post Istimewa

Kamis, 10 Juli 2014

Hellogoodbye

there is hell in hello and good in good byeà Anonim

I heard it when my bestfie try to be strong and keep our spirit in our last meeting.

But, I have think that…. Memaki sebuah perpisahan, berarti kau mengutuk suatu perjumpaan. Ini mungkin rasionalistis, namun memburamkan perasaan yang muncul dalam hati.

Kita tidak akan mengerti sesuatu tanpa mengenalnya. Dengan mengenal kita akan mengetahui betapa banyak hal yang belum pernah kita bayangkan sebelumnya.

Ya, tulisan ini tentang perpisahan. Aku sudah banyak menulis tentang perpisahan akhir-akhir ini, mungkin my readers udah pada bosan. Namun, tulisan ini berbeda dari tulisanku sebelumnya. Bahwa perpisahan seharusnya bukan menjadi sebuah kejutan, perpisahan seharunya telah dipersiapkan. Ketika seseorang tau bahwa dia dilahirkan untuk mati, perjumpaan dan perpisahan bukanlah suatu hal yang perlu ditakuti.

Dalam hidup, kita hanya butuh “menikmati”. Menikmati setiap proses yang terjadi dalam hidup kita, tentang kita yang bertambah dewasa dan menjadi tua, tentang kita yang terus belajar hingga kita mengerti dan mempraktekkan apa-apa yang telah kita pelajari. Kita hanya perlu merasakan setiap hembusan nafas yang kita hirup dan mencoba merasa bahagia agar kita bahagia. Mungkin hangat mentari, panas kopi, dingin, menggigil dan sedih adalah cara kita menikmati. Tanpa perlu kita berusaha untuk membohongi diri, kita hanya butuh menikmati…

Kenapa menikmati? Ketika kamu terfokus pada tujuan yang ada didepanmu dan terus berusaha mengejar. Kamu hanya akan mendapatkan apa yang akan kamu incar. Tanpa sempat memperhatikan apa yang berada di sebelah kanan dan kirimu. Bisa saja disampingmu ada hal yang berbeda, menarik dan tidak akan kamu jumpai lagi bila kamu tidak segera merengkuhnya. Yang kau punya hanya tujuan, belum tentu apa yang menjadi fokusmu selama ini adalah tujuanmu yang telah kau raih. Maka, cobalah untuk menikmati tiap proses dalam hidupmu sebelum kau menemukan yang baru dan sebelum kau sempat mengucapkan selamat tinggal.

"Mungkin" hanyalah kata yang ditawarkan ketika kamu benar-benar tidak yakin, berusahalah,,, diluar sana hanya ada sedikit orang yang mau mendengar kata mungkin yang keluar dari mulutmu. Mungkin hanyalah sebuah kata yang dimiliki mereka yang meragu,,, mungkin bukanlah kata-katamu sendiri, jadi cobalah untuk menghapus keraguan baik ketika engkau “bertemu” dan “akan berpisah”. Meski hal itu bukanlah hal menyenangkan.

Saat ibu melahirkan aku ke dunia, aku menjumpai kehidupan. Aku mulai menemui kebermaknaan yang berujung pada satu hakikat, aku akan mati. Dan ketika aku benar-benar merasakan kematian, perjumpaan dan perpisahan adalah kebermaknaan dari kehidupan yang telah Tuhan hadirkan untukku. tentunya, hal yang selalu bisa kulakukan adalah menikmati,,, menikmati sebagaimana manusia lain yang sibuk mempertanyakan banyak hal dalam hidupnya dan mencoba berbagi dengan orang lain dalam kehidupannya.

Semua melangkah dengan hal yang pasti.

Ketika waktu mengijinkan kita untuk bertemu, maka kita mengambil kebaikannya saat bersama. Saat-saat itu pun akan berlalu, lalu kita bergerak saling menjauh dan menjumpai pelabuhan yang baru. Bertemu dengan yang lain dan seterusnya…. Hingga kita harus mengucapkan selamat tinggal dan berpaling karena tujuan kita berbeda.

Ketika tujuan kita berbeda, kita tidak bisa duduk dalam kapal yang sama. Meski kita sama-sama sadar apa yang akan ada dihadaan kita adalah perpisahan. Kau yang terus bergerak ke timur dan aku akan terus bergerak ke selatan. Saat pelabuhan kita sudah tidak sama, aku hanya bisa mengenangmu selamnya. Bahwa kau pernah hadir dan mengisi waktu dalam hidupku.

Terima kasih atas kesediaanmu tanpa perlu aku membalasnya, ini hanya awal yang harus diakhiri. Tapi percayalah,,, dunia kita masih satu, kita masih bisa berjumpa…

Suatu saat nanti…
Saat tuhan benar-benar menunjukkan tujuanmu adalah aku dan aku adalah pelabuhanmu. Maka kau tak akan lagi mengutuk suatu perjumpaan dan mencaci perpisahan.

*didicated to 10 July 2014. mereka yang pernah mengenal saya dalam hidupnya.