Pernah suatu
kali aku bertanya dalam diamku. Tuhan… kenapa aku mempunyai dua mata, dua
telinga, dan sebuah bibir? Dua tangan dan dua kaki dengan sebuah hati dan otak?
Kenapa semua orang tercipta seperti itu? Apa tidak ada orang yang diciptakan
dengan rupa yang berbeda? Dan kenapa mereka malah disebut kelainan? Dalam
diamku dan temaram cahaya, tidak ada jawaban yang kudengar. Hanya rintihan
kesakitan diriku sendiri yang semakin menderu dan romantisa hati yang terus
meminta jawaban.
Aku tidak tahu
bagaimana menghakimi kehidupan. Semua orang hanya tau Dia-lah yang tau arti
kehidupan. Hanya Dia… tiada yang lain selain Dia…
Aku terus
mencari jawaban dari pertanyaanku sendiri. Ini sungguh mustahil untuk dipahami.
Aku tak mampu berfikir lagi. Pikiranku beku, darahku mendidih, jantungku
berdegub tak beraturan. Dunia masih tetap tidak memberiku jawaban yang
kuiinginkan.
Kenapa?...
kenapa?...
Hingga tanpa
sebuah peringatan yang berarti ketika aku berjalan dengan wajah yang lusuh, aku
temui seorang malaikat berendakan permata… wajahnya teduh, seperti teja seorang ksatria. Ya, dialah yang
mampu menjawab pertanyaanku dengan jelas. Tanpa serta merta menggurui dan
menyudutkanku.
Kenapa kita
diciptakan dengan dua mata dan dua telinga sedang bibir kita hanya satu? Karena
engkau sebagai manusia harus lebih banyak melihat dan mendengar setiap pertanda
yang ada disekelilingmu dan mengucapkannya dengan bibir indah itu. Dia sengaja
tidak memberimu sepasang bibir, agar kau tidak banyak berbicara hal-hal yang
tidak perlu dibicarakan.
Dia juga hanya
memberimu sepasang tangan dan sepasang kaki agar kau dapat dengan lincah
bergerak, berpindah dan menolong yang lain. Agar mampu bermanfaat bagi yang
lain. Juga hati dan sebuah otak, agar engkau mampu menyeimbangkan apa yang kau
rasakan dan engkau pikirkan. Agar engkau tidak menggunakan ego pikiran dan
melankolis hati yang mengikis hidupmu perlahan tanpa mampu kau imbangi. Ya, Dia
yang sempurna telah menciptakanmu dengan sebaik-baiknya. Karena engkau begitu
berharga… J
*menunggui
hujan.