post Istimewa

Jumat, 09 Desember 2011

Sudah terlalu lama, hingga kata yang kurangkai menjadi sebuah novel picisan. cerita tentang aku yang cintanya tak pernah menyatu. tentang aku yang selalu diam membisu. karena cinta itu selalu berlari dariku tanpa tahu apa yang berdiam didalam hatiku sejak lama.
ini adalah kemunafikannku sejak lama, saat kita bersama atau setelah kau pergi jauh dan tak kembali lagi. kebohongan yang hanya bisa aku ungkapkan lewat kata-kata  bahwa sesungguhnya aku yang berharap padamu. tentang rasa,,,,
aku selalu memberimu semangat dan tawaran-tawaran untuk bersama dengan wanita yang lain. kau menolak. aku memaksa, dan disaat yang sama saat aku merasa suka padamu namun  kau menganggapku hanya sebagai tempat curhat belaka. disana aku mulai sadar sudah merasa sakit hatinya saat kau selalu bercerita tentang perasaanmu kepadanya. aku disini sendiri, dengan berdiri sekuat hati aku pendam segala rasa cintaku, kepadamu.
terlalu lama sayang,,,hingga bila kuhitung sejak saat itu. air mataku sudah sebanyak anak sunai yang mengalir yang kau sendiripun menganggapnya air minum untuk tanaman dan menyiramkannya begitu saja. aku termangu memandangmu, betapa jahatnya kau karena membuat rasa sakit akan cerita-cerita perasaanmu kepadanya yang selalu kau tumpahkan padaku.
kau luapkan perasaanku,,,kau menangis lagi dihadapanku dan bercerita lagi tentang hubunganmu dengannya, apa kau kira aku bank yang akan menyimpannya sendiri?

Aku disini,,,,,,,
Sendiri,,,,,
Berdiri dengan sekuat hati,,,,,
Aku ungkapkan,,,, aku mencintaimu tanpa kata,,tanpa syarat,,,dan dengan bodohnya selalu menantimu,,,


Tapi kau, tanpa secuil perasaan bersalahpun berkata,,,,aku akan selalu mencintai dan menjaganya. aku sangat sayang padanya.

**

Setelah beberapa lama tak pernah bertemu. kau mengajakku bertemu dan kau berkata padaku disebuah coffe time diperempatan jalan besar dekat kampus kita dulu. "Kenapa dulu waktu kita tak pernah tepat, saat aku suka untuk yang pertama kali. kau selalu menawari aku gadis-gadis ayu yang lebih cantik darimu, kau suka merendah. aku merasa tak nyaman dengan sikapmu itu. akhirnya terpaksa kucoba dengan gadis yang kautawarkan keseratus kalinya padaku. aku mulai mencintai gadis itu".

Lelaki itu mulai bercerita tentang hubungan kami (dengan pacarnya masa itu), tentang masa depan kami dan rencana rumah tangga kami kepadamu. kau tersenyum senang sekali. senyumanmu jauh lebih membuatku merasa senang daripada khayalanku bersamanya. tapi ada sebuah pesan aneh, aku menangkap bayangan-bayangan kebencianmu kepadaku. aku merasa bersalah kawan.

Aku menimpali cerita itu. "Bagaimana mungkin aku merasa tak senang bila kawan sendiri bahagia. kukatakan dengan senyum kecutku. aku juga selalu mendo'akan harapanmu bukan. lantas apa yang mesti dijelaskan?".

"Dengarkan dulu" katanya membantahi kata-kataku.
"Aku dulu katakan itu agar aku bisa lebih dekat denganmu, agar kau tak pergi dari hari-hariku, agar selalu ada bahan yang bisa aku ceritakan padamu. tapi ternyata malah semakin menyakitimu. aku minta maaf,,,"

"Lalu? bukankah itu dulu saat kita masih kuliah. sekarang jalan kita memapak hari depan. cerita yang dulu-dulu itu sudah tak berarti". kataku dengan lantang.

Lelaki itu bercerita lagi. "aku selalu melihatmu dari tempatmu berada, memperhatikanmu disaat kau tak melihatku. meminjam buku darimu, berdebat denganmu, bahkan lebih banyak aku luangkan waktuku kepadamu daripada pacarku saat itu. tak lain karena aku lebih menyayangimu, lebih dari arti cinta dan kata sahabat. aku bertemu denganmu saat ini karena ku ingin mengungkapkannya tanpa harus menunggu waktu beranjak tua. sa'at ni kita sudah lebih dewasa dari hari kemarin, dan saat ini aku ingin meminangmu.
Maukah kau menjadi istriku, menjadi ibu dari anak-anakku? menemaniku disaat suka maupun duka. dan.....menerimaku apa adanya? seperti aku mencintaimu tanpa syarat. sayang,,,,apa kau bersedia?" ucapnya tanpa memperdulikan aku yang ingin menyanggahnya.

Aku terperanjat setengah Hampa. aku tak menyangka kata itu akan terlontar dari bibir manisnya. badanku menggigil, aku kegirangan dalam hati. dan tiba-tiba aku merasa mataku berkunang -kunang dan gelap.

Aku tidak sadar, ternyata aku sudah berada dalam salah satu kamar rumah sakit karna phobiaku kambuh. dan dia ada disampngku sejak hari itu hingga saat ini. terima kasih sayang,,,,
ternyata waktu lebih mendamaikan kita dari perang dalam hati yang berkepanjangan.