Selamat Malam Dunia…
Saya ingin menceritakan suatu malam dalam
kehidupan saya yang benar-benar mengubah hidup saya saat ini. Kejadiaan itu berlangsung
di bulan Juli dua tahun silam. Tepat ketika saya sudah dinyatakan lulus dari
SMA Negeri favorit di kecamatan saya. Lulus dari sebuah SMA terbaik itu sebuah
kebanggaan tersendiri, karena sangat banyak orang yang membangga-banggakan SMA
saya. Sekalipun anak-anak mereka tidak dapat bersekolah disana. SMA saya
merupakan SMA pinggiran yang mampu menunjukkan eksistensi-nya di kancah Nasional. Dilain sisi, SMA saya merupakan
SMA dengan pembangunan yang terus berlanjut tanpa henti mulai dulu hingga
sekarang. Dapat dikata SMA saya adalah SMA Bonafit. Termasuk susahnya untuk
lulus dalam ujian penerimaan siswa baru. Siswa SMA yang diterima selalu
mempunyai kemampuan, baik dari sisi akademik serta non-akademiknya. Orang tua
siswa pun punya kemampuan tersendiri untuk membayar biaya pendidikan yang
mahalnya bukan main. Apalagi orang tua yang sangat menginginkan anaknya
bersekolah di SMA saya, padahal anak mereka saja tidak mampu lulus ujian
penerimaan siswa baru. Seperti BIASA, menyumbangkan satu set komputer dan
beberapa juta rupiah untuk sebuah bangku dan meja belajar. Itu lah yang
membikin SMA saya punya nama. Menyedihkan…
Ma’af, pembicaraannya teralihkan. Saya tidak
ingin membicarakan seberapa bobroknya SMA kebanggaan saya. Saya ingin
menceritakan kelulusan saya dari SMA saya. Ya, menyandang gelar lulus SMA Bonafit
merupakan predikat terhormat bagi saya dan teman-teman. Sekaligus beban yang
luar biasa berat. Kenapa? Karena kami memikul nama Almamater kami di kedua bahu
kami. Bila kami lulus dan tidak menjadi apa-apa. Apa kata tetangga kami? Orang tua
kami? Mantan pacar kami? Saudara kami? Guru kami? Dan mereka yang berharap menyekolahkan
anaknya di SMA kami? Payah sekali kan?
Dorongan itu mampu mendorong kami, siswa satu
angkatan untuk berhasil menjadi Orang yang bermanfaat bagi masyarakat sekitar
kami. Bukan orang yang memanfaatkan orang-orang disekitar kami. Tapi manfaat. Manfaat
dari sebuah mantan Almamater Bonafit. Kamu tau pecut? Itu yang selalu memukul
kaki kami untuk melangkah, disamping karena kami ingin melangkah dan berlari
sekencang mungkin untuk menjauhi predikat-predikat negatif itu.
Sejak duduk di kelas 3 ( tiga ) SMA, saya dan
teman SMA saya berusaha up date info
kampus terbaru, kampus terbaik, kampus termurah, kampus kaya beasiswa dan
kampus populer sampai kampus yang gratis,,tis,,,tis,,,. Mengikuti sejumlah try out Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri
(SMPTN), try out Sekolah Tinggi Akuntansi
Negara (STAN), IPDN, Secaba, STIS, Pramugari, Akbid, dan sejumlah kampus Agama
Islam Negeri. Yang masih terngiang dimimpi kami, Seorang Alumni pernah berkata,
“ Yang penting kuliah, dimanapun itu yang penting kuliah. Kalian cari ilmunya
dahulu, baru mencari yang lain. Kalian harus kuliah apapun yang akan
menghadangmu”.
