post Istimewa

Rabu, 03 Juli 2013

Satu malam yang mengubah hidup saya

Selamat Malam Dunia…


Saya ingin menceritakan suatu malam dalam kehidupan saya yang benar-benar mengubah hidup saya saat ini. Kejadiaan itu berlangsung di bulan Juli dua tahun silam. Tepat ketika saya sudah dinyatakan lulus dari SMA Negeri favorit di kecamatan saya. Lulus dari sebuah SMA terbaik itu sebuah kebanggaan tersendiri, karena sangat banyak orang yang membangga-banggakan SMA saya. Sekalipun anak-anak mereka tidak dapat bersekolah disana. SMA saya merupakan SMA pinggiran yang mampu menunjukkan eksistensi-nya di kancah Nasional. Dilain sisi, SMA saya merupakan SMA dengan pembangunan yang terus berlanjut tanpa henti mulai dulu hingga sekarang. Dapat dikata SMA saya adalah SMA Bonafit. Termasuk susahnya untuk lulus dalam ujian penerimaan siswa baru. Siswa SMA yang diterima selalu mempunyai kemampuan, baik dari sisi akademik serta non-akademiknya. Orang tua siswa pun punya kemampuan tersendiri untuk membayar biaya pendidikan yang mahalnya bukan main. Apalagi orang tua yang sangat menginginkan anaknya bersekolah di SMA saya, padahal anak mereka saja tidak mampu lulus ujian penerimaan siswa baru. Seperti BIASA, menyumbangkan satu set komputer dan beberapa juta rupiah untuk sebuah bangku dan meja belajar. Itu lah yang membikin SMA saya punya nama. Menyedihkan…

Ma’af, pembicaraannya teralihkan. Saya tidak ingin membicarakan seberapa bobroknya SMA kebanggaan saya. Saya ingin menceritakan kelulusan saya dari SMA saya. Ya, menyandang gelar lulus SMA Bonafit merupakan predikat terhormat bagi saya dan teman-teman. Sekaligus beban yang luar biasa berat. Kenapa? Karena kami memikul nama Almamater kami di kedua bahu kami. Bila kami lulus dan tidak menjadi apa-apa. Apa kata tetangga kami? Orang tua kami? Mantan pacar kami? Saudara kami? Guru kami? Dan mereka yang berharap menyekolahkan anaknya di SMA kami? Payah sekali kan?

Dorongan itu mampu mendorong kami, siswa satu angkatan untuk berhasil menjadi Orang yang bermanfaat bagi masyarakat sekitar kami. Bukan orang yang memanfaatkan orang-orang disekitar kami. Tapi manfaat. Manfaat dari sebuah mantan Almamater Bonafit. Kamu tau pecut? Itu yang selalu memukul kaki kami untuk melangkah, disamping karena kami ingin melangkah dan berlari sekencang mungkin untuk menjauhi predikat-predikat negatif itu.

Sejak duduk di kelas 3 ( tiga ) SMA, saya dan teman SMA saya berusaha up date info kampus terbaru, kampus terbaik, kampus termurah, kampus kaya beasiswa dan kampus populer sampai kampus yang gratis,,tis,,,tis,,,. Mengikuti sejumlah try out Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SMPTN), try out Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN), IPDN, Secaba, STIS, Pramugari, Akbid, dan sejumlah kampus Agama Islam Negeri. Yang masih terngiang dimimpi kami, Seorang Alumni pernah berkata, “ Yang penting kuliah, dimanapun itu yang penting kuliah. Kalian cari ilmunya dahulu, baru mencari yang lain. Kalian harus kuliah apapun yang akan menghadangmu”.

Ya, saya harus kuliah dengan cara apapun. Saya harus mendapatkan predikat Mahasiswa. Saya yakin bahwa saya bisa menempuh pendidikan di jenjang yang lebih tinggi. Tanpa perlu memikirkan rintangan apa didepan, saya hanya punya satu cahaya yang lebih dekat mengarah pada saya, seraya membisikkan bahwa saya harus kuliah. Saya pun mengikuti sejumlah ujian percobaan, untuk mengikuti les di Bimbel pun saya tak mampu. Saya hanya mampu beli buku. Jadilah saya beli buku dan hampir setiap saya menganggur, saya belajar dengan membaca contoh soal SNMPTN. Banyak teman saya yang mengikuti BimBel ke kota demi menunjang kemampuannya untuk lulus ujian SNMPTN. Saya juga ingin, ingin sekali. Namun itu terlalu tinggi bagi saya. BimBel hanya menghabiskan banyak uang. Dan terlalu menuntut progress belajar.

Desember 2010.

Seorang berkata pada saya bahwa ada beasiswa untuk kuliah di PTN selama 8 semester untuk program S1. Saya antusias sekali terhadap berita itu. Hampir tiap hari saya rajin mengunjungi Warung Internet ( Warnet ) dekat SMA saya untuk browsing seputar beasiswa tersebut, website kampus-kampus pun tak luput dari incaran Google. Salah satu syarat dari penerima beasiswa itu harus masuk 50% terbaik sekelas dan 30% terbaik sejurusan. Beruntunglah posisi saya berada diurutan 12 besar sejurusan dari 120-an siswa. Saya punya kesempatan untuk mencoba melamar beasiswa ini.

