post Istimewa

Senin, 27 Februari 2012

jiwa merah saga

semu merah saga dalam diang
terbakar panas dan harum tulang-tulang manusia
bayangan padam lindap tepi kotak
semu merah saga pada sekotak persegi
melebur jadi abu dan berbatang-batang putih keras
panas merah saga berbau anyir darah-darah
kabar jiwa telah lepas dari raga
mati terkulai lalu kaku
raga menjerit sakit tanpa suara
tanpa gerak langkah dalam butir-butir air mata
semu merah saga dalam batang-batang putih keras
meranggas butir-butir air mata

jerit sakit tanpa suara, hanya selekas kobaran-kobaran peluh
semu merah saga jadi abu
batang-batang putih keras dilindas
ditempa bejana perak jadi tepung
waktu menutup api jiwa 
dingin mengabarkan dalam warta angin
debu terbangkan atas laut
pertanda hidup lenyap dalam hidup

                                                           Diah Rosita

Kamis, 23 Februari 2012

Dilema Mahasiswa baru

                Minggu pagi ini udara sangat dingin sekali, cukup untuk membuat uap air di udara. Jam masih menunjukkan jam 07:00 pagi. Suara deru sepeda motor dan mobil sudah ikut serta meramaikan jalanan kota yang sesungguhnya masih miskin lampu lalu lintas ini. Sedang aku masih asik berada dibalik selimut zebraku. Udara dingin ini yang membuatku malas beringsut dari kamar tidur yang lebarnya hanya 2,5 X 2,5 m saja. di Kost tempat tinggalku yang berada di belakang fakultas tempat aku menuntut ilmu.
                Baru sepekan semenjak kedatanganku ditempat ini, aku sudah mulai terbiasa menikmati udara dan air dinginnya, dialek dan kawan-kawan baru dari berbagi penjuru kota di jawa timur, bahkan ada yang dari beberapa provinsi di Negara tercinta ini. Hingga aku pun harus mulai terbiasa berbahasa Indonesia. Hal ini juga tidak sulit, hanya kurang terbiasa saja.
                Layaknya remaja yang memasuki usia dewasa, dimana mulai dituntut mandiri dan kerja keras. Berusaha menutupi kekurangan dan menggali potensi diri untuk jadi yang terbaik semaksimal yang kita harapkan. Namun ada tujuan lain yang melenceng yang secara tanpa aku sadari aku sudah jauh dari rel yang dulu kugunakan. Memang ini juga bukan tujuan awal aku datang kesini. Lebih tepatnya tujuan lain. Aku mencari kepercayaan dan kebersamaan dalam banyak situasi. Aku rasa kata cinta terlalu tinggi untuk mewakili, tapi itulah adanya.
                Jika kalian berpendapat bahwa manusia adalah tempat khilaf dan ketidaksempurnaan. Cinta juga pantas dianalogikan seperti itu. Bila manusia adalah ketidaksempurnaan, maka cinta pun juga demikian adanya. Karena secara logika, cinta manusia adalah ketidaksempurnaan dalam ketidaksempurnaan. Apalagi cinta yang tidak dari hati, hanya karena ada apanya. Memang ia mudah rapuh dan membekaskan luka. Di Universitas ini pula aku jumpai berbagai macam mahluk laki-laki dengan jenis cinta yang berbeda-beda.
                Aku memang belum pernah bermain dengan yang namanya cinta, tapi sakit hati itu pula yang sudah banyak aku rasakan. Kehidupanku tak semulus jalan aspal. tapi sekasar dan sekeras itu pula yang aku rasakan. Bila aku berkata takut, aku yang tidak berani mencobanya. Tapi bila aku mencoba melangkah kearah sana, aku tak cukup berpengalaman dengan permasalahan yang akan kuhadapi. Aku takut masuk jeratan buaya-buaya darat dan bisa habis dimakannya.
                Kenapa oh kenapa aku berpikir demikian. Kuliah untuk mencari bekal yang kelak akan dipakai untuk bekerja dan mendapatkan uang. Nilai tambah alias +++-nya bisa dicari nanti. Harusnya pikiran itu tidak muncul dalam diri mahasiswa baru sepertiku. Yang masih awam dengan rawannya kota malang. Oh God,,,,,,,,,, jam sudah pukul 09:00, aku ada kuliah pagi ini. Kusambar handuk dan peralaan mandi. Mahasiswi Ekonomi payah gumamku.