Ya, saya harus kuliah dengan cara apapun. Saya
harus mendapatkan predikat Mahasiswa. Saya yakin bahwa saya bisa menempuh
pendidikan di jenjang yang lebih tinggi. Tanpa perlu memikirkan rintangan apa didepan,
saya hanya punya satu cahaya yang lebih dekat mengarah pada saya, seraya membisikkan
bahwa saya harus kuliah. Saya pun mengikuti sejumlah ujian percobaan, untuk
mengikuti les di Bimbel pun saya tak mampu. Saya hanya mampu beli buku. Jadilah
saya beli buku dan hampir setiap saya menganggur, saya belajar dengan membaca
contoh soal SNMPTN. Banyak teman saya yang mengikuti BimBel ke kota demi
menunjang kemampuannya untuk lulus ujian SNMPTN. Saya juga ingin, ingin sekali.
Namun itu terlalu tinggi bagi saya. BimBel hanya menghabiskan banyak uang. Dan terlalu
menuntut progress belajar.
Desember 2010.
Seorang berkata pada saya bahwa ada beasiswa
untuk kuliah di PTN selama 8 semester untuk program S1. Saya antusias sekali
terhadap berita itu. Hampir tiap hari saya rajin mengunjungi Warung Internet ( Warnet
) dekat SMA saya untuk browsing seputar beasiswa tersebut, website
kampus-kampus pun tak luput dari incaran Google. Salah satu syarat dari
penerima beasiswa itu harus masuk 50% terbaik sekelas dan 30% terbaik sejurusan.
Beruntunglah posisi saya berada diurutan 12 besar sejurusan dari 120-an siswa. Saya
punya kesempatan untuk mencoba melamar beasiswa ini.
Januari 2011
Saya mulai mengurusi dokumen-dokumen untuk
mengajukan permohonan beasiswa itu ditemani bapak saya. Hampir tiap hari kami mondar-mandir
mengurus ke Balai desa, KUA, Dinas Kependudukan. Sangat menyita waktu untuk
mengurus beasiswa itu. Saya terus berusaha keras melengkapi persyaratan. Hanya usaha
sebagai modal yang saya punya. Bukan Uang…
Februari 2011
Pendaftaran SNMPTN mulai dibuka, saya dan
teman-teman saya satu kelas yang berminat melanjutkan studi berbondong-bondong
pergi ke warnet untuk mendaftar. Mendaftar secara on line membutuhkan nomor
pendaftaran. Nomor itu didapat ketika kita membayar sejumlah uang sekitar Rp
200,000.00,- ke Bank yang telah ditentukan. Namun, bagi kami yang mendaftar
melalui jalur Beasiswa itu, kami mendapat no pendaftaran Cuma-Cuma dari
sekolah kami. 4110109097. No pendaftaran saya yang luar biasa. SNMPTN jalur
undangan hanya boleh diikuti oleh siswa yang masuk peringkat 50% terbaik sekelas
dan peserta tidak perlu menempuh ujian secara langsung.
Setelah pendaftaran, kerjaan yang saya lakukan
tiap hari masih tetap sama. Kepo terhadapa up
date-an universitas-universitas yang saya buru.
Hingga tiba suatu malam di bulan Mei, tepat
tanggal 17. Satu hari sebelum kami melakukan Wisuda Kelulusan. Seorang sahabat
mengirimi saya pesan singkat. Pesannya berisikan informasi pengumuman
penerimaan mahasiswa baru yang bisa diakses malam ini, pukul 20.00 WIB. Segera setelah
mendapat pesan itu, walaupun sudah malam untuk keluar rumah dan Warnet yang
letaknya jauh sekali dari rumah saya. Rasa penasaran telah memenuhi hati saya. Akhirnya
dengan motor jadul saya kala itu, Honda Prima tahun ’95. Kuda besi saya pacu
secepat mungkin menuju Warnet.
Dan Kamu Tau?
