit diriilkan dari novel itu? And you know what??? Ternyata memang ada bagian yang nggak pas di ending novel sama ending filmnya. Yang paling keren malah beum nikah. Riani tetep sama Zafran. Pevita di Novel nikah sama cowok yang ketemu pas nanjak bareng di mahameru, eh di film malah enggak. Kayaknya semi semi deket sama Genta/Fedi Nuril. Itulah resensiku, bisa jadi filmnya kurang greget, bisa jadi bayanganku yang terlalu WoW super. It’s okay, inti dari 5 Cm tetep kena. Bagaimanapun juga film 5 Cm ini bikin Nasionalisme terus kebakar semangat berapi-api. Bangga banget jadi Indonesia. Kalian harus pada liat nih film. Dijamin 20 jempol dah aku kasih. Buat temanku si Kamal, walaupun telat liat. Semangat kita buat mencintai alam masih akan terus membara. Sido muncak kapan ki?