post Istimewa

Senin, 27 Januari 2014

Engkau kekasih yang hina

Since yesterday.. aku selalu ada dalam tumpukan buku-buku. Entah itu novel, diktat, ensiklopedi, biografi, diary and so many else. Aku tenggelam dalam buku-buku. Aku tenggelam dalam nikmatnya dunia yang diciptakan oleh keserakahan pemikiranku sendiri. Buku adalah kekasih paling setia dan selalu ada saat dibutuhkan. Teman sepi yang egois dan selalu ingin diperhatikan tiap kata yang tertulis di dalamnya.

Buku, pernahkan kau mendengar setiap keluh kesah tanpa aku harus mengatakannya. Tidak juga untuk menuliskan tiap kisahnya padamu?. Entahlah, sejak aku dilahirkan 20 tahun yang lalu. Hidupku selalu dipenuhi kehadiranmu, wajah-wajahmu yang selalu menawan dan kisah tragis di setiap ceritamu.

Kapan aku punya kesempatan untuk menikmati tiap kebahagiaan dalam ceritamu?

Kau yang selalu jadi bantal tidurku, berserakan diatas ranjangku dan engkau yang memenuhi ruangan 3x4 ini.


Engkau seperti kekasih yang hina…. Buku L

Minggu, 26 Januari 2014

study tour teater ISI Jogja dan titik 0 km parangtritis





Sejak kedatangan kami di kampus seni ini, kami disambut dengan hangat oleh beberapa pengurus HMJ teater. Mereka baik dan suasana yang bersinergi sangat nyaman untuk berkarya. Sempat aku lihat beberapa anak jurusan music dan etnomusikologi sedang belajar bermain Saksofone, gitar dan cello. Pakaian yang bebas ala anak seni bener-bener free pakai disini. Nggak aka nada dosen yang bakal marah gara-gara gak pakai baju berkerah, sepatu, dan pakaian yang sopan dan rapi sangat jarang dijumpai.

Kami belajar banyak disana. Nafas anjing yang bikin kepala pening, headstand yang susah dan aku sukses ngelakuinnya. Yah walaupun posisi berdiri terbalik itu bikin tulang belakang beberapa kali sukses kebanting kebelakang. Latihan make up lewat tengah malam karena kudu nunggu mereka selesai latihan untuk pementasan drama sebagai tugas akhir kakak tingkat mereka. Aku dan hanya beberapa orang dari sanggarku yang masih bertahan asik belajar make up bareng maba teater ISI. Mereka udah ahli rias wajah. Pagi dini hari itu juga aku sebagai model ujicoba harus rela dimake-up-in. latihan selesai sekitar pukul empat pagi. Mata sudah mulai kompromi sama tangan supaya kasih kode kalo ini terlalu pagi dan kami masih belum tidur. Terima kasih untuk alif dan teman-teman yang mau berbagai dengan kami.

Hari sebelumnya kami semua larut dalam diskusi bedah naskah “Ayo”. Naskah yang sudah aku siapkan jauh-jauh hari sebelum berangkat. Dan kamu tau readers? Mereka berrhasil membuka emikiran tentang teater. Pembicaraan itu membuka tiap bilik pemikiran kami yang tertutup sebelumnya. Mengupas segitiga terbalik konflik, pendialogkan, menyikapi SARA dalam artistik yang kami gunakan. Bahkan hal-hal yang remeh temeh seperti halaman nol dalam sebuah naskah drama yang melatarbelakangi semua inti pertunjukan sempat menjadi pembahasan paling hot sore hari.

Ilmu yang banyak kami dapatkan berkat belajar langsung dari Suhu-nya telah memberi pencerahan agar karya kami bertambah kaya dan sarat dengan nilai-nilai seni. Not only that, kita juga berasa kaya secara nafsu makan. Lingkungan kampus ISI Jogja yang deket sama pantai parang tritis juga bikin kantong anak-anak hampa kurus perlahan. Harga-harga yang dipatok disana less than our prediction. Kita bisa ngambil ini, itu, lauk ini, lauk itu, ayam ini, ayam itu, makanannya juga enak. Walau agak manis dikit tapi masih kerasa cita rasa masakan jawanya…tiga hari belajar bareng Suhu yang istimewa… sekalipun banyak rencana yang terbatalkan.

Oia… malam pertama di ISI Jogja waktu itu, beberapa anak udah teller duluan. Dan kita bersepuluh (Mas afdel, aku(rose), dewi, michin, andhika, ihsan, mbak iin, plur, lutfi, ema) penasaran sama benteng kidul keraton jogja. Soalnya denting kidul ada sepasang beringin kembar yang tumbuh berjajar, kalau kita berhasil lewat tengah beringin dalam keadaan mata tertutup. Impian yang kita inginkan bisa terwujud. Itu motivasi terbesar kita buat kesana.

Jalan kaki dari kilometer 6.5 parang tritis. Kami bersepuluh kepayahan. Udah hampir dua jam kami jalan kaki, udah sekitar 10 km jalan tapi masih juga belum sampai benteng kidul. Kita Cuma pake panduan jalan sama tanya keorang yang kami jumpai dijalan. Kita sampai perempatan titik 0 km parangtritis, perempatan prawirotaman dan masih belum ketemu juga sama benteng kidul… bingung ditambah bingung, ,, cakep berasa capek… akhirnya kita nemu taksi yang bisa dikelabui. Taksi min bus itu kita isi 10 orang. Dan Cuma bayar Rp 50.000 sampe depan gerbang ISI Jogja.. hahaha….. lha koq nyampe sana ketemu anak teater ISI trus mereka bilang kalo benteng kidul itu satu blok ke utara dari titik 0 km parangtritis. Sekitar 200meter…. Gila ble…. Iku cedhek banget… tiwas wes mbalik ndek ISI. Pagi dini hari itu, 10 wajah terlihat lesu sambil nyesel tak berdaya…


Malam pertama sekaligus dua hari sebelum aku putuskan untuk go away alone……

Hampa Goes to Jogja akhir Mei 2013

Jogja, 27 Mei 2013

Malam minggu kemarin aku dan rombongan anak-anak UKM Teater Hampa Indonesia berangkat ke Fakultas pertunjukan ISI Yogyakarta. Kami akan bertamu ke HMJ Seni Teater ISI jogja untuk keperluan pembelajaran dasar-dasar teater. Semua materi yang brkaitan dengan teater akan kami perdalam dan belajar pada empunya adalah cara yang tepat disamping mengetahui tentang perteateran dilingkungan kampus seni.
Karena gagal menegosiasi pihak rektorat, kami tidak mendapat fasilitas transportasi dari kampus. Perjalanan ke Jogjakarta itu pun mau tidak mau kami tempuh dengan marathon menggunakan berbagai transportasi umum sampai dengan setibanya kami di ISI.

Awalnya, rombongan yang terdiri dari 15 orang ini terbagi dengan dua buah angkot. 11 dan 4 orang dalam angkot. Ya, karena waktu sudah hampir menunjukkan pukul 08.00 malam. Angkot yang kami temui sangat jarang, makanya sampai bisa terpisah pake 2 angkot(rp 2.500/anak) gitu… +,+

Setibanya diterminal arjosari, langsung berganti bus Mira. Bus patas dengan harga Rp 11.500/orang yang akan membawa kami ke terminal bungurasih-Surabaya. Ada kejadian lucu kali itu, bus patas yang dilengkapi smooking area kebetulan pas lagi kosong. Padahal kursi duduk lainnya udah penuh. So, beberapa dari kami termasuk aku duduk di smooking area ini. Tiba-tiba masuk seorang pengamen, seorang anak kecil yang langsung member hormat pada kami. Aku nggak ngeh, ternyata… temen sampingku yang bawa gitar dan pas lagi nyanyi pake gitarnya itu juga dikira pengamen sama pengamen bocah kecil itu. Jadi dia minta maaf kalo mau ngambil daerah kekuasaan perpengamenannya (#omong apa ini -_-). Hahaha…

Cool night… bus yang dingin … semoga perjalanan kami tetap hangat…

Jam 10.20 malam kami telah sampai diterminal bungurasih. Perjalanan ini 20 menit lebih cepat dari biasanya dan 1,20 jam lebih lambat dari jadwal yang tertera. It’s okay dear… don’t worry J. Sebagian anggota langsung turun dari bus, sebagian menjaga barang, sebagian nyari toilet, dan sebagian pergi nyari bus istimewa untuk 15 orang.

Pas udah ketemu bus yang cocok, kami berbondong- bonding menuju bus itu. Semuanya langsung gerak ngisi tempat duduk bagian belakang supaya tidak terpencar antara satu dengan yang lain. And then, beruntungnya lagi… ketika sudah pada duduk semua, bus Mira jurusan jogja seharga Rp 34.000/orang ini cepet terisi penuh seat-nya.

Cerita dalam bus Mira ~~~>

Seorang pengamen sempat masuk dengan gaya khasnya. Lucu sekali. Ngamben nyambi guyon. Lalu seorang bule dengan transleternya naik bus… langsung aja pengamen tadi nyerocos pake aksen inggris pake bahasa cap rusak sekenanya. Semua penumpang pada ketawa, bus tetap melaju dan pintu tertutup… pengamen keluar dan aku mulai mendapati inbox  dari teman-teman ISI Solo.

Bus kami juga hampirrrrr sajaa nabrak truk barang yang tiba-tiba masuk ke jalan raya di daerah Sragen. Pak sopir tetep aja napsu mbuyiin klaksoon terus-terusan. Aku kaget, tubuhku bergetar, semua penumpang bangun dan panik dalam do’a. Alhamdulillah, kejadian yang sukses bikin mata melek.

Perjalanan Surabaya – Jogja lebih dari 8 jam. Jadi sekitar pukul 05.15 WIB kami telah sampai di terminal giwangan. Oella, salah satu partisipan langsung ngilang nyari toilet. Mungkin vomiting gara-gara pak sopir yang be-dest (geblek). and suddenly oella muncul sambil ngeluh pake suara kencengnya. Dia bilang, “Mosok aku mbayar Rp 2.000, padahal aku Cuma muntah(masa aku disuruh bayar Rp 2.000, padahal aku Cuma muntah). Trus didraft harga yang terpampang nggak terdaftar harga untuk sekedar muntah doang. (geblek banget kan mbakku satu ini). Hahaha…. Kita langsung ketawa ngakak..

Setelah prepare di mushola giwangan, kita chus nyari makan dan nge-bis lagi dengan tujuan ISI Jogja. Bus parangtritis with prize Rp 3000/person 


ISI Jogja… kita datang…. \(+,+)/

Sabtu, 25 Januari 2014

Should we go home? #Medan on last part

            If you have read my last post about Medan North Sumatera at part #6. I believe you know the last paragraph. Yeah… kita bertujuh (gue rosita, ratih “Micin”, Iin, Anisa “Pesut”, andhika, champin and ihsan) bertolak dari tuk-tuk ke pelabuhan parapat. Mencari tempat bernama kedamaian. Haha… kita naik ferri untuk menyeberangi danau. Gue ada di dek bawah sambil nungguin mas dika yang keliatannya sih sakit *hahaha*. Yang lainnya duduk di dek atas. Walaupun nggak sampai sehari di toba, yang penting kita udah bisa sampai sini. Dengan jerih payah sendiri pula… haha, perjalanan yang berhasil nguras beasiswa semester ini -_-

            Back to the topic, perjalanan ini bener-bener dimanfaatin buat foto-foto. Satu hal yang memungkinkan kita melakukannya diatas kapal. Sambil berdoa’a penuh syukur, posisiku yang mengharuskan stay dibawah sini harus dimanfaatkan dengan maksimal. Nggak bisa foto, video pun dapatlah…

            Sesaat sebelum check out dari penginapan, ihsan sempet minta tolong ke opung untuk mencarikan jasa sewa mobil dari parapat. Harganya sih lumayan, kondisi teman-teman sangat nggak memungkinkan untuk naik kendaraan umum. Termasuk untuk mengantarkan kami sampai kualanamu. Jaraknya terlalu jauh, bisa setengah hari ditempuh dengan mobil pribadi. Mobil dan sopir yang kami sewa dari parapat lumayan bikin kantong tambah kurus aja. It’s ok, avanza hitam kami meluncur dengan ringan ditanjakan parapat.