Ketika hendak memasukkan nomor pendaftaran,
saya pusing bukan kepalang lantaran no pendaftaran saya tidak bisa diakses. Saya
coba berkali-kali sampai saya menyadari bahwa saya terlalu takut untuk
mengetahui lebih lanjut. Saya cemas, bagaimana jika ternyata tuhan berkehendak
lain dengan tidak meluluskan saya atau saya lulus namun di universitas yang
bahkan saya tidak memilihnya?#gakmungkin Dan mungkin saya lulus pada PTN pilihan
saya dan saya tidak lulus pada jalur beasiswa saya? Atau bahkan saya tidak
lulus keduanya? Saya terlalu takut untuk mencobanya. Sampai setelah beberapa
belas kali mencoba, saya pandangi no pendaftaran saya dan saya masukkan
angkanya satu persatu. Lalu,,,
Terbuka. Dan tulisan besar menyambut laman
saya untuk pertama kalinya.
“Selamat, Anda lulus seleksi SNMPTN jalur
Undangan 2011”
Hahaha,,, saya girang bukan main, kemudian
saya baca serinci mungkin layar monitor saya tanpa melewati satu karakter pun. Diterima
pada kampus pilihan pertama saya, Universitas Negeri Malang. Alhamdulillah,
karena pilihan kedua di daerah saya sendiri, Jember.
Dan lanjutannya… pada program studi Ilmu Ekonomi
dan Studi Pembangunan. Pilhan pertama saya. Saya sangat bangga sekali, mencoba
meraih handphone saya dan langsung menelpon Bapak dan Ibu saya di rumah.
“Alhamdulillah pak, bu’, kulo masuk teng
kampus UM teng Malang. Jurusane sami kalihan wedangten, Ekonomi Pembangunan”
ucap saya.
Orang tua saya mendengar kabar ini langsung suram,
suram sekali. Sepertinya mereka hendak melarang saya. Saya sempat berujar bahwa
saya diterima dikampus itu, namun belum tentu diterima pada program beasiswa
yang saya ajukan.
Saat pertama kali membaca laman dimonitor saya
dan seketika saya berteriak Yes..Yes… dengan lantang di Warnet hingga semua
orang yang ada di Warnet termasuk Operatornya melihat kearah saya dengan
pandangan aneh. Kebanggaan saya seketika runtuh begitu saja. Bak Bulan purnama
yang sudah penuh tertutup gerhana. Wajah saya suram, saya kembali ke rumah.
Saya mencoba menghibur diri. Kala itu saya
membakar semangat saya dengan mengingat bahwa saya telah lulus SNMPTN, dan
kemungkinan untuk tidak mendapatkan beasiswa itu hanya 5%. Sesuai dari jatah penerima beasiswa di calon
Universitas saya.
3 Juli 2013
Saya sudah menjadi mahasiswa di Almamater
tercinta saya, Universitas Negeri Malang. Lebih rincinya pada prodi Ilmu
Ekonomi dan Studi Pembangunan. Mengakhiri semester empat (4) dengan IPK 3,65. Sedang
menikmati masa liburan menjelang semester 5. Mahasiswa penerima Beasiswa Bidik
Misi selama 4 tahun. Menikmati uang negara untuk studi perguruan tinggi
saya serta biaya hidup saya. Untuk kuliah,
saya tidak keberatan satu apapun (kecuali beasiswa cairnya telat..lat..lat..
pake banget). Saya hidup ngepas namun masih tetap bernafas. Dan sekarang sedang
mengetik satu malam yang mengubah
hidup saya, tulisan yang sedang kalian baca ini :D
Harapan saya ketika lulus dan mampu menghidupi
diri saya sendiri. Saya ingin menyalurkan kebaikan yang telah diberikan kepada
saya agar kebaikan itu tidak berhenti didiri saya, namun akan terus mengalir
dan menyambut yang lain untuk merasakan kebahagiaan yang pernah saya rasakan.
One day I have believe that We will be the bestest. Percayalah, Tuhan tidak
tidur. Dia punya segudang rencana untuk kita yang mau berubah. Mari menyebarkan
kebaikan, jangan biarkan kebaikan orang lain mengendap kepadamu. Biarkan seperti
semangat yang ditempa bara api :D