post Istimewa

Jumat, 11 November 2011

bunda dalam dekapan tuhan

Malam ini rasanya seperti malam yang berbalik dari waktu yang dulu pernah  menimpa mereka. Malam yang membuatku berspekulasi lebih buruk dari malam ini. 
 Ketika kukuatkan tekad dan semangat yang membara ini, ingatan wajah-wajah yang merasa tak berdosa itu pun muncul. Aku termenung dalam malam senyap. Mereka yang mencintaiku dengan penuh rasa kasih dan sayang, dan mereka yang memanfa’atkan aku lebih dalam, dari arti yang sangat sulit dibantah. Ilmu yang aku terapkan ini membuatku jatuh lebih dalam. Aku yang salah, aku sadar bahwa aku yang salah. Kasihan ibuku dirumah. Beliau terdengar lebih parau suaranya, ayah yang mulai terlihat lebih kurus dan bertambah hitam legam karena terkena sengatan sinar matahari. Aku yang terpojok disini hanya bisa menangis meratapi keadaan orang tuaku yang kusayangi. Aku cinta bundaku, aku sayang ayahku.

Aku mulai melangkah menuju masa dimana ilmu jadi yang utama. Kehidupan tak teratur yang membutuhkan tenaga ekstrem untuk terus berlari. Kau taukan apa yang selama ini kupegang? Ya, hanya itu. Cinta dan tiap keresahan yang ada sudah kubawa berlari.menembus dinginnya kota malang. Aku mulai melihat agamaku, selalu mengingat tuhanku. Tuhan yang sudah memberiku kesempatan hidup yang sangat luar biasa ini,

Aku mengingat tuhanku dalam desah nafas ini. Ternyata dalam keadaan lapar. Kita benar-benar merasa seperti berartinya dunia ini. Aku terhenyak sekejap. Aku mengingat ayahku lagi, ia amat sangat menyayangiku lebih dari lainnya. Ini alasanku menjadi lebih berarti. Ayah, ma’afkan ananda yang berlalu pergi ini , belum memberikan sesuatu yang berharga, yang senantiasa merepotkan, selalu meminta uang terus. Aku rindu ayah selalu. . .

Bunda, yang selalu menangis setelah berdo’a pada tuhan setelah sembayangnya. Ia selalu mendo’akan kami, anak – anaknya. Tangisan bunda membuatku bersedih, betapa bunda sangat sayangnya pada kami. Ia sangat rapuh sepertiku. Bunda dalam lindungan tuhan selalu. Amin . . . . . .
Tuhan allahku tiada mungkin berpaling dari kami, dia menyertai kemana kami melangkah, kesejukannya terasa ketika aku mencoba mengadu padanya. Ia tiada akan pernah pergi, menyejukkan hatiku yang penat ini dengan tangisan membisu. Tuhan,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
Aku rindu padamu.
Only you are very I beloved, miss you so much,,,,,,

Nada-nada ini membuatku penuh harap- harap cemas, aku ingin pulang ke keluargaku yang hangat. Bunda yang selalu marah-marah, ayah  yang sedikit cakap tapi memberikan kami banyak hal-hal yang sangat kami impikan. Adikku yang lucu dan paling menggemaskan, paling kecil dan manja, yang satu lagi sangat cakep, cakap dan rajin kesekolah, ma’afkan aku adikku, bila karena kakakmu ini, kamu tidak dapat melanjutkan ke SMA negeri, mungkin aku yang terlalu serakah dalam ilmu pengetahuan tanpa berfikir bahwa yang lebih muda itu yang lebih butuh. Ma’af,,,,, tapi aku merindukanmu juga disini. Sekalipun kau yang paling nakal!

Yang aku tau, aku sayang kalian, dan aku rindu kalian juga disini.
Aku ingin cepat pulang, aku akan segera lulus, walaupun sa’at ini aku masih terbilang maba, aku yakin bisa lulus lebih cepat dengan segudang prestasi dan IPK Cum Loude. Aku yakin pasti bisa, yang penting aku akan bermimpi, berusaha, dan berdo’a. serahkan semua pada tuhan allah. Dan yang paling penting SEMANGAT!!!

Dengan kesungguhan hati, aku yakin aku bisa, bila orang lain bisa, kenapa aku tidak!
Oke God, believe me, I trust.
Dan dampingi aku untuk menguatkan semangat dan tekadku.
Rhoz pasti bisa . . . !!!