            Posisi duduk sudah diatur sedemikian rupa. Si andhika yang sakitnya tambah parah aja keliatan dari bibirnya nggak bisa diam dan selalu pingin muntah, sementara anak-anak yang lain masih tinggi suhu badannya. Termasuk michin dan mas champin. Pas perjalanan itu juga mas dika minta dibawa langsung ke pusat kesehatan, maunya sih rumah sakit. Tapi gue gak jamin ada rumah sakit didaerah sini deh. Beruntunglah sopir kami yang pengertian mau nganterin kita ke IGD Parapat. Setelah diperiksa, dokter bilang kalau tifusnya kambuh dan sebaiknya di opname. Gue yang notabene tukang bawa duit, tukang bawa kertas-kertas langsung berfikiran jauhhhh banget. Oh no, it’s danger dear…

            Langsung aja gue loby pak dokter supaya tetep ngasih infuse, Cuma nanti agar dilonggari cincinnya. Biar dalam waktu kurang dari dua jam kita udah bisa keluar dari IGD. Awalnya sih dokter kasih pertimabangan-pertimbangan. Tapi gue juga kasih pertimbangan. Nggak mungkin banget buat ketinggalan pesawat. It kill ourself there. Setelah pertarungan beberapa lontaran kata-kata, akhirnya tuh dokter mau kasih infuse dan sekitar satu jam setengah lagi infuse itu sudah masuk ke tubuh mas dika. Overall… jam satu siang kita udah bisa ninggalin rumah sakit. Sempet juga aku ngabari temen-temen yang ada di malang. Eh ternyata, kabarku malah bikin mereka bingung. Soalnya, gue juga bingung kudu mencari solusi bagaimana…. But, ok we check it now…

Tempat duduk udah ditata lagi. Mbak iin duduk didepan samping sopir, pesut, mas champin sama ihsan duduk di seat belakang. Sementara gue yang duduk dideretan seat tengah disamping michin dan mas dika slalu mencoba untuk tetep mengabadikan perjalanan lewat video. Awalnya lancar-lancar saja, perjalanan dalam perkebunan sawit dan hutan hijau yang sejuk itu sangat menyenangkan. Kera-kera berbaris diatas pagar pembatas jalan dan melihat sarimin (mas champin) yang terkekeh gila. Haha… Pelan tapi pasti, jalanan yang damai bikin kita semua tertidur. Kecuali gue yang kudu always on. Hehe… and suddenly you know what? Mas dika tiba-tiba membuka kaca mobil dan langsung Vomitting.

Mana dia duduknya dikursi pinggir kanan, jadi ketika dia buka kaca. Beberapa truk tronton bermuatan apalah itu… pada bunyiin klakson. Gue yang masih shock langsung main tarik baju mas dika dari belakang. Tapi dia nggak ada respon. Tetep aja vomiting lewat kaca mobil. Gue minta pak sopir supaya langsung berhenti di pinggir jalan. And he did well. Gag tau apa aja yang udah gue sama michin lempar ke kursi belakang. Jaket-jaket yang dipake andhika, tas, tisu, perbekalan dll. Pokoknya main lempar aja. Sampe ketum bisa agak lega dan akhirnya tukar posisi tempat duduk sama michin.

Kemudian saat mobil berjalan lagi, si pesut dengan setengah sadar. Ngomong begini…
Pesut: “loh, perasaan mas dika kayak duduk dipinggir kaca toh. Koq ketum pindah di tengah. Kapan pindahnya?”

Gue sama michin geleng-geleng kepala. Berarti rame-rame tadi anak-anak seat belakang nggak ada yang ngerasa. Dilempari barang-barang pun nggak ngerasa. Malah yang dilempar tadi dibuat selimut. Anak-anak geblek ~<+,+>~

            And our car  tetep melaju kearah airport lewat kab. Pematang siantar lanjut ke kab. Tebing tinggi. Lebih hinanya lagi, selain supaya kita pingin cepet sampai airport. Kita nggak kepikiran buat beli oleh-oleh. Cuma dua buah bika ambon.

            Sampai di airport tepat pukul 05.20 pm. Sambil nunggu konter check in. kita keliling bandara yang baru diresmikan ini. Keren sih, lebih besar, nyaman, semua fasilitas ada disini. Lalu kali ini jadi tugas pesut sama ratih buat ngantri check in, sebagian dorong troli, ada yang bagian bawa makanan dan tentu yang jagain mas dika. Soalnya pas di konter check in, pesut minta kursi roda ke kayangan. Kayangan ngabulin plus kasih kita seorang petugas yang bakal dorong mas dika. Jadilah kita berenam nggak bingung mau jalan kemana dibandara yang gede ini.

            Jalan lurus, Cuma perlu buka palang pintu pake barcode boarding pass. Oia, tax bandara di kualanamu yang gede ini masih lebih murah dari juanda atau Soetta loh. Habis turun dari escalator, kita langsung lewat pintu pemeriksaan. Karena sebelumnya belum pernah nyoba bagasi, tadi pas check in si pesut sama ratih pilih menggunakan fasilitas satu ini. Hehe.. oia, setelah lewat pintu pemeriksaan. Kita duduk dekat gate 10, jalan menuju kayangan.

            Pas lagi diatas, gue bisa liat pemandangan jauh lebih baik dari sebelumnya. Lampu-lampu yang bersinar bikina malam tambah beautifull. Dan tetep, gue nggak dapet tempat duduk samping jendela. Gue duduk ditengah, sedangkan mas dka duduk disamping aisle. Harapan kita bersama adalah berfoto dengan bendera teater Hampa didepan pesawat. Eh, ternyata gagal lagi.

            Setibanya di terminal tiga cengkareng, aku langsung nyari taxi atau mobil sewa. Lumayan dapat luxio, tapi tetep aja! Yang bisa naik mobil Cuma tiga orang, gue, mas dika sama mas champin yang emang lagi sakit juga. Sama semua ransel temen-temen. Empat orang harus jalan untuk menghindari pertambahan cost. Hehe..

            Jalanlah kita ke pelayanan kesehatan terdekat. Tepatnya di poliklinik soekarno-hatta, disamping utara masjid bandara. Malam itu juga gue langsung langsung gedor tuh pintu yang tertutup, eh, ternyata emang dikunci dari dalem. Maklum… gue terlalu bersemangat. Malam ini juga kami tidur di poliklinik bandara, kami tidur diranjang-ranjang pasien yang ada beberapa buah disana. Dan udah nggak peduli lagi sama “Mayat keceleakaan yg masuk tadi pagi dan di taruh dipendingin kamar mayat bandara” kata seorang penjaga.

            Kebetulan juga, yang jaga dipoliklinik seorang dokter keturunan batak dan seorang abang kelahiran aceh yang besar di medan. jadi mereka berdua mengerti tentang medan. malam itu juga, kami banyak ngobrol dengan abang orang medan itu. Cerita semuaaannyaaaa… tentang toba, penginapan, tempat yang layak dikunjungi, tempat yang memberikan harga paling murah, filosofi batak dan kain ulos + shortali…. And all of them sukses bikin kita tambh sakit hati. Seharusnya kita ketemu tuh abang pas mau berangkat. Bukan pas udah mau pulang kayak sekarang ini -_-

            Ada juga pengalaman seru si pesut. Pas mas dika baru diperiksa, dokter saranin supaya makan bubur. Tau kan! Klo jarak dari bandara ke M1 aja udah jauh. Beruntung petugas poliklinik ada yang mau nyari makan, kita bisa ikut beliau atau pinjam motor matic-nya. Nah, si pesut malah ikut bapaknya cari bubur ayam tengah malam naik ambulan keliling tanggerang. Terang sajalah kalau banyak orang yang liatin dia pas turun dari mobil ambulan dan tanya “Pak, bubur ayamnya masih ada?”

            Sumpah, gokil banget… untung nggak dikira kuntilanak penunggu mobil ambulan dia. Penjual yang didatengi pesut pada liat dia penuh tanda tanya. Mungkin juga takut.. haha

Siangnya jam 10, kita dapat sewaan Luxio. Mobil yang bakal ngantar kita bertolak dari cengkareng ke stasiun pasar senin. Diprediksi kita akan sampai Malang esok paginya. Eh, karena udah terlalu siang. Jalanan Jakarta macet banget, kita udah nggak mau ketinggalan kereta lagi. Mana kondisi beberapa ada yang tambah sakit. Utamanya kakak ketum. Beruntungnya lagi…. Sopir Luxio yang keren ini pinter bawa mobil dan sukses nganterin kita ke stasiun 15 menit sebelum kereta go on.

Lalalaalllaaa….. Malang kami datang. Walaupun di stasiun terakhir hanya tinggal 5 orang. Tapi gue sedikit seneng, setidaknya kekhawatiran utama gue nggak bakal terjadi. Semua bisa pulang dengan utuh sampai rumah dan kosannya masing-masing… yah, walaupun ternyata gue adalah orang terakhir yang tumbang didalam kereta karena gue sampai lupa sama kesehatan gue sendiri…

Terkadang suatu posisi/penghargaan yang tinggi bisa membuat kita bertambah semangat menjalankannya. Atau membuat kita jatuh tersungkur karena tidak mampu  menguasainya



---THE END---

Toba lake… here we’re coming #Medan part 6

satu-satunya foto kita bersama, meskipun yg satu tukang fotonya. kita terlihat seger loh :D
          Pagi itu juga, semua rencana yang udah kita buat jauh-jauh sebelumnya terpaksa digagalkan. Sederhananya, di hari terakhir menempati TBSU kita mendapat jatah jalan-jalan yang udah disediain pihak panitia. Sebagai tukang bawa berkas-berkas yang masih aja kurang lengkap. Pagi itu gue harus dapat tandatangan beberapa orang buat pencairan dana rektorat kampus gue. Gue kudu nunggu orang-orang yang bertugas sebagai panitia sampai ada ditempat. Gue udah biarin temen gue keleleran nggak tau gimana, sedang gue dibasecamp panitia nungguin seseorang sekaligus ngambil tebengan ini-itu juga sekalian nebeng ngeprint itenarinya kayangan yang terbaru.

          Jam delapan pagi udah fix, eh si micin malah pergi ke pasar sama abang guide orang medan buat beli kain Ulos. Entah mau beli berapa puluh lembar, gue Cuma nitip 2 buah aja. Males bawanya, apalagi suruh neteng bawaan sendiri. Ribet ntar. Lagian tadi malam udah tukeran sama bang boy anak Padang. Gue tuker sarung bali pink manis yang belinya pas acara PPA 5 teater orok-Udayana di depansar sama kain ulos hitam bermotif cantik milik bang boy. Beruntunglah dia mau J

          Waktu michin dah balik, kita bongkar lagi ransel-ransel trus ngepackin lagi tuh ransel. Setelah pamitan sama temen-temen senusantara yang akan berangkat tour keliling medan, kita melaju ke terminal Amplas ditemani seorang abang teater ‘O’, bang makin naik angkot seharga Rp 4.000/orang. Dan selalu sama kayak hari-hari sebelumnya, sopir angkot medan itu buas banget. Mereka gak bakalan mikir kita anak siapa, jadi jalannya nglibas semua rambu-rambu dan etika berkendara. Sangarrr pokok’e.
          Dari Amplas, kita nunggu Amy anak teater ‘O’ yang datang bawain kacamatanya mas champin yang tadi pagi ketinggalan d TBSU. Mana sempet hujan deres pula. Bah,,, sampai Amplas aja niat kami udah diuji. “Jalan terus ke Parapat” atau “See you bye-bye Toba kita balik saja”. Niat dan semangat yang kuat itu ngantar kita naik bus jurusan parapat siang itu juga. Tiket busnya Rp 32.000/orang sampai parapat. Kemungkinan kita akan sampai sana jam 4 sore.

          Karena kelelahan, semuanya tertidur lelap. Gue sempet ngrasain sopir busnya, sangar pisan uey klo nyetir. Bahkan kernetnya yang asli batak udah nggak bisa ngomong pelan, pake bentak-bentak para ibu-ibu yang jualan makanan diatas bus supaya cepet keluar. Beh… ngeri ble. Trus seorang ibu yang kebetulan duduk disamping gue sempet tanya

“Boru kau apa? Mo datang ke kematian siapa kau?”
“hah… saya? #gaya pengong, padahal ibuke sandingku pas# oh, saya nggak punya boru buk. Saya orang jawa asli”
“loh, kenapa kau pake tuh ulos hitam?”
“(#gue yang emang pake kain ulos buat selimut baru sadar, emang bener kata anak-anak medan. klo tiap warna ulos itu punya arti). Oh, ini saya beli tadi bu dipasar. Buat kenang-kenangan saja kok. Memangnya kenapa buk?”

Dari situlah percakapan hangat kami dimulai. Gue paling sering tanya soal ulos, kain yang bagus itu bagaimana, harga pasarannya berapa, agama, dan adat istiadat yang berlaku disana.

          Dari rentetan tebing-tebing tinggi yang semakin terbuka, kami bisa melihat danau toba yang sangat cantik warnanya. Udaranya segar seperti daerah Batu-Malang dan masih banyak monyet-monyet di pinggir jalan. Kami turun di pelabuhan Parapat untuk dapat langsung menyebrang ke tomok naik ferri seharga Rp 6.000/orang. Selama perjalanan dengan ferri itu, aku tak henti berucap syukur. Yeah, we hve been there… toba lake, the famous lake in southeast asia. Lihat pemandangan hijaunya, villa disepanjang garis danau. Warna bukit hijau cerah, air terjun, air danau dan langit yang cerah. Dan saat menyebrang itu kami tidak jumpai Adzan Magrib. Tiba di pelabuhan tomok, kami dengan santai jalan kaki. Tak seorang pun dari rombongan kami pernah backpacker sejauh ini.

          Kami jumpai banyak anjing lepas, penjaja shortali, dan becak modifikasi. Jalan kaki kami sudah jauh tapi yang dicari tak kunjung bertemu. Hampir menyerah dengan malam. Jam 7 malam dua orang dari kami mencari kendaraan, diwaktu seperti ini sudah tidak ada lagi angkuan umum. Maka kami menyewa sebuah mobil yang bisa mengantarkan kami ke penginapan seharga kantung mahasiswa. Mobil ini seharga Rp 70.000 sewanya.

          Nggak tau bagaimana mereka berkoalisi, malam itu juga sebuah keluarga batak menerima kami untuk mendiami penginapannya semalam. Itu pun kami masih harus bersikukuh untuk membayar seminimal mungkin #maklum mahasiswa# sampai akhirnya opung memberi harga Rp 150.000 per kamar. Kita ambi dua kamar yang menghadap ke danau. Tepat didepan kamar kita. Malam itu juga kami bongkar ulang ransel dan makan sekenanya. Senang bisa melihat toba, tanpa bintang dan bulan. Kelam, kami datang terlalu malam dan tidak ada yang bisa kami pandang.

          You know what? Kami datang ke toba hanya untuk “Numpang Bubuk” karena kami bertujuh sudah tewas sebelum jam 10 malam. Hahaha…

          Paginya, michin tidak bisa bangun dari tempat tidur, badannya panas dan lebih memilih tidur berselimut tebal. Mbak iin yang sakit sewaktu masih ada di medan juga udah agak mendingan meskipun masih panas (mimisan dan hidungnya pas nggak bisa bersahabat di kota orang) sudah lebih mendingan. Pesut yang badannya terasa paling panas dan sampe suaranya hilang ternyata makin parah aja pas mau nyebrang ke tomok, mas champin juga begitu! Udah suaranya hilang, badannya panas juga. Si ketum tetep stay on toilet, gue nggak tau kenapa kq dia betah dan nggak keluar-keluar dari toilet pagi ini. Kayaknya sih Vomitng. Ihsan tambah sehat aja, soalnya dia yang sakitnya paling lama. Lebih dari seminggu sejak beberapa hari menjelang berangkat ke medan dan sampai beberapa hari tinggal di medan. maklum, nggak tau kenapa matanya nggak bisa diajak kompromi. Padahal udah dicekokin obat mahal berkali-kali. Sedang gue…. ~(-,-)~ gue yang selalu berusaha terlihat sehat dan tanggap harus tumbang dan angkat tangan sejak perjalanan naik bus sampai bermalam di toba. Gila men!!! Perut gue mules banget, nggak kayak bulan-bulan biasanya. Ini bikin gue gak bisa move on dan cenderung diam aja. Ya… kita ke toba Cuma pingin ketemu airnya, sekalipun kita semua dibikin sakit (=,=)


          Pagi itu juga yang udah kita rencanain buat bangun subuh terus jalan-jalan ternyata nol besar. kita tetep stay di penginapan. Paling banter kerumah opung dilantai dua buat beli pop mie. Pagi itu, suasana dingin dan segar seperti momok bagi kami. Dan jam sepuluh nanti kita harus sudah berkemas meninggalkan tuk-tuk untuk menyeberang ke parapat. Karena check in pesawat kita jam stengah 6 petang, ditambah perjalanan Toba -> Kualanamu lebih dari 5 jam kalau tidak macet..
jadi, apakah Toba bisa disebut happinest atau sadness? …………….. L

Jumat, 24 Januari 2014

Dokumentasi Penjelajahan Sehari #Medan part 5 (Tower air, Masjid Besar, Istana Maimoon)


menara air PDAM
me anda the gank
gue kena zonk disini bre..
berasa di maroko

sama anak produksi gue
kebetulan instruktur lagi ceritain sejarah kesultanan deli

bajunya keren :D

gaya ala orang kerajaan
entah ini kereta udah dipajang berapa tahun
at least, foto bareng temen2 "O" didepan sanggar mereka

dokumentasi perjalanan sehari #Medan part 4

kantor PT. KAI divisi regional I Sumut
jalan deket stasiun


diatas jembatan Titi Gantung


Pose diatas Titi Gantung

Penampakan KA di Stasiun Medan
 

michin didepan gapura lap.Merdeka
kakak champin wth old building on his back
Depan PP London, eksiss terus
 roti canai, kata anak-anak penjualnya bikin bagus-bagus kq terus diorak-arik kayak telur. eh, ternyata mang giru,,,

Medan - Penjelajahan Sehari #Medan part 3

          Hari terakhir dalam tajuk “Temu Teater Mahasiswa Nasional”. Kita bertujuh, gue, ratih “Michin”, Andhika, anisa “Pesut”, Ihsan, Iin dan Champin nggak mau ketinggalan “Jalan-Jalan Men… episode kota medan”. so, hari terakhir di kota Medan ini kita berniat buat keliling. Habis pengaruhi LO kita nan baikkk hati, si Agung anak teater ‘O’ USU supaya jadi tourguide. Dengan senang hati kita pilih jalan kaki keliling kota Medan. haha

Dari Taman Budaya Sumatera Utara (TBSU), kita jalan kaki melewati universitas Katolik Nomansen kearah stasiun kereta api. Gila men, stasiun disana lebih bagus dari yang ada di Jawa loh. Plus keretanya juga keliatan lebih kece. Stasiunnya bersih banget, ada eskalatornya juga bentuk keretanya seperti yang ada di Korea. Kita lihat dari jembatan “TITI GANTUNG”, jalan setelah kuil pagoda dan mall Lippo yang dalam proses pembangunan. *klo gag salah namanya begitu*.

Lalu jalan lagi ke titik nol kota medan, yaitu lapangan merdeka kota medan. sambil mencari mesin ATM *pacar yang setia pas backpacker*, beberapa anak foto-foto dilanjut melewati PT PP London sumatera utara  gerbang masuk ke area kota tua Kota Medan. si tourguide berani loh ngambil foto kita dari tengah perempatan lampu merah. Padahal, kalau di Jawa dia bisa kena damprat semua orang. Keren banget tuh anak..

Sembari nyari ****mart, hunting tempat itu buat nyari minuman sekaligus snack buat kita jalan. Lalu beli roti canai yang dijual orang – orang keturunan India dekat tower air *icon kota medan*.

Tower air merupakan salah satu monument air yang mempunyai sejarah di kota Medan. ini merupakan milik PDAM Tirtanadi Sumut. Setelah minta ijin dan nyerahin KTP buat jaminan. Kita boleh foto-foto dan memanfaatkan fasilitas yang ada. Gue sempet wudhu disana, airnya men,,,, segerrr bener,,,

Setelah itu masih dilanjut lagi ke Masjid Raya Al-Mahsun. Disana juga banyak turis mancanegara yang hadir. Kemarin sempet papasan sama orang cina, kedengaran dari bahasa yang mereka pakai. Juga sialnya, aku langsung masuk dan minta ijin penjaga masjid ditemene sang tour guide. Tapi tau apa saudara???
Gue dimaki, dihina-hina gara-gara gue masuk gak pake hijab. Iuhhh… salah sasaran. Sedangkan temen-temen cewek gue pada kabur keluar gerbang pas bapak penjaganya mulai nyolot. Gue ngrasa bersalah, untung gue karakteristik orang jawa. Jadi orangnya marah, gue Cuma senyum sambil bilang iya pak, baik pak, maaf pak. Haha… akhirnya gue sama yang lain masuk juga kedalam J

Dari masjid raya kita jalan kaki ke Istana Kerajaan Deli – Istana Maimun. Istana kebesaran yang megah dan biasa disebut istana putrid hijau. Disana penuh dengan corak emas dan arsitektur yang indah banget. Beberapa temen-temen sempat ada yang foto pake baju daerah. Sekarang ini, keturunan raja deli sang pewaris takhta masih kecil dan sedang menuntut ilmu didaerah provinsi Sulawesi selatan bersama keluarga ibunya. So far, istananya asik banget. Seruuu

At least, setelah berjalan kaki seharian. Kita putuskan buat naik angkot ke Universitas Sumatera Utara, tepatnya ke teater ‘O’ USU. Disana ada lomba teater anak SMP dan sekalian mampir kesanggar anak ‘O’. tak lupa juga mampir tidur sejenak sebelum kembali ke TBSU. Hari yang melelahkan….


Magrib ketika kami kembali ke TBSU, kami juga dapat kenalan baru dan pengalaman luar biasa… supir angkot kami orang asli Medan, Batak pula. Bah… ketika sepeda motor mendahului dia, dia marah. Angkot kita berasa jadi mobil balap F1. Nggak Cuma jalan yang diterjang. Trotoar depan Ruko pun bener-bener dilibas. Jan Sopir Medan Suangarrrr….

oiaaa~~ dokumentasinya di postingan berikutnya ya :D

Hari Rekor-Rekor #Medan Part 2

Dalam hidup ini gue percaya kalo kalian semua pernah ngelakuin hal yang luar biasa dalam dinamika hidup kalian sendiri. entah itu luar biasa dalam jangkauan diri sendiri, lingkungan, atau kalian udah melanglang buana minimal tingkat nasional lah,,, haha

Nah, setelah menunggu ketetapan hati selama berbulan-bulan akhirnya kepala dan hati gue punya sinergi yang melahirkan tulisan ini. ngetiknya pun harus nunggu tepat tengah malem biar semua bank kata-kata bisa keluar dengan leluasa.

Ok, jadi tanggal 21 oktober 2013 kemarin. gue udah sukses menciptakan beberapa rekor men...
and i wanna share it with you...

first -> demi ngejar penerbangan paling pagi di terminal 3 bandara Soetta- Cengkareng. gue nginep di wisma. dimana jam stengah 4 pagi gue udah harus check in. itu juga trmasuk bangunin anak-anak yang tidurnya kayak kebo dikamar sebelah. jadi gue mandi jam 02:45 pagi. sebelumnya kalo ada acara segawat apapun, gue pilih cuci muka atau pake tissu basah doang buat lap. ini malah mandi air dingin men. ajaibnya karena takut telat. air itu nggak berasa dingin sama sekali. #perasaan

untuk ngejar penerbangan sekaligus mengurangi budget. gue sama anak-anak putusin buat nggak pake travel, taxi atau sewa mobil. kita pilih gaya backpacker sejati. dan ternyata kenyataan terasa lain.....

setelah keluar dari wisma, dengan backpack dipunggung masing-masing. kita bertujuh berhentiin angkot pagi-pagi buta... gila ~(-,-)~
abis itu dari pintu gerbang M1 (kalian yg pernah ke Soetta pasti tau)

dan ternyata rekor - rekor kembali terjadi....

second -> untuk perjalanan selama sepuluh hari, gue udah bongkar muat isi backpack berkali-kali. itu masih juga ditambah tas pinggang. jadi waktu jalan kaki jam tiga pagi dari M1 ke terminal tiga. Backpack dan tas pinggang gue adalah beban bawaan terberat selama gue berpergian+dibawa sendiri. entah berapa kilo gue gak tau, cuma itu beneran berat banget...

thirth -> hari sebelumnya pas gue jalan-jalan ke Ancol terus nyari wisma buat nginep, gue mampir lewat terminal 3. tempat dimana gue sama anak-anak harus check in. gue hafal kq jalannya. dan bener... tapi pas sebelum subuh saat kita semua rame-rame bertujuh jalan kaki dari M1. gue sempet bilang..

Rose : eh sut, katanya jaraknya sekilo. tapi kq tiang lampu masih banyak yang mesti kita                   lewati ya? perasaan dulu kata bapakku, jarak tiang lampu itu 100 meter. lha ini kayaknya               buanyak e.. 15 lebih..

Pesut : Iyo yo mbak.. kayake masih jauh. gak pa-pa. semangat terus mbak.

bahkan posisi gue sebagai tukang pimpro, tukang video sekaligus tukang bawa duit bikin semangat individu gue menjulang tinggi. meskipun capek tetep nggak bakal gue mendramatisir keadaan.
bahkan dalam rekaman viddeo gue, gue pernah bilang "Sek rek, koyok'e temenmu ada yang nggak kuat e". tapi mereka tetep aja mempunyai semangat yang menyala-nyala dan nggak ada yang bilang "aku capek". mereka tetep aja jalan. antara kita bahkan selalu memberi semangat dengan wajah dan suara yang berseri-seri. Semangat 45!

pas lagi jalan, ratih sama mas andhika ada di depan. pernah gue ngerasa kalo mereka nggak perhatian sama mbak iin yang notabene tambun jadi jalannya nggak terlalu bisa ngimbangi, sama ihsan yang tetep stay cool nggak pernah lepas dari kaca mata hitam sepanjang perjalanan gara-gara matanya sakit dan itu bikin dia jalan nggak bisa cepet.

kalian tau apaaa???? andhika sama ratih buka google maps dan ternyata jarak yang kita tempuh selama itu bukan 1km, tapi 2,5 km. busyet dah.... mereka pinter bener, googling pas kita udah jalan kaki dan nggak pernah kasih tau kita yang dibelakang, supaya nggak drop semangatnya *katanya*... hah... ini adalah rekor jalan kaki terpanjang 2,5km pagi ini. disini...

forth  & fifth -> layaknya turis, jalan kita nggak kalah cepet. itungannya udah nggak kayak orang indonesia jalan kaki dah pokoknya. kita jalan cepet ala turis tiap langkahnya plus itu jalan paling pagi sekitar pukul 04.00 A.M. Amaiizingggg!!!

sixth -> gara-gara hal diluar dugaan. konter check in mandala udah tutup. sukses bikin gue melongo sejenak sebelum kesadaran gue pulih klo gue bakal ditinggalin pesawat gue yang pertama. hello... ngak bisa bayangin berapa dah ongkosnya. langsung kita masuk ke bandara, ke bagian boarding pass. sebagai tukang pegang duit, itu duit udah tak masukin ke folder-folder pengeluaran biar nggak perlu ngitung dan ribet lagi. tapi pagi itu, gue terpaksa bongkar tas gue dan entah uang jatah apa yang gue ambil buat bayar tax bandara kita bertujuh.

petugas boarding pas : wah, kalian mau kemana?
rose  : Medan pak
Petugas : jam berapa ini? dasar anak-anak!
rose  : iya pak. (gue sadar klo telat, tapi gue bukan anak-anak men. gue mahasiswi. M.A.H.A.S.I.W.I. #membatin. untung gue nggak terpancing amarah.)
petugas  : rombongan? berapa orang?
Rose  : iya pak. bertujuh.
Petugas  : 280k
Rose  : iya pak. #sibuk mbongkar tas. iuuhhh
Petugas: (sambil nempelin tanda tax bandara ke tiket) kalian jalan terus ke arah sana, lewat pintu itu.
Rose : iya pak. #dalam ati gue bingung. pintu yang mana pak?

akhirnya pesut kasih tunjuk. lari-larilah kita didalam bandara ke pintu masuk yang ditunjuk petugas boarding pass. mana masih ada pemeriksaan tiket lagi, trus salah seorang anggota gue lemot banget dah. sumpah! dan waktu itu gue berasa pengen ngatain semua orang. tapi, kudu sadar posisi!!! ya, sadar posisi!

habis diperiksa tiketnya, kita naik lift ke atas trus masuk pintu dimana barang bawaan gue diperiksa lagi. sebel deh, mana suruh ke loket F, tapi kuping gue dengernya C for Charlie. udah, salah gate dah gue. mana temen gue pada ilang semua. trus gue masuk gate yang dituju, turun ke bawah pakai lift ke suatu spot nungguin bus yang bakal nganter kita ke pesawat. dan disana, anak-anak satu persatu muncul... si dika sama ratih yang udah dateng duluan malah keliatan sok cool kenalan sama anak jakarta. alasan mereka ninggalin gue dan yang lain sederhana. mereka bilang "mau memohon ke pak pilot supaya nunggu bentarrrr aja buat nge-delay pesawatnya sambil nunggu temen-teman yang lain." haha... istimewa, gue aja gak kepikiran sejauh itu.. jadi, rekor bagian ini adalah lari-lari didalam airport serasa ikut diklat persis yang ada difilm-film. cerita paling seru ini pun gagal didokumentasiin karena udah pada lupa sama yang namanya kamera, penting nggak sampai ketinggalan pesawat mengingat kita check in 2 menit sebelum pesawat lepas landas.

seventh -> apalagi kalo bukan naik pesawat bareng temen-temen untuk yang pertama kali :D Istimewa...

eight -> yang terakhir dalam perjalanan ini. masih ingat fakta kalo landing bikin telinga sakit jadi perlu permen karet buat sedikit ngurangin rasa sakitnya. kita bertujuh pun makan permen karet semua. gue yang duduk ditengah dan nggak kebagian samping jendela juga aisle pilih nyoba bikin balon dari permen karet. dan gue Bisaaaa bikin buble permen karet untuk pertama dalam hidup gue dan itu didalem pesawat. haha... selama gue kecil, SD, SMP, SMA aja gue gak pernah bisa bikin buble permen karet. dan ini bisa...

at least, kita nggak pernah nggunain 2:15 jam kita dipesawat buat tidur. tapi buat menjelajah, sesuai prinsipnya anisa pesut. "Kita kan bayar, ini mahal dan harus dimanfaatin." haha... adek geblek,
~(--,--)~
perjalanan kita mungkin terlihat norak bagi orang lain, tapi tidak bagi kita. Ini luar biasa...

“Kahyangan” #Medan part 1


            Kahyangan atau kayangan (lidah orang jawa) adalah suatu tempat dalam mitologi Hindustan yang berarti tempat maha indah, tempat yang sempurna atau tempat terakhir yang menjadi tujuan semua orang yang pernah hidup untuk menikmati kehidupan yang kekal dimana mereka merasakan kenikmatan yang sempurna dan tidak pernah tersedia di bumi saat mereka hidup dan merupakan tempat segala permohonan dapat dikabulkan. Kita biasa menyebutnya dengan surga.
            Tapi kayangan dalam cerita gue kali ini berbeda men. Dan istilah “Kayangan” ini Cuma 7 orang yang tau. Siapa lagi kalo bukan gue, ratih “micin”, andhika, iin, ihsan,  anisa “pesut”dan champin. So, kita pingin kalian the readers  buat tau apa sih kayangan itu. Hehe.. bahkan tanpa sempat saling komando pun kita udah sepakat buat kasih nama kayangan. Senista perjalanan ribuan kilometer kita kemarin.
            Kayangan adalah julukan yang kita berikan buat maskapai mandala air (kini tiger airways - Singapore) yang udah ngantar kita terbang di atas awan. Jadi kejadiannya gini men…….--à -> (#baca tulisan berikut:…)
            Sek sabar,,,,, aku bingung ate ngetik opo! #loohhh (O.o)
            Keterbatasan dana bikin kita dengan rela hati beli tiket si kahyangan. Trus pas mau ditunggangi berangkatnya, kayangan Cuma nunggu kita 2 menit sebelum lepas landas dari  bandara internasional soekarno hatta-cengkareng. Maklumlah, dengan hina dan tanpa direncanakan kita hampir aja ditinggal “Macan” airways kita. Beruntunglah setelah kejadian lari-lari dalam bandara dan lari-lari di escalator, bus masih setia nganter kita ke pesawat kita ini men… jalanlah dia sampe bandara int. Kualanamu Medan. selama perjalanan aman-aman saja tanpa suatu pun yang janggal.
            Turun dari pesawat kita ganti naik bus Damri yang bakal ngantar kita ke kota Medan. sampai di kota Medan setelah perjalanan 2 jam dengan bus, kita berhenti di Medan Plaza sambil nungguin panitia. Karena berasa di PHP-in panitia, sambil menyelam minum air kita jalan sekalian keliling Medan Plaza. Niatnya juga Cuma liat-liat, soalnya kita abis kena ZONK di warung bakso depan mall. (Pastilah Jawa tempat paling murah buat belanja. Suerrr deh, u should believe me more J)
            Pas dilantai 3 Medan Plaza, di bagian elektronik. Micin, iin, ihsan, pesut, sama kakak champin pamit mau ke toilet bentar. Sementara gue sama kakak dika dengan barang titipan temen-temen berdiri dekat escalator.
“Tiiit…tiit…..tiit….ttiiittt…..”
Hp kakak dika bergetar, ringtone e-mail berbunyi dari hp android barunya. Sebuah e-mail masuk. And did you know where it come from? Yip yip ulalalaaa……


si ketum shock habis dapet e-mail dari kayangan
            Maskapai yang bakal kita pake buat pulangin kita ke Jawa kirim e-mail bro… isinya? Simple. Perjalanan pulang kita buat hari rabu pagi, 29 oktober 2013 ditunda jadi keesokan siangnya. Dengan alasan kalo pesawatnya sedang mengalami perbaikan. Sial nggak sih? Kalo kita nurutin tuh e-mail, kita bisa hangusin tiket pulang kereta api Jakarta-Malang. Soalnya, kita bakal sampai Jakarta sore trus keretanya berangkat siang sebelumnya. Trus untuk kereta ekonomi jarak jauh kalo pesen “go on” alias yang berangkat langsung hari ini, kemungkinannya kecilllllll banget bisa dapetin tujuh tiket itu. Trus kalo kita nekad pake maskapai penerbangan lain, kita udah terlalu kismin buat beli tiket pesawat lagi… mana uang yang bakal dikembalikan sama pihak kayangan minimal satu bulan baru bisa diproses… bisa gila kan kalo kita ngeyel maskapai lain atau minta uang ganti rugi L .

baru sekali telpon, durung sadar bencana delayed.
 Jadi dengan sisa-sisa perjuangan
~(--,--)~ kita kudu dapet tiket kayangan dihari yang sama. Entah apapun yang akan menghadang kita didepan #ngos-ngosan…
Selama kita ngikutin kegiatan di medan, kita selalu telponin pihak kayangan buat balikin tiket ke hari yang sama. Awalnya pas pertama kali nelpon, kita tersambung. Operratornya bilang bla..bla.. bla… eh, ketua umum gue si dika kagak paham. Dimatiin tuh sambungan telpon sambil nyampein hasil perbincangannya ke kita. Ok, kita nge-dealin tiket di hari yang sama. Nggak peduli berangkat pagi, siang atau malam…


entah ini inbox yang keberapa kalinya. sampe kusem bro

Tau gak sih????
sampe liat print itinerary nyungsep #semacamkaget
Setelah itu telpon kita nggak pernah tersambung sama pihak kayangan. Gue kontak lewat twitter tapi hasilnya tetep aja… aduh… tiket berapa juta itu sukses bikin kita nggak konsen belajar, ikut seminar, makan,,, yang kebayang Cuma tiket yang bisa nganterin kita pulang ke Jawa.
Bahkan pada satu sesi paling terkenang, kita bertujuh pernah diskusiin ini di depan mushola TBSU lewat tengah malam. Anak-anak dari semua kota di negeri ini lalu lalang, kita nggak peduli. Bahkan gue yang paling kenceng banget tangisnya. Gue gak rela kalo kita pulang telat. Sumpah men!!! Lue pasti langsung tengok ke arah gue yang waktu itu lagi lepas kendali ngutuk si kayangan yang tega nyengsarain kepulangan kita. Padahal kita kan baru datang di kota orang, eh udah dapat ujian lagi seberat itu… bencana… oh bencana…


Tiga hari… tiga hari sebelum telpon kita dapat respon dari kontak center kayangan. Selama tiga hari itu, nggak kebayang berapa banyak kita telpon kayangan. Udah telponnya cuma masuk pesan inbox, entah berapa ratus ribu yang habis buat miscall doang. Hahaha… tragedi e-mail kayangan sukses bikin kita tambah kismin aja beli pulsa..
Kayangan… oh kayangan…

So far, thanks. Lue adalah macan pertama yang bikin kita terbang dikayangan. Always lope you pull with all attitude… (kata anak-anak cowok, pramugarinya cuantik. bohay uey.) Haha.. one day klo ada lebih, pasti kita cari yang lebih bagus. Bye kayangan… J