Januari 2011

Saya mulai mengurusi dokumen-dokumen untuk mengajukan permohonan beasiswa itu ditemani bapak saya. Hampir tiap hari kami mondar-mandir mengurus ke Balai desa, KUA, Dinas Kependudukan. Sangat menyita waktu untuk mengurus beasiswa itu. Saya terus berusaha keras melengkapi persyaratan. Hanya usaha sebagai modal yang saya punya. Bukan Uang…

Februari 2011

Pendaftaran SNMPTN mulai dibuka, saya dan teman-teman saya satu kelas yang berminat melanjutkan studi berbondong-bondong pergi ke warnet untuk mendaftar. Mendaftar secara on line membutuhkan nomor pendaftaran. Nomor itu didapat ketika kita membayar sejumlah uang sekitar Rp 200,000.00,- ke Bank yang telah ditentukan. Namun, bagi kami yang mendaftar melalui jalur Beasiswa itu, kami mendapat no pendaftaran Cuma-Cuma dari sekolah kami. 4110109097. No pendaftaran saya yang luar biasa. SNMPTN jalur undangan hanya boleh diikuti oleh siswa yang masuk peringkat 50% terbaik sekelas dan peserta tidak perlu menempuh ujian secara langsung.

Setelah pendaftaran, kerjaan yang saya lakukan tiap hari masih tetap sama. Kepo terhadapa up date-an universitas-universitas yang saya buru.

Hingga tiba suatu malam di bulan Mei, tepat tanggal 17. Satu hari sebelum kami melakukan Wisuda Kelulusan. Seorang sahabat mengirimi saya pesan singkat. Pesannya berisikan informasi pengumuman penerimaan mahasiswa baru yang bisa diakses malam ini, pukul 20.00 WIB. Segera setelah mendapat pesan itu, walaupun sudah malam untuk keluar rumah dan Warnet yang letaknya jauh sekali dari rumah saya. Rasa penasaran telah memenuhi hati saya. Akhirnya dengan motor jadul saya kala itu, Honda Prima tahun ’95. Kuda besi saya pacu secepat mungkin menuju Warnet.

Dan Kamu Tau?

Ketika hendak memasukkan nomor pendaftaran, saya pusing bukan kepalang lantaran no pendaftaran saya tidak bisa diakses. Saya coba berkali-kali sampai saya menyadari bahwa saya terlalu takut untuk mengetahui lebih lanjut. Saya cemas, bagaimana jika ternyata tuhan berkehendak lain dengan tidak meluluskan saya atau saya lulus namun di universitas yang bahkan saya tidak memilihnya?#gakmungkin Dan mungkin saya lulus pada PTN pilihan saya dan saya tidak lulus pada jalur beasiswa saya? Atau bahkan saya tidak lulus keduanya? Saya terlalu takut untuk mencobanya. Sampai setelah beberapa belas kali mencoba, saya pandangi no pendaftaran saya dan saya masukkan angkanya satu persatu. Lalu,,,

Terbuka. Dan tulisan besar menyambut laman saya untuk pertama kalinya.

“Selamat, Anda lulus seleksi SNMPTN jalur Undangan 2011”

Hahaha,,, saya girang bukan main, kemudian saya baca serinci mungkin layar monitor saya tanpa melewati satu karakter pun. Diterima pada kampus pilihan pertama saya, Universitas Negeri Malang. Alhamdulillah, karena pilihan kedua di daerah saya sendiri, Jember.

Dan lanjutannya… pada program studi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan. Pilhan pertama saya. Saya sangat bangga sekali, mencoba meraih handphone saya dan langsung menelpon Bapak dan Ibu saya di rumah.

“Alhamdulillah pak, bu’, kulo masuk teng kampus UM teng Malang. Jurusane sami kalihan wedangten, Ekonomi Pembangunan” ucap saya.

Orang tua saya mendengar kabar ini langsung suram, suram sekali. Sepertinya mereka hendak melarang saya. Saya sempat berujar bahwa saya diterima dikampus itu, namun belum tentu diterima pada program beasiswa yang saya ajukan.

Saat pertama kali membaca laman dimonitor saya dan seketika saya berteriak Yes..Yes… dengan lantang di Warnet hingga semua orang yang ada di Warnet termasuk Operatornya melihat kearah saya dengan pandangan aneh. Kebanggaan saya seketika runtuh begitu saja. Bak Bulan purnama yang sudah penuh tertutup gerhana. Wajah saya suram, saya kembali ke rumah.

Saya mencoba menghibur diri. Kala itu saya membakar semangat saya dengan mengingat bahwa saya telah lulus SNMPTN, dan kemungkinan untuk tidak mendapatkan beasiswa itu hanya 5%.  Sesuai dari jatah penerima beasiswa di calon Universitas saya.

3 Juli 2013

Saya sudah menjadi mahasiswa di Almamater tercinta saya, Universitas Negeri Malang. Lebih rincinya pada prodi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan. Mengakhiri semester empat (4) dengan IPK 3,65. Sedang menikmati masa liburan menjelang semester 5. Mahasiswa penerima Beasiswa Bidik Misi selama 4 tahun. Menikmati uang negara untuk studi perguruan tinggi saya  serta biaya hidup saya. Untuk kuliah, saya tidak keberatan satu apapun (kecuali beasiswa cairnya telat..lat..lat.. pake banget). Saya hidup ngepas namun masih tetap bernafas. Dan sekarang sedang mengetik satu malam yang mengubah hidup saya, tulisan yang sedang kalian baca ini :D

Harapan saya ketika lulus dan mampu menghidupi diri saya sendiri. Saya ingin menyalurkan kebaikan yang telah diberikan kepada saya agar kebaikan itu tidak berhenti didiri saya, namun akan terus mengalir dan menyambut yang lain untuk merasakan kebahagiaan yang pernah saya rasakan. One day I have believe that We will be the bestest. Percayalah, Tuhan tidak tidur. Dia punya segudang rencana untuk kita yang mau berubah. Mari menyebarkan kebaikan, jangan biarkan kebaikan orang lain mengendap kepadamu. Biarkan seperti semangat yang ditempa bara